ccz 4

1384 Words
Reiki POV Aku pulang dari markas besar untuk pulang setelah melakukan operasi penangkapan sampai dinihari, aku ingin istirahat beberapa jam untuk mengisi tenagaku yang semalaman terkuras habis. Saat aku melintasi sebuah keramaian aku berhenti karena seperti ada kejadian disana. Aku hentikan mobilku dan turun, siapa tahu ada kejahatan yang terjadi disana. Orang orang berkerumun mengelilingi sesuatu atau mungkin seseorang, aku mendekat dan membelah kerumunan orang. Aku terkejut saat melihat gadis bernama Zeaana pingsan di trotoar, aku kemudian membopong tubuh gadis itu ke mobilku tapi aku bingung harus membawanya kemana karena jarak rumah sakit jauh dari sini dan lebih dekat ke apartemenku, akhirnya aku bawa Zeaana ke apartemenku. Aku baringkan tubuhnya di ranjang king size milikku dan aku duduk di tepi ranjang, ku tatap wajahnya yang benar benar tampak sama dengan Zahira, almarhum tunanganku. Aku menghela nafas panjang, kenapa wajahnya sama dengan Zahira, apa mereka bersaudara atau bahkan mereka saudara kembar? tapi tidak mungkin, jika masih hidup Zahira pasti sudah berusia 28 tahun, dan gadis ini seperti masih berusia 20 an. Kehadiran gadis ini membuatku kembali mengingat Zahira, selama lebih dari 5 tahun aku tidak bisa memaafkan diriku karena kematiannya disebabkan olehku. Saat gadis ini tertembak Rio sebulan yang lalu, aku shock. Aku takut kejadian Zahira terulang lagi dan mungkin aku akan merasa berdosa selamanya. Tapi untungnya gadis ini selamat, aku usahakan tidak sering ke rumah sakit melihat keadaannya karena pasti akan mengingatkan aku pada Zahira, tapi karena sudah kewajibanku aku minta seorang petugas menjaganya. Ia keluar dari rumah sakit saat aku ada tugas luar kota sedangkan ia menolak diikuti oleh petugas yang aku tugaskan menjaganya. Aku sedikit bersyukur karena tidak akan bertemu dengannya lagi, tapi takdir mempertemukan kami kembali. Setelah ia sadar aku menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, sejauh obrolanku dengannya Zeaana ini sifatnya berbeda dengan Zahira, Zahira gadis yang lemah lembut sedangkan Zeaana lebih ceplas ceplos kalau bicara. Mereka memang orang yang berbeda jauh, saat mobilku berhenti saat lampu merah tiba tiba ia berteriak histeris dan menutup telinganya, seperti tak ingin mendengar sesuatu dan sepersekian detik kemudian ia pingsan. Kenapa gadis ini? Apa yang ia tak ingin dengar? Apa ia sakit? Pertanyaan pertanyaan itu berkecamuk di kepalaku, kuputuskan membawanya ke rumah sakit dimana dulu ia dirawat setelah tertembak, mungkin ada penjelasan penyebab ia seperti itu. ~~~ ~~~ "Bagaimana keadaannya Ndre? Apa ada hubungannya dengan cederanya sebulan lalu? kenapa dia berteriak histeris? apakah kejiwaannya baik baik saja?" cecarku pada Andreas. "Slow Rei, banyak banget nanyanya." "Iya bagaimana keadaannya?" "Setelah beberapa test tadi, hasilnya semua normal saja Rei, tidak ada yang serius." "Tapi kenapa ia berteriak histeris secara tiba tiba?" "Entahlah...mungkin kita harus bertanya padanya apa yang ia dengar saat itu." Aku menghela nafas panjang, kenapa aku berurusan dengan gadis ini, wajahnya membuatku selalu teringat pada Zahira. "Baiklah ayo kita lihat dia, mungkin dia sudah sadar," ajak Andreas padaku, aku mengikuti langkahnya menuju ruang rawat Zeaana. Andreas mengajak dua orang perawat untuk memeriksa Zeaana, saat memasuki ruang inapnya aku lihat gadis itu sudah sadar dan duduk bersandar pada ujung brankar. wajahnya menampakkan kecemasan, ia menatap dua perawat pergantian, juga Andreas tapi anehnya ia hanya melihat sekilas padaku dan kembali menatap dua perawat dan Andre bergantian, ia menampakkan wajah ketakutan sekaligus kebingungan. Apa yang dia rasakan? kenapa expressinya seperti itu. Tapi kali ini dia diam saja, walau aku lihat tangannya sesekali menutup telinganya. Andreas bertanya tentang keadaannya, ia tersenyum dengan terpaksa dan menjawab ia baik baik saja, tapi aku yakin dia tidak baik baik saja. Ia menatapku heran beberapa lama kemudian ia menunduk seperti berfikir. Zeaana memintaku mengantarnya pulang, aku menatap pada Andreas dan bertanya apakah ia diperbolehkan pulang, Andreas mengijinkan karena diagnosa medis gadis ini baik baik saja. Aku pun mengantarnya ke tempat tinggalnya yang ternyata adalah tempat kost wanita, aku lihat seorang gadis seusianya terburu buru mendekati Zeaana saat ia turun dari mobilku. "Ya ampun Zea, kamu kemana aja? aku kebingungan mencarimu, aku telepon nggak kamu jawab, aku pulang kamu nggak ada. Kamu nggak apa apa kan. Ini...siapa?" Gadis itu menatapku curiga. "Ini pak Reiki Lik." "oh pak Reiki, terima kasih sudah mengantar Zea pulang pa.k "  Oooo----oooO Aku berlutut di depan makan Zahira, sudah sangat lama sekali aku tidak kesini sejak ia meninggal 5 tahun lalu. Aku tatap batu nisannya, masih jelas terbayang senyum manisnya setiap aku bertukar pikiran dengannya, pendapatnya bisa menenangkan hati dan fikiranku. Karena itulah aku jatuh cinta padanya, ia selalu mengerti aku, ia bisa menyikapi sifatku yang berapi api. "Za.....I miss you," gumamku perlahan. "I'm so sorry Za." Masih terngiang jelas di telingaku ucapannya sebelum ia meninggal di pelukanku. Flashback on "Rei.... Zahira menggenggam erat tanganku, aku tahu ia kesakitan. "Kamu jangan banyak bicara Za, kamu akan baik baik saja." Ia menggeleng pelan dan tersenyum. "Ka...mu jangan menyalahkan diri kamu Rei, jika aku pergi." "Kamu nggak akan kenapa napa sayang," kubelai wajahnya yang pucat, ia semakin mempererat genggamannya dan semakin lama genggamannya semakin melemah dan ia pun terpejam untuk selamanya. Flashback off Aku tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan, aku tak bisa tidak menyalahkan diri akan kematiannya. Saat itu adalah kasus pertama yang dipercayakan padaku, menyelidiki sebuah geng motor yang meresahkan masyarakat. Dan sialnya pimpinan geng motor itu mengetahui identitasku juga hubunganku dengan Zahira yang sudah bertunangan. Mereka menculik Zahira dan melukainya hingga kritis dan meninggal. Saat melihat Zeaana, aku membayangkan dia sebagai Zahira tapi aku sadar itu hanya keinginan dalam lubuk hatiku saja yang ingin Zahira tetap hidup. Aku menaburkan bunga di pusara Zahira kemudian pergi berdinas. Hari ini ada latihan gabungan dengan TNI untuk pemberantasan teroris di Indonesia. aku tenggelam dalam kegiatan rutinku mulai dari memimpin anak buahku untuk penyelidikan kasus hingga penggerebekan markas penjahat, kesibukanku membuatku lupa tentang Zahira dan.....Zeaana. Kenapa aku mengingat gadis itu lagi? ada apa ini? apa karena wajahnya hingga aku mengingat dirinya. Ini tak boleh terjadi, dia bukan Zahira.  Anak buah ku mendapat informasi jika saat car free day ada penyusup ideologi dengan dalih acara hiburan, aku berniat untuk menyelidikinya sendiri, dengan bantuan Ifan tentunya, anak buah kepercayaanku. Kami  berpencar berkeliling menjelajah sudut car free day, kali saling berkomunikasi melalui ponsel tapi belum kami temukan yag kami cari. Aku melihat dua orang gadis yang sedang diganggu beberapa pemuda, aku berniat melangkah dan menolongnya namun langkahku terhenti saat salah satu gadis itu berani melawan pemuda pemuda itu, sepertinya gadis itu mempelajari ilmu beladiri, aku melihat ia menguasai beladiri taekwondo dan aku lihat ilmunya lumayan tinggi untuk ukuran seorang gadis. Tak lama ia sudah berhasil mengalahkan pemuda pemuda yang mengganggunya, aku kagum pada gadis itu yang tidak mengandalkan orang lain dan berani bertindak. Para pemuda itu pergi meninggalkan 2 gadis itu, sepertinya aku tidak perlu lagi kesana, aku akan berbalik meninggalkan tempat itu tapi langkahku terhenti saat 2 gadis itu melangkah ke arahku, gadis itu adalah Zeaana dan temannya. Jadi Zeaana mahir ilmu beladiri? pantas saat itu ia berhasil melepaskan diri dari sanderaan Rio Prayoga, gadis yang spesial, ada sebuah rasa aneh menyusup di hatiku, perasaan apa ini? hanya rasa kagum kurasa karena jarang seorang gadis mau belajar ilmu beladiri, aku tidak perlu menghawatirkan gadis itu lagi karena aku tahu ia bisa jaga diri. Oooo----oooO Aku janji makan siang bersama  Karina di resto Cahaya, Karina adalah rekan seangkatanku di Akpol, kami berjuang bersama saat pendidikan dulu dan tetap bersahabat sampai sekarang, kadang kami bertukar informasi tentang bagaimana kondisi keamanan di area tugas masing masing. Aku sudah duduk di meja ini 10 menit yang lalu, kulihat Karina baru saja memasuki resto ini dan berjalan ke arahku. Kami segera memesan makanan pada pelayan, 5 menit kemudian makanan kami datang. "Makasih mbak," ucapku pada waiters dan memandangnya sekilas, tapi pandanganku terpaku saat tahu siapa waiters itu, aku hanya diam menatapnya. Karina yang menyadari perubahan sikapku ikut memandang waiters itu yang adalah Zeaana. Kulihat raut terkejut di wajah Karina sama seperti aku saat pertama kali melihat wajah Zeaana. "Zahira....!!??" pekiknya terkejut. Ia menatapku dan Zeaana bergantian. Zeaana tersenyum. "Maaf mbak, anda salah orang. nama saya bukan Zahira, permisi," Zeaana kemudian berjalan meninggalkan meja yang aku duduki bersama Karina, Karina menatapku penuh tanya. "Kenapa aku merasa kamu tidak terkejut saat melihat wajah gadis itu Rei?" tanyanya menyelidik. "Kita makan aja dulu, nanti aku ceritakan," jawabku mulai makan hidangan di depanku. Karina juga ikut menyantap makanannya dengan wajah bingung dan penuh tanya. Aku harus kembali membicarakan Zahira dan Zeaana yang pasti akan membuat aku mengingat kenanganku bersama Zahira. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD