Kasih melajukan mobil milik Biantara. Dirinya masih mempertanyakan keberadaannya di sini. Sebab, jadi sopir pribadi Biantara bukanlah salah satu job desknya. Namun, di sinilah dirinya berada. Di depan kemudi dengan Biantara yang duduk di kursi penumpang di sampingnya. Seharusnya tadi Kasih bisa menolak perintah Biantara yang agak seenaknya ini. Tapi, gara-gara Kasih merasa agak kasihan sekaligus khawatir melihat kondisi tubuh dan mental Biantara, jadilah ia hanya ikut saja perintah Biantara. Kasih pun tidak tahu sejak kapan dirinya jadi orang penurut seperti ini. Kasih melirik Biantara yang tengah sibuk dengan ponselnya. Sejak tadi, pria itu hanya berbicara satu dua kata kepada Kasih, seperti menyuruhnya untuk lurus atau berbelok. Selebihnya, Biantara lebih memilih memusatkan perhati