11. Kunjungan Cakra ke rumah Wulan

1179 Words
Cakra merasa Wulan sedikit naif, mereka benar-benar melakukan hubungan intim tapi Wulan tetap berpura-pura tidak pernah melakukannya sama sekali. Walau begitu Cakra bisa memahami perasaan Wulan, apalagi perusahaan tempat mereka berdua bekerja di mana sang bintang meludah maka bisa langsung menenggelamkan orang. Memang lebih baik berhati-hati seperti yang dilakukan Wulan sekarang. Jika tidak maka tidak mungkin karyawan sementara seperti Wulan bisa dipromosikan seperti sekarang. Wulan juga tidak bisa menduduki posisi direktur. Cakra menghubungi Wulan, di seberang sana Wulan pikir Cakra ingin membahas tentang pekerjaan. “Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?” Pertanyaan Cakra membuat Wulan terkejut kenapa Cakra mengambil topik seperti itu. Tanpa sadar Wulan menjawab. “Saya sedang menonton tv.” “Sudah makan?” “Ya, aku sudah makan.” “Kalau begitu, kamu harus makan lagi.” Cakra menutup panggilan. Wulan tidak mengerti, Wulan mengerjap bingung sambil memeluk ponselnya. Sekitar sepuluh menit kemudian Cakra kembali menelpon Wulan. “Buka pintunya.” Wulan berdiri lalu berjalan menuju pintu, saat ia membuka pintu Cakra sudah berdiri di sana. “Ini makanan untukmu.” Cakra mengulurkan kotak bekal pemerian dari neneknya untuk Wulan. Wulan memberikan jalan, Cakra masuk ke dalam lalu meletakkan kotak makan tersebut di atas meja. Cakra duduk di sofa, bersebelahan dengan Wulan. Wulan tidak pernah melupakan apa yang sudah mereka berdua alami. Cakra melihat ekspresi Wulan kemudian Cakra berkata. “Seharusnya ketika kita hanya berdua, kita bisa seperti teman, kenapa harus begitu tegang?” Cakra tidak menunggu jawaban Wulan. Cakra langsung berdiri dan pergi. Saat Wulan berdiri berniat untuk mengantar, Cakra kembali bilang, “tidak perlu mengantarku.” Cakra menutup pintu dan pergi. Wulan menatap daging panggang di dalam kotak bekal yang dibawakan Cakra untuknya. Wulan mengambilnya satu lalu mulai menikmatinya. Dalam hati Wulan merasa bersalah pada Cakra. Mereka berdua pernah tidur bersama dan mereka berdua dengan jelas bisa mengingat apa yang sudah mereka lakukan malam itu. Wulan merasa menjadi orang lain setiap memaksa dirinya untuk terus berpura-pura. Wulan pikir keputusan akhir tetap berada di tangan Cakra, karena Cakra adalah atasannya di perusahaan. Rita pulang dan dia melihat makanan di atas meja. Ingin sekali dia memakannya tapi dia tahan karena sedang diet sekarang. Rita hanya membuka tutupnya lalu menutup kembali dengan perasaan enggan, Rita duduk di sebelah Wulan. “Kakimu kenapa?” Tanya Rita padanya. “Bagaimana kalau kita ke rumah sakit?” “Tidak perlu, ini hanya keseleo ringan. Aku akan pulih setelah beristirahat beberapa hari. Aku akan menonton film untuk berlibur di rumah.” “Kamu membuatku iri, aku juga akan terkilir besok.” Rita mengatakannya sambil tertawa. “Bisakah aku menyusul terkilir sepertimu?” Tanyanya sambil menghela napas panjang. Rita teringat kalau dia akan ada perjalanan bisnis. “Ah, iya, aku ada perjalanan bisnis. Aku akan meminta seseorang untuk menggantikanku jadi aku bisa menemanimu di rumah.” Ujarnya. “Tidak, jangan! Aku baik-baik saja. Aku bisa memesan apapun dari situs online.” Seru Wulan untuk menghentikan Rita. Rita melihat Wulan sedang menonton film dengan nyaman, perasaan Rita merasa lega jadi dia tidak perlu mencemaskan Wulan lagi dan besok dia bisa melakukan perjalanan bisnis dengan tenang. Selama dua hari Wulan merasa senang sekali, dia bisa bersantai menonton film sambil makan. Bangun dan tidur dengan nyaman. Bersantai sambil bersandar di sofa. Sampai dia mendapatkan telepon dari perusahaan bahwa seluruh karyawan ingin datang ke rumahnya untuk menjenguk sekaligus mengantarkan tunjangan uang untuk Wulan yang sakit atas nama perusahaan. Wulan menolak untuk menerima itu, seniornya di kantor bilang bahwa dia akan menerima uang sebagai tunjangan Wulan yang terluka saat ini, akhirnya mereka pun datang mengunjungi Wulan. Cakra juga turut hadir di sana. Cakra kembali berpura-pura bersikap serius untuk menghindari kecurigaan rekan kerjanya yang lain. Hanya beberapa jam dan mereka pun berpamitan pada Wulan, termasuk Bu Mela. “Jaga dirimu baik-baik, aku harap kamu segera sembuh dan kembali masuk ke kantor. Kita harus segera kembali biarkan Wulan beristirahat!” Serunya pada karyawan yang lain. Wulan menganggukkan kepala. “Terimakasih, Bu Mela.” Wulan juga mengucapkan terimakasih pada karyawan yang menjenguknya hari itu. Setelah semuanya bubar, kediaman Wulan kembali sepi. Wulan bisa melanjutkan aktivitasnya untuk menonton video. Pada malam hari Cakra tiba-tiba menelpon Wulan. “Buka pintunya!” Wulan langsung membuka pintu, dia melihat Cakra mengenakan stelan jas, ada satu kresek buah dalam genggaman tangan kanannya. “Ini dari karyawan perusahaan, aku lupa tidak mengambilnya tadi.” Cakra mengulurkannya pada Wulan. Cakra juga membawa dokumen dalam genggaman tangannya yang lain, Wulan tidak memiliki kesempatan untuk menolak. Cakra memberikan dokumen itu padanya. “Perusahaan pusat meminta salinan perincian proses departemen. Banyak laporan dan surat yang belum diserahkan.” Ujarnya pada Wulan. “Budi sedang sibuk dengan proyek di luar kota baru-baru ini, dia juga sedang dalam perjalanan bisnis.” Lanjut Cakra. “Awalnya aku mempercayakan semua ini pada Yasmin, tapi lihatlah apa yang dia tulis di sana?” Wulan menerima dokumen tersebut kemudian memeriksanya. Semua yang dikatakan Cakra memang benar, Yasmin tidak bisa menuliskannya dengan baik. Wulan juga tidak ingin menjelek-jelekkan bawahan Budi di depan Cakra. “Yasmin belum pernah mengerjakan pekerjaan ini sebelumnya, dia tidak tahu seperti apa prosedur departemen kita. Jadi kesalahan tidak bisa dihindari.” Sebelum Cakra menyerahkan pekerjaan itu padanya, Wulan memilih mengambil inisiatif. “Biarkan aku yang melakukannya.” Ketika Wulan menangani pekerjaan, wajah Wulan selalu terlihat meyakinkan. Semuanya akan selesai dengan baik saat pekerjaan itu ada di tangan Wulan. Dia ingin menyelamatkan Cakra dari pekerjaan itu. Mereka berdua duduk di sofa, Wulan menyalakan laptopnya. Wulan memutuskan untuk mengambil alih pekerjaan tersebut. Wulan memulainya, dia memangku laptop mengerjakan selama setengah jam. Awalnya Wulan ingin menunjukkannya pada Cakra cara mengerjakan itu secara detailnya, tapi pria itu sudah tertidur dengan bersandar di sofa. d**a Cakra nampak naik-turun teratur, tidurnya sangat nyenyak. Wulan pikir mungkin Cakra terlalu lelah. Cakra mulai berangkat bekerja, sementara Wulan biasa bekerja lembur hingga pukul enam atau tujuh malam. Cakra akan bekerja lebih lambar dari Wulan, ada berbagai macam proyek yang perlu didiskusikan, subkontraktor dan juga pemasok. Mereka akan pergi dalam sebuah acara makan malam untuk membicarakan semuanya, masih banyak lagi berbagai meeting yang harus didatangi Cakra. Apalagi jika larut malam perusahaan pusat menghubungi Cakra untuk meminta formulir dengan tergesa-gesa, Cakra harus kembali ke perusahaan dan dia harus menanganinya. Wulan sering melihatnya. Cakra sangat teliti, Cakra juga efisien dalam mengatur pekerjaan untuk bawahannya. Betapa ketatnya hari-hari yang Cakra lalui. Cakra tidak punya waktu cukup untuk tidur setiap hari. Di usia dua puluh sembilan tahun Cakra memecahkan rekor, dia bertanggung jawab atas ratusan karyawan dan menjadi manager penuh waktu di perusahaan pusat yang begitu besar. Wulan melihat perjuangan Cakra. Wulan sengaja tidak membangunkannya, dia menutupi tubuh Cakra dengan sehelai selimut. Cakra bahkan tidak terbangun atau beralih tidur dengan bergerak sedikit. Cakra benar-benar lelah. Wulan melanjutkan pekerjaannya, setelah satu jam berlalu dan Wulan sudah menyelesaikan semuanya. Wulan melihat Cakra masih belum terjaga dari tidurnya. Wulan menonton drama sebentar dengan earphone agar tidak menimbulkan suara. Wulan mematikan lampu dan menyalakan lampu yang lebih kecil agar tidak terlalu terang. Saat Cakra terjaga, dia melihat Wulan memakai pakaian rumah, rambut Wulan diikat ke belakang. Leher Wulan yang jenjang terlihat cantik, Wulan nampak lebih cantik dibandingkan berada di perusahaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD