Aku Tunangan Reigan!

1340 Words
Baby membuka lemari besar yang ada di kamarnya. Dia kaget karena melihat berbagai macam baju dengan warna yang lengkap ada di sana. Juga ada sepatu, sandal, tas dan keperluan lainnya. Semua modelnya sangat cantik dan terkesan mewah. Baby yakin, itu semua sangat mahal harganya. “Reigan memberikanku terlalu banyak. Kurasa aku makin tidak dapat menerima ini semua. Sebenarnya apa tujuannya begini terhadapku?” ucapnya sambil menyentuh satu baju berwarna biru yang mencuri perhatiannya. “Baju ini sangat bagus. Apa aku pantas memakainya?” Baby mengambil dress berwarna biru tersebut lalu mengenakannya. Itu sangat cantik dan pas di tubuhnya. Dia berkaca, menatap pantulan dirinya yang sudah mengenakan sepatu dengan warna serasi. “Bajunya yang cantik, sedangkan wajahmu sangat pucat.” Dia menyisir rambutnya yang agak keriting dan berwarna pirang. “Apa aku yang memilih warna rambut ini? Atau ini memang warna asli rambutku?” Namun sayang dia tidak ingat apa pun. “Halo, Mark, aku akan mengajak gadis itu jalan-jalan, kau ada di mana?” Saya di rumah, Tuan. Baby muncul dan Reigan langsung mengakhiri panggilannya pada Mark. “Baiklah, aku tutup dulu.” “Maaf menunggu lama.” “Ya,” sahut Reigan yang terpaku dengan penampilan Baby. “Em, maaf, apa ada yang salah dengan penampilan ku?” tanya Baby setelah melihat reaksi Reigan yang tertegun. “Tidak. Kita jalan sekarang,” ajak Reigan lalu dia berjalan lebih dulu di depan Baby. Reigan membuka pintu mobil untuk Baby, gadis itu ragu untuk masuk ke dalam mobil mewah yang ada di depannya. “Masuklah.” “Apa tidak masalah jika aku masuk?” “Kenapa? Apa kau baru pertama kali melihat mobil bagus?” Baby terdiam, dia tidak sebodoh itu. Walau hilang ingatan dia masih mengingat bentuk mobil dan lainnya. Dia cemberut, dan Reigan tanpa sadar tersenyum. “Masuklah, hari ini aku yang menyetir tanpa ditemani Mark. Kau pasti bosan di rumah terus.” Baby yang ragu akhirnya masuk ke dalam mobil itu. Reigan melirik Baby yang duduk tidak tenang, dia kurang nyaman dengan posisi tempat duduknya. “Kenapa? Apa kau tidak nyaman?” “Tidak,” jawab Baby lalu dia duduk diam dan tidak bergerak. Reigan mendekat, jantung Baby langsung berdebar tidak karuan begitu Reigan mengikis jarak dan terlalu dekat dengannya. “Apa yang akan kau lakukan, Rei?” “Menurutmu apa?” jawab Reigan dengan tatapan yang seketika mengunci pergerakan Baby. “Kau terlalu dekat, Rei, aku...” putus Baby, sedangkan Reigan langsung memasangkan safety belt untuknya. Oh rupanya dia hanya ingin memasangkan benda itu padaku, batinnya malu karena sudah salah paham. “Menurutmu apa? Aku hanya memasang sabuk pengaman.” Reigan pun kembali ke kursinya. “Duduklah dengan tenang.” Wajah Baby memerah, dia sangat malu karena sudah salah paham. Padahal mana mungkin Reigan tiba-tiba menciumnya, kan? Setelah membeli ponsel di toko elektronik, Reigan juga mengajak Baby ke toko makanan. Mereka memilih kue dan es krim. “Kau suka cokelat?” tanya Reigan. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku suka,” sahut Baby sambil mencicipi es krim. Reigan tersenyum melihat cara Baby makan seperti anak kecil. “Setelah ini kita nonton film,” kata Reigan. “Film? Serius?” “Iya, kau belum pernah nonton di bioskop, kan?” Mereka pun masuk ke bioskop dengan suasana gelap dan nyaman. Reigan sengaja memilih tempat duduk di sudut yang agak tersembunyi. Awalnya Baby sangat antusias saat film dimulai. Film itu tampak romantis, tapi kemudian berubah menjadi sensual. Baby merapatkan tubuhnya karena adegan demi adegan di layar terasa intens. Tangannya tanpa sadar mencengkeram jaket Reigan. “Rei…” gumam Baby lirih. Nafasnya sedikit berat, ia merasa janggal tapi tak bisa berpaling dari layar. Reigan menoleh pelan ke arah Baby. Gadis itu tampak begitu polos dalam ekspresi paniknya. “Tenang saja, itu hanya film,” bisik Reigan, namun suara beratnya justru mengguncang d**a Baby. Tangan mereka bersentuhan di antara kursi. Baby menegang, tapi tidak menarik tangannya. Reigan meliriknya sekali lagi, lalu tiba-tiba wajah mereka hanya berjarak sejengkal. Ciuman itu terjadi begitu saja. Awalnya ringan dan lembut, seperti percikan rasa penasaran. Tapi kemudian menjadi dalam dan panas, mencuri oksigen dari d**a Baby. Tangannya naik ke d**a Reigan, mencoba menahan, tapi dirinya sendiri justru terlarut dalam rasa itu. Reigan menarik tubuh Baby mendekat, menyentuh wajahnya dan menciumnya lebih dalam. Desahan lembut keluar dari bibir Baby, menciptakan getaran di d**a Reigan. Suasana bioskop yang gelap menambah intensitas momen itu. Saat film selesai, keduanya saling terdiam dalam lift menuju parkiran. Hanya suara jantung yang berdetak kencang di telinga mereka masing-masing. Di mobil, Baby duduk gelisah. Ia terus mencuri pandang ke arah Reigan, lalu menunduk lagi sambil memainkan jari-jarinya. Wajahnya masih terasa panas, tubuhnya pun begitu. Bayangan ciuman tadi kembali terlintas, membuat dadanya berdebar tak karuan. Bahkan saat Reigan menyentuh stir, Baby teringat cara pria itu menyentuh pipinya tadi. “Kau kenapa?” tanya Reigan, meliriknya sekilas. “Eh? Nggak apa-apa…” jawab Baby buru-buru. Tapi pipinya tak bisa berbohong. “Masih kepikiran film tadi?” goda Reigan datar, tapi dengan senyum kecil. Baby hanya bisa menunduk lebih dalam, tak bisa menyangkal. “Kita akan mampir ke rumah Mark. Kau harus kenalan lebih baik dengan orang-orang di sekitarku,” kata Reigan kemudian. Baby mengangguk, walau pikirannya masih belum bisa benar-benar fokus. --- “Silakan diminum, Nona.” Mark memberikan segelas minuman untuk Gladys yang sedang duduk di ruang tamu minimalis nya. “Terima kasih, Tuan Mark.” Gladys tidak tau harus ke mana setelah dia putus dari Hanzel. Dia tidak mungkin pulang ke rumah karena mamanya pasti akan marah padanya. Kebetulan Mark muncul hingga dia memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah Mark daripada bingung mau ke mana. “Tuan Mark, apa aku boleh bertanya sesuatu?” “Ya, silakan saja, Nona.” Mark duduk di depan Gladys, sambil meminum kopinya. “Apa Reigan pernah mengatakan dia menyukai aku?” Mark tersentak mendengar pertanyaan dari Gladys. Untung saja dia tidak sampai refleks menyemburkan minuman yang ada di mulutnya. “Untuk apa Nona bertanya itu?” Gladys menghela napas berat. “Hanya penasaran, apa dia pernah mengatakan itu padamu. Hubungan kau dengan nya, kan, sangat dekat, Tuan. Kurasa jika seorang pria menyukai wanitanya, pasti pernah satu kali saja dia memberitahu pada teman prianya.” Mark jadi bingung harus menjawab apa. “Ah, itu, maaf sekali Nona. Tapi saya rasa tuan Reigan bukan tipikal yang terbuka tentang perasaannya pada siapa pun.” “Benarkah? Hem, sayang sekali.” Gladys meminum minuman yang diberikan oleh Mark. Tak lama bel rumah Mark berbunyi. “Kau ada tamu, Tuan?” “Oh, saya juga tidak tau siapa yang bertamu. Sebentar, saya bukakan pintu dulu, ya.” “Baik.” Mark berjalan ke pintu dan dia terkejut begitu melihat siapa yang datang. “Tu-tuan?” Reigan datang bersama dengan Baby. “Halo, Tuan Mark,” sapa Baby dengan ceria. “Nona Baby, ah, saya kaget kalian berdua datang. Kenapa tidak memberitahu dulu?” “Apa tidak boleh, kau sedang ada tamu?” jawab Reigan, dia melihat sepasang sepatu wanita di rak sepatu rumah Mark. “Kau sedang bersama kekasihmu, Mark?” “Bu-bukan! Maksud saya tidak, Tuan, saya tidak bersama kekasih, saya tidak punya.” Mark menunduk. “Kalau begitu izinkan aku dan dia masuk.” “Baik. Silakan masuk Tuan Reigan dan Nona Baby.” Reigan dan Baby pun masuk. Begitu masuk, Reigan kaget melihat seorang wanita sedang duduk di ruang tamu. “Siapa yang datang, Tuan?” Gladys berbalik, dia juga kaget melihat Reigan sedang berdiri bersama seorang gadis asing. Gladys langsung berdiri menghampiri Reigan. “Rei, kau datang dengan siapa?” “Apa yang kau lakukan di rumah Mark?” tanya Reigan, balik bertanya. “Aku hanya mampir. Dia siapa, Rei? Kenapa dia bersamamu?” tanya Gladys menatap sinis ke arah gadis di sebelah Rei. Reigan mengusap wajahnya kasar, dia tidak menyangka akan bertemu dengan Gladys di rumah Mark. “Katakan siapa kau?” tanya Gladys pada Baby. “Maaf, tapi kau siapa? Kenalkan, namaku Baby,” ucap gadis itu seraya mengulurkan tangannya pada Gladys. Namun Gladys tidak mau menerima uluran tangan Baby. “Aku adalah tunangan Reigan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD