Dewa terus mondar-mandir di depan ruang UGD. Wajahnya luar biasa cemas, kedua tangan berlumur darah sang anak yang telah mengering. Bukan hanya tangan, baju bagian d**a juga berlumur darah, menguarkan bau anyir memuakkan. Tak dihiraukannya orang-orang yang sesekali menatapnya. "Bertahanlah, Wulan. Bertahan," gumamnya dengan wajah panik. Terus berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu berharap dokter segera keluar. Kenapa lama sekali? Kenapa sangat lama? Ya, Tuhan, tolong lindungi Wulan. Teringat Tari, ia membuang napas kesal. Kenapa bisa-bisanya Tari pergi meninggalkan anak-anak? Ada apa dengan pikiran perempuan itu? Ya, Tuhan. Dewa menonjok udara. Kesal sekali hatinya. Panas. Ingin meledak-ledak rasanya mengumpat apapun saking cemasnya dengan keadaan sang puteri. Saat akhirnya sang d