Pagi Hari di Apartemen Samuel Cahaya matahari pagi menembus sela-sela tirai kamar apartemen, menyentuh pelan kulit Vanya yang masih berbaring di atas ranjang, dibalut selimut tipis berwarna krem. Kamar itu masih senyap, seolah waktu sengaja bergerak melambat untuk memberi mereka ruang bernapas di antara sisa kehangatan malam tadi. Seprai kusut dan selimut yang setengah melorot ke lantai menjadi saksi bisu, menyimpan keintiman yang belum sepenuhnya pupus dari udara di kamar tersebut. Vanya membuka matanya perlahan. Cahaya pagi menyelinap lembut dari sela tirai, membentuk siluet di tubuh Samuel yang masih berbaring tenang di sampingnya. Bahunya bergerak naik turun perlahan seiring tarikan napas yang teratur, wajahnya menghadap ke arahnya—terlihat damai dan sangat... tampan. Pipi Vanya la