Matahari bergerak naik ke atas langit, menjalankan tugasnya untuk mulai menyinari bumi menggantikan tugas bulan. Di atas ranjang berukuran queen size, nampak Vanya yang berbaring nyaman dengan tubuh yang masih mengenakan gaun yang sama dengan semalam ketika ia menghadiri gala premier.
Silau cahaya matahari yang mulai mengenai wajahnya mulai mengganggu tidur nyaman Vanya. Perlahan ia mulai menggerakkan kelopak matanya untuk terbuka sambil merentangkan badannya yang terasa begitu kaku saat ini.
Di tengah kegiatannya yang sedang berusaha mengumpulkan nyawa sehabis bangun tidur, sebuah ingatan membuat mata gadis itu langsung terbelalak dan tubuhnya tefleks bangun dari pembaringan. “Astaga, gue belum nyelesaiin artikel yang ahrus rilis hari ini,” teriak Vanya dengan nada panik.
Vanya dengan buru-buru segera berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hanya dalam waktu lima menit gadis itu sudah keluar dengan tubuh yang dibalut handuk dan berlari menuju walk in closetnya.
Berbeda dengan hari biasanya, Vanya bergerak lebih cepat mengambil baju asal dan mengenakannya dengan terburu-buru. Ia hanya menyanggul rambutnya asal-asalan kemudian memakai day cream serta lipgloss dan tidak lupa sebuah kacamata yang langsung bertengger di wajahnya.
Begitu merasa penampilannya sudah cukup baik, Vanya segera mengambil tas kera serta ponselnya lalu berlari cepat keluar dari kamarnya. Ia melangkahkan kakinya dengan langkah cepat menuruni tangga dan buru-buru berlari menuju pintu keluar.
“Vanya, kamu nggak sarapan dulu,” teriak Papanya Dimas yang sedang duduk di meja makan.
“Aku udah telat Pa, sarapan di jalan aja,” jawab Vanya ikut berteriak.
Begitu sampai di luar rumah, Vanya langsung menuju garasi untuk mengambil mobilnya. Hanya beberapa detik hingga akhirnya benda besi berwarna putih itu sudah melaju pelan meninggalkan pekarangan rumah Dimas Salvadora.
Vanya mengemudikan mobilnya dalam keadaan panik sambil terus melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Berkali-kali ia merapalkan dalam hatinya agar semoga tidak bertemu dengan kemacetan saat menuju ke kantornya saat ini.
Keinginan dan harapan Vanya akhirnya hanya sebuah angan saja. Ia menghela nafas pasrah dengan wajah lesu ketika melihat kemacetan yang sudah melanda beberapa meter di hadapannya.
“Sial,” gumam Vanya merasa kesal.
Ketika mobilnya berhenti karena macet, buru-buru Vanya membuka ponselnya untuk mengirim pesan pada rekan kerjanya, menanyakan apakah atasannya sudah tiba di kantor atau belum.
From Rino : Mba Putri belum dateng. Lo dimana?
Vanya menghela nafas lega membaca pesan yang dikirim padanya itu. Setidaknya ia bisa sedikit mengurangi rasa paniknya karena ternyata atasannya belum sampai di kantor.
Ketika kembali fokus memperhatikan jalanan, tanpa sengaja pandangan Vanya tertuju pada sebuah billboard di jalanan. Pada papan billboard tersebut nampak foto seorang samuel Jonathan yang nampak begitu tampan memegang sebuah produk yang ia iklankan saat ini.
“Rusak mata gue, baru pagi-pagi udah ngeliatin muka tu cowok rese,” gerutu Vanya sambil mendengus kesal.
Tanpa dicegah kejadian semalam kembali terlintas dalam pikiran Vanya. Ia kembali teringat bagaimana pria itu yang tiba-tiba merangkul pinggangnya hingga tubuh mereka hampir menempel sempurna, bahkan dirinya bisa mendengar dengan jelas degup jantung pria itu.
“Vanya Ria Salvadora,” gumam Vanya sambil menggelengkan kepalanya dengan wajah panik. “Ngapain sih lo mikirin tu cowok nggak jelas? Sadar, sadar, sadar,” gerutunya kesal sambil memukuli kepalanya beberapa kali.
*****
Setelah melewati kemacetan yang cukup panjang itu, akhirnya Vanya bisa sedikit bernafas lega karena dirinya yang sudah tiba di kantor. Saat ini gadis itu sedang berada di dalam lift bersama beberapa karyawan lainnya.
Suasana di dalam lift nampak begitu sunyi dan tenang. Semua orang nampak fokus dengan urusannya masing-masing, begitu pula Vanya yang terlihat sedang membaca ulang artikel yang sudah ia susuk di dalam layar ipadnya.
Vanya yang saat ini sedang fokus membaca merasa aneh ketika menyadari bahwa sepertinya ada beberapa orang yang sedang melirik dirinya. Ketika ia mengangkat wajahnya untuk melihat sekitar, dirinya mendapati beberapa orang kedapatan mengalihkan pandangan darinya dengan cepat.
“Nih orang-orang pada kenapa sih?” gumam Vanya berbisik pada dirinya sendiri. Raut wajahnya tentu saja nampak bingung.
Pintu lift akhirnya terbuka ketika sampai di lantai tujuan Vanya. Berusaha untuk mengabaikan tatapan semua orang, Vanya dengan santai berjalan keluar dari lift untuk menuju divisinya.
Tidak hanya di dalam lift Vanya merasakan kejanggalan. Begitu menelusuri lorong menuju kantor divisinya, Vanya menyadari bahwa semua orang yang berpapasan dengannya terus memperhatikan dirinya, bahkan ia sempat menemukan ada yang slaing berbisik ketika ia lewat.
“Pagi semuanya,” sapa Vanya pada rekan-rekan kerjanya kemudian berjalan santai ke arah meja kerjanya.
“Pagi,” balas semua orang sambil tersenyum canggung pada Vanya.
Vanya memicingkan mata, merasa semakin dibuat heran dengan tingkah semua orang di kantornya saat ini. Karena sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya, ia segera mencondongkan tubuhnya ke arah Rino yang duduk di sampingnya saat ini.
“Rino, orang kantor pada kenapa sih?” Tanya Vanya berbisik pelan. “Kok gue ngerasa dari tadi gue diliatin terus sama mereka.”
Pertanyaan Vanya membuat Rino nampak terbatuk. Pria itu terlihat kelabakan dan bingung bagaimana menjawab pertanyaan Vanya.
“Lo kenapa sih?” Tanya Vanya yang semakin heras melihat respon Rino.
“Daripada gue jawab, mending lo lihat berita yang lagi trending aja,” jawab Rino.
Vanya mengerutkan alisnya, merasa janggal dengan jawaban Rino. Ia segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan langsung membuka browser pencarian untuk melihat berita apa yang sedang trending saat ini.
Tidak Gay. Aktor Tampan Samuel Jonathan ternyata berkencan dengan putri sutradara ternama Dimas Salvadora
Mulut Jelita langsung ternganga karena syok membaca berita pertama yang muncul pada bagian trending topik. Nyawanya bahkan serasa melayang sesaat karena rasa terkejut yang menyerangnya saat ini.