“Terima kasih, Bu… kalau bukan karena ibu, mungkin aku sudah...” Kata-katanya terhenti, dadanya sesak oleh tangis yang tertahan. Tak lama, dua orang warga kembali. “Dia kabur ke arah sungai, Bu. Tapi tenang, besok kita laporkan ke kepala desa. Orang itu harus dihukum.” Bu Mira menatap Faiza penuh iba. “Mulai malam ini, kamu jangan sendirian di rumah. Tidur di rumahku dulu, ya. Aku sama bu Mira nggak tega kalau kamu di sini sendiri.” Faiza sempat menolak, tapi akhirnya mengangguk. “Baik, Bu… makasih banyak.” Ia membawa sedikit barang penting, lalu berjalan bersama warga menuju rumah Bu Mirna yang tak jauh dari sana. Sepanjang jalan, matanya menatap langit malam yang gelap, hatinya penuh ketakutan dan rasa trauma. Namun jauh di tempat lain , di rumah keluarga Mahardika, Reinaldi ma