“Mas biasa aja …!” protes Zee saat aku tak kunjung turun dari mobil, aku merasa sedikit gugup.
Hari ini, aku diantar Zee—disupiri oleh Rendy.
“Mas kerja dulu, ya Sayang,” pamitku menyambut uluran tangan Zee dan ku kecup keningnya.
Ini hari pertama aku kembali ke kantor setelah peristiwa yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pagi ini, aku berdiri di depan gedung perkantoran yang menjulang tinggi dengan perasaan campur aduk. Gedung ini, yang dulunya tempat aku menghabiskan waktu dan mencurahkan energi serta ide-ideku. Rasa gugup dan penasaran bergelut di dadaku saat aku melangkah masuk.
Begitu aku memasuki lobi, aku langsung disambut dengan senyum lebar dari para staf. Suasana di kantor hari ini terasa berbeda, penuh dengan energi positif dan kehangatan yang menyelimuti. Aku mening
