Untuk beberapa saat, Salma merasa aliran darahnya berhenti. Raga masih tampan seperti biasa walaupun Salma menatapnya sambil berbaring. Pipinya yang keras, matanya yang memerah, juga napas hangat yang menyapu pipi Salma membekukan kosakatanya. Selama beberapa saat Raga akhirnya bangkit dan duduk dengan frustasi. “Maaf, gue nggak bermaksud kasar sama lo.” Raga mengacak rambutnya. Mata Salma sudah memerah dan perih, bibirnya tersenyum getir. “Gue tau kalau berita ini kayak pukulan berat buat lo, Ga. Lo boleh tanya pertanyaan itu berapa kali pun, jawaban gue tetep satu; ayah bayi ini adalah lo.” Raga memanas karena cemas. Sepasang tangan meraih lengannya sebagai tumpuan untuk bangun. Wajah Salma telah mendekat sembari menempelkan ciuman lancang ke pipi Raga. “Maafin gue ....” lirih Raga