5. Rey Sakit

1208 Words
"Tuan Arkana!" Seseorang memanggil saat kebingungan mencari anak kecil tadi. Ia menoleh dan melihat Giri tengah berjalan menuju ke arahnya. Giri adalah teman karibnya dari masa kuliah dulu. Giri selalu memanggilnya dengan sebutan Tuan. "Wah, datang kapan ini Tuan Giri? Makin tampan aja," Giri tertawa dan memeluk tubuhnya sambil menepuk bahu yang tegak berdiri dengan membalas pelukan darinya. "Justru aku heran sama kamu, kenapa makin kesini malah makin tampan, bukannya makin tua malah makin tampan saja," ujar Giri. Arkana tertawa dan mengajaknya masuk ke mobil. "Kebetulan, aku sedang tidak membawa mobil. Ayo, ajak aku keliling kota, bagaimana keadaan kota ini setelah ditinggal cukup lama," Giri menunjuk ke arah gedung bertingkat. "Itu apa, Ar? Apa itu gedung baru?" Arkana tersenyum, "Tentu saja baru. Aku pemiliknya, ayo kita kesana sekarang!" Giri menoleh tak percaya sambil menggelengkan kepalanya. Ia tertawa dan sekali lagi memuji keberhasilan sahabatnya dalam berbisnis. Rupanya baru kali ini dia pulang ke Indonesia dan melihat banyak perubahan dalam diri Arkana yang kini telah menjadi orang yang sukses. Arkana dulu terkenal menjadi pemabuk dan juga playboy kelas berat. Sangat disayangkan karena orang tuanya sangat kaya tapi memiliki anak seperti Arkana yang malas dalam melakukan apapun Tapi kini perubahan itu benar-benar fantastis hanya dalam jangka waktu tiga tahun saja, Arkana telah berhasil menjadi Presdir di sebuah perusahaan. "Bagaimana kabar Clarisa, apa kalian akan menikah tahun ini?" tanya Giri. "Menikah?" tanya balik Arkana pada sahabatnya. "Ya, menikah, kalian sudah berpacaran cukup lama, bukan?" "Ya, tapi aku belum terpikir untuk bisa sampai ke tahap itu. Apa kamu juga ingin menikah muda?" "Kita sudah bukan muda lagi, Ar. Bahkan orang tuaku menginginkan cucu dariku. Bulan depan aku menikah dengan wanita pilihan mereka. Meski tak sanggup tapi aku harus mencobanya," "Giri, jangan merasa terpaksa dong, siapa tahu wanita itu cantik dan hanya satu-satunya anak dari seorang konglomerat terkenal," ujar Arkana menghiburnya. "Boleh sih kalau dia cantik, tapi mana mungkin anak jaman sekarang apalagi yang cantik mau dijodohkan segala?" "Jangan pesimis, tetap jadi pria yang penuh optimis, kamu memiliki masa depan yang cerah. Siapa tahu bisa menularkannya ke aku," "Hahaha, kamu yakin mau menikah cepat juga?" "Nggak juga tapi aku mau kamu cari cara yang mudah ya dengan menerima perjodohan kemudian menikah, hidup bahagia dan tidak selingkuh, itu saja sih yang menurutku bisa menjadi jaminan hidup bahagia," "Baik, Ustadz Arkana, kita akan lihat beberapa bulan ke depan. Kamu harus datang besok saat pernikahan itu tiba," "Pasti dong, Giri," ** "Mel, kamu gimana sih? Kok ini bisa nggak dibuat juga? Aku sudah pesan dari kemarin!" Amelia tengah menerima banyak pesanan dan melihat wajah tetangganya yang kesal karena pesanannya tak dibuat sejak tadi. "Aduh, maaf Mbak Roro. Tadi banyak pesanan, apa mau aku buatkan sekarang, maaf banget, Mbak," ucapnya dengan gugup. Amelia terkejut karena list yang diberikan oleh tetangganya termasuk mendadak sementara dia hanya berjualan sendiri tanpa ada asisten yang membantu. Ia belum bisa menggaji orang untuk membayar tenaga bantuan di tempatnya berjualan. "Lain kali diingat-ingat, ya Mel," ketusnya. Roro adalah wanita yang mandiri dan merupakan tetangga yang paling baik yang pernah dimiliki Amelia selama tinggal di tempat kos ini. Sudah ada satu tahun ini dia tinggal di kos yang cukup murah. Sebelumya dia tinggal di kos yang terletak di ujung kota ini tapi saat melahirkan Rey, tetangga kos bahkan ibu kos mengucilkannya. Ia tak bisa keluar dengan tenang karena hampir semuanya membencinya dan mengatakan bayinya anak haram. Selama setengah tahun ia mencoba sabar dan bertahan tinggal disana. Bayinya saat itu memang masih sangat kecil, hanya Lidya yang membantunya dengan tulus. Lidya sangat baik padanya karena pernah berada di posisi yang sama sepertinya. Lidya juga sama sepertinya, belum menikah tapi sudah memiliki anak dari hasil hubungan gelapnya bersama seorang pria yang telah memiliki istri. Perbedaan yang mencolok adalah Lidya diberi tanggung jawab dari pria yang menghamilinya sedangkan dirinya bahkan mulai dari kehamilannya hingga melahirkan semuanya diurusnya sendiri. Dan bukan tidak mungkin kalau pria pemabuk itu tak tahu kalau telah berbuat asusila padanya. Amelia menjadi wanita yang memiliki anak tanpa hubungan pernikahan. Orang tuanya juga telah mengusirnya dan tak mau menerima kenyataan kalau dia telah mengandung buah hati sekarang pria yang tak dikenalnya. Amelia dianggap w**************n dan membuat nama baik mereka tercoreng. Semuanya menganggap dirinya sangat rendah, dengan berbekal uang tabungan yang dimiliki di sebuah rekening di bank, ia pergi tanpa berpamitan dan memilih tinggal di kos sampai kemudian melahirkan Rey. Roro tampak duduk sambil mengubungi seseorang, wajahnya selalu serius, mungkin karena tuntutan pekerjaan dan kini jabatannya juga sudah lumayan di tempatnya bekerja. "Mel, kamu bisa nggak kerja di kantor? Ini ada lowongan, gajinya lumayan lho, dengar-dengar kamu lulusan D3 pemasaran, kan ya?" Amelia mengangguk. Sebenarnya tak pernah ia mengatakan secara terus terang tentang pendidikan yang pernah disandangnya tapi karena mungkin Roro mengetahuinya dari beberapa orang yang pernah kenal dengannya di sebuah kampus memudahkan Roro mengetahui latar belakang dirinya yang memiliki pendidikan cukup lumayan. "Kamu mau ya, ini di bagian strategi dan marketing butuh satu orang lagi," "Tapi ... Rey gimana, Mbak? Aku kerja nggak bisa kan bawa dia?" Roro menggaruk kepalanya, tapi sejenak kemudian langsung memberinya ide. "Titipkan saja pada pengasuh anak, cari ibu rumah tangga yang butuh uang untuk ..." "Aku kan IRT yang butuh uang juga," sambung Amelia. "Aduh susahnya, gini aja kamu buat lamaran aja dulu, ntar gampang lah kalau misalnya lolos seleksi kita baru pikirkan nanti akan bagaimana," ujar Roro memberinya semangat. Amelia masih berpikir cukup jauh mengingat ia juga harus menyiapkan banyak hal untuk bia bekerja di sebuah perkantoran. Tapi nampaknya Roro ingin sekali memasukkannya ke kantor itu katanya ingin melihat dia tidak kesusahan lagi. Meski akan repot nantinya tapi malamnya ia membuat surat lamaran juga dan besoknya diambil Roro untuk dikirim ke kantor yang kemarin membutuhkan karyawan. Setelah dua hari ia baru mengirimkan surat lamaran itu tapi ketika ada hasil seleksi ternyata ia tidak lolos dan diminta melamar di cabang kota yang lain. Roro menyuruhnya tetap memikirkan lowongan yang cukup lumayan gajinya itu tapi karena pertimbangan Rey, akhirnya Amelia mengurungkan niatnya melamar pekerjaan itu. ** Rey tengah duduk sambil makan sesuatu yang baru di belinya bersama dirinya. Anaknya itu sedang sakit sebetulnya. Badannya hangat sejak dari sore kemarin tapi belum diobati karena biasanya hanya demam biasa saja. "Rey ... Kamu nggak mau tidur siang sih. Jadinya sakit kan?" Ia mengusap kening Rey yang hangat dan sedikit mulai berkeringat. Ada gigi yang akan tumbuh rupanya saat ia meraba gusi Rey di bagian atasnya. Kelihatannya demamnya disebabkan karena akan menambah satu gigi baru. Rey terlihat diam saja saat mencoba menggigit kue yang diambilnya di atas meja. Tak berapa lama, Rey meringis kesakitan dan menangis. Amelia yang tengah mengambil minuman langsung berlari dari arah dapur dan memeluknya karena tangis Rey yang semakin keras. "Ma ... atit," rintihnya sambil mengucek matanya. Dibukanya tangan Rey yang menutupi matanya karena merasa perih juga. Rupanya demam membuat pandangannya jadi terasa tak nyaman dan matanya memerah. Rey memegangi pipinya dan merintih kesakitan. Ia meraba gusinya yang mulai kasar karena ada tonjolan baru di gusi. "Ya, Rey. Sakit ya gusinya, ya Allah kamu demam Sayang," Ia berusaha mengambil termometer di laci meja tapi tak bisa karena Rey memeluknya erat. Digendongnya anak itu dan berhasil mengambil alat pengukur suhu dan meletakkannya di ketiak Rey. Dalam waktu sepuluh menit, Rey berhasil diukur suhunya, tenyata mencapai suhu 39 derajat. "Ya Allah!" pekiknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD