Bagian 02: Perpisahan dan Belati Takdir

1159 Words
“Paman, apa kau mau pergi?” Seperti tikus yang terperangkap di tengah malam, Kazzam hendak melangkah pergi dari penginapan saat suara seseorang mengejutkannya dari arah punggungnya. Ia menoleh dan melihat Kleigh di sana, bersama rambut yang berantakan dan baju yang sama lusuhnya seperti biasa. Kazzam menghela napas lega dan duduk sambil memegangi dadanya sendiri. “Ternyata kau, Nak. Kenapa kau berkeliaran di malam hari seperti ini?” Basa-basi Kazzam, dia berusaha menyembunyikan barang bawaannya di belakang punggung. Kleigh menyusul pria itu dan duduk di sebelahnya, dia memangku dagunya sendiri dengan kedua telapak tangan. “Aku tidak bisa tidur. Suara langit tadi masih terngiang-ngiang di kepalaku. Paman, apa kau mau pergi selarut ini? Biasanya kau tinggal dua sampai tiga hari di sini. Ini aneh.” Kleigh memiringkan kepalanya, menatap wajah Kazzam yang berkeringat meski malam ini suhu cukup dingin. “Apa kau tahu sesuatu tentang suara langit itu, Paman? Apa itu pertanda buruk?” Kazzam meneguk ludahnya dalam. Ia membetulkan posisi penutup mata kirinya yang hanya ia gunakan untuk hiasan saja, strategi untuk menarik pembeli. Dia cukup pintar untuk bocah seusia empat belas tahun yang tidak mengenyam pendidikan dasar. Tentu saja itu adalah pertanda buruk. Namun, aku sendiri juga tidak tahu dan tidak mau tahu apa kejadian buruk yang akan terjadi selanjutnya. “Entahlah, kupikir itu hanya ramalan kosong. Kau tahu sendiri, ‘kan, bola kristalnya sudah retak saat kau pegang. Jangan terlalu dipikirkan, Nak! Oh iya, kau bilang ingin menjadi seorang pahlawan, benar bukan?” Kazzam menjentikan jarinya, ia berusaha untuk mengubah topik suram itu ke pembicaraan lainnya, gelarnya sebagai pedagang petualang dan seorang pendongeng ulung bukan isapan jempol semata. “Eh? Aku tidak bilang kalau aku mau menjadi seorang pahlawan ….” “Kau mau, ‘kan?” tanya Kazzam sekali lagi. Kleigh melebarkan bola matanya. Bisakah ia menjadi seorang pahlawan? Bolehkah dia menjadi seseorang yang sangat keren seperti itu? Kleigh mengangguk dengan segenap hatinya. Dia mau, dia ingin menjadi seorang pahlawan. Sosok yang menyelamatkan orang lain dan tersenyum di akhir saat mengalahkan kejahatan. Melihat kemauan remaja laki-laki tersebut, Kazzam berbalik dan mencari sesuatu di dalam tas besarnya. Dia mengambilnya dan menyodorkan sebilah belati perak pada Kleigh. “Hadiah dariku. Simpanlah. Memang kurang bijak rasanya, memberikan benda tajam pada bocah berumur empat belas tahun, tetapi kupikir kau akan segera membutuhkannya. Simpan baik-baik, apa kau paham, Nak?” Kleigh menerimanya, ia membolak-balik belati perak berukuran sekitar 25 centimeter tersebut dan mengangkatnya tinggi sehingga ia bisa melihat ukiran rune kuno yang ada di sana. Sayang sekali, Kleigh tidak dapat membacanya. Meskipun demikian, Kleigh bisa melihat samar-samar Nen yang menyelimuti belati tersebut. Dia lalu menatap pria tua di sebelahnya. “Terima kasih, Paman.” “Ikutlah ujian hunter saat usiamu sudah mencukupi, aturan minimalnya adalah lima belas tahun. Kau bisa mengikutinya tahun depan, berlatihlah dengan giat dan ikuti ujian tersebut. Kau pasti bisa menjadi hunter elit dan masuk ke jajaran Kesatria Suci.” Kazzam menepuk puncak kepala Kleigh lembut. Ujian hunter adalah tahap awal untuk menggapai impian Kleigh yaitu menjadi Kesatria Suci. Hunter adalah sebuah pekerjaan di mana seseorang memiliki kemampuan dan kecakapan untuk melaksanakan sebuah misi yang diberikan oleh orang dan dibayar setelah misi selesai dilakukan. Bisa dibilang, para hunter adalah Midlings yang mahir menggunakan Nen miliknya untuk menyelesaikan misi. Para hunter bekerja di bawah pimpinan jenderal yang memiliki guild mereka masing-masing. Para peserta yang lolos ujian hunter akan direkrut secara khusus oleh para jenderal ke dalam guild hunter mereka. Ujian hunter dikenal sangat sulit, tetapi setiap tahunnya peserta yang mengikutinya selalu bertambah banyak. Hal itu karena keistimewaan menjadi seorang hunter sangat berbeda dibanding pekerjaan Midlings lainnya di Earusia. Hak untuk pergi ke wilayah manapun tanpa menggunakan passport dan gaji yang begitu menggiurkan mata membuat banyak orang memutuskan untuk mengubah pekerjaan mereka dan mencoba untuk menjadi seorang hunter. Tentu saja, selain ujiannya yang sulit, misi seorang hunter juga tak kalah sulit dan berbahayanya. Para hunter tidak akan jauh dari kematian dan hal-hal yang berbau darah. Mengingat hal itu, Kazzam langsung tersadar bahwa hunter adalah pekerjaan yang benar-benar berbahaya untuk bocah remaja sepertinya. “Aku tidak memaksamu untuk menjadi seorang hunter, kau boleh menolak gagasanku dan hidup sesuai dengan impian yang kau mau—” “Mm-hmm, aku mau menjadi seorang hunter, Paman. Selain bisa menyelamatkan banyak orang, uang dari misi akan kutabung dan membeli sebuah rumah mewah yang penuh dengan makanan. Paman harus datang ke rumahku di masa depan, lho.” Kleigh menyengir kecil. Ah … sepertinya Kazzam sudah terlalu lama sendirian, ia merasa hangat hanya dengan senyuman tulus anak kecil. Kazzam lalu menengadah dan menatap lekat rembulan yang mulai tertutup oleh awan. “Sepertinya ini sudah waktuku untuk pergi.” Dia menambahkan ucapannya sendiri. “Apa kau mau ikut denganku, berpetualang dan berdagang? Meskipun itu akan sedikit merepotkan … atau mungkin tidak … aku masih bisa membawa satu anak laki-laki untuk kubawa berpergian.” Kleigh mengerjapkan matanya dua kali, lalu dia terkekeh sambil menggeleng pelan. “Apa Paman akan kesepian tanpaku?” “Demi Janggut Merlin, sa-sama sekali tidak! Aku hanya sedikit mengasihanimu saja.” Kazzam langsung salah tingkah, membuat Kleigh tergelak melihatnya. “Lagi pula, jika kau tidak mau, ya, sudah. Aku pergi sekarang, jangan pernah mencariku, Nak. Jaga dirimu baik-baik. Mungkin kita akan bertemu empat sampai lima tahun ke depan, aku akan berpetualang sedikit jauh kali ini.” Kalimat perpisahan itu terdengar sedikit menyakitkan bagi Kleigh, tetapi ia tersenyum lebar dan menunjukan belati perak yang diberikan oleh pria yang sudah Kleigh anggap seperti paman kandungnya sendiri. “Tenang saja, Paman. Kau sudah memberiku belati yang sangat keren ini, aku pasti akan baik-baik saja. Pergilah, biasanya kereta bullhorse—kereta yang ditarik oleh hewan campuran antara banteng dan kuda, kuat berjalan hingga 100 km lebih tanpa makan dan minum—akan berangkat sebentar lagi.” Kazzam mengangguk. Ia mengangkat semua barang bawaannya di punggung dan berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang. Kleigh menatap punggung pria tua tersebut sampai menghilang ditelan oleh gelapnya malam. Dia kemudian merunduk dan melihat belati perak yang terasa begitu nyaman di tangannya, seolah belati ini memang ditakdirkan untuknya. “Aku akan memberitahu Elaine tentang belati ini dan keikutsertaanku di ujian hunter tahun depan, dia pasti kaget dan iri padaku.” Kleigh tiba-tiba saja mengingat Elaine, tetangga sekaligus temannya sejak kecil. Dia adalah perempuan yang menghabiskan waktunya untuk menyelami dunia besi dan perbengkelan. Kleigh sama sekali tidak paham mengapa anak gadis sepertinya justru tertarik pada pekerjaan yang identik dengan laki-laki tersebut di saat anak gadis seumurannya menyukai boneka dan mengepang rambut sambil membicarakan gosip panas tentang Aine dan James yang ketahuan berciuman di balik pohon aprikot bersama-sama. Namun, tetap saja, Elaine adalah temannya yang paling pengertian tentang Kleigh. Dia sering merawatnya saat sakit atau pun kekurangan makanan, meski mereka sering bertengkar karena Kleigh yang jahil padanya. Kleigh menguap lebar. “Ah, aku mengantuk. Besok saja, deh, kuberitahunya.” Dia lalu berbalik dan berjalan kembali ke rumah jeraminya yang sesak dan dingin. Sepertinya Kleigh harus membuat api di tungku untuk menjaganya tetap hangat malam ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD