Drrttt...drrrttt (Bunyi getaran ponsel)
Tangan mungilku meraih sesuatu di nakas,aku melihat waktu menunjukkan pukul 05.30 pagi.
Wangi angin pagi berhembus menerobos jendela kamarku yang bernuansa biru putih seperti langit pagi kesukaanku.
"Hooaam.." Aku menguap sembari membuka kedua mataku dengan pelan.
Kamar ini adalah milikku,aku sangat menyukai warna biru dan putih,menurutku kedua warna inilah yang menunjukkan kesejukkan,sesejuk langit pagi.
Aku berjalan menuju balkon kamar,sesekali aku mengarahkan pandanganku kelangit yang masih berwarna biru tua,dan sesekali tersenyum manis,mensyukuri indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini.
Fikiranku mulai teringat saat kemarin, saat lelaki dingin itu mengantarkanku hingga depan pagar rumahku,aku merasa seperti aneh,kenapa orang ini begitu dingin,angkuh,dan ....menyebalkan.
Ah masabodo fikirku,yang pasti aku tak mau lagi berurusan dengan bos super dingin itu.
Jam menunjukkan pukul 06.13 aku yang sudah rapi bersiap membuat sarapan,aku memang hanya tinggal sendiri di rumah sebesar ini.
Kali ini aku hanya membuat sarapan dengan nasi goreng dan omelet,tak mungkin aku membuat sesuatu yang rumit bersamaan dengan waktu kerja, impossible !
"Mutti?" Panggil seorang di depan ruang tamu,siapa lagi kalau yang memanggilku seperti itu selain Daffa.
"Aku didapur fa." Jawabku.
"Wiih wangi apaan nih?" Tanya Daffa menghampiri wangi dari masakanku.
"Aku lagi bikin nasi goreng,kebetulan kamu dateng,aku bikinnya kebanyakan,ayo temenin makan." Aku mengajak Daffa untuk sarapan bersama.
"Boleh! kebetulan banget aku juga belum sarapan." Ucap Daffa antusias.
Aku sarapan ditemani Daffa yang sangat antusias dengan rasa masakanku.
"Masakanmu tetap enak,gak pernah berubah ya ? Aka aku suruh Millie buat belajar sama kmau ya nanti?" Pinta Daffa.
"Emh..iya boleh,kapan kapan aku ajarin." Ucapku yang sebenarnya aku sesak mendengarnya.
Tak lama kami berangkat ke kantor seperti biasa,melalui perbincangan kehidupan kita berdua dan diisi senyuman yang tak pernah lepas dari bibirku.
_
"Ayo lagi ngapain ?!" Sentak Adell mengagetkan Mia.
"Adell !! kaget tau gak,untung aku gak jantungan!" Protes Mia.
"Hihihi iya iya maaf ya?" Pinta Adell.
Mia hanya tersenyum melihat Adell.
"Kamu tau gak aku pulang sama siapa kemarin ?" Tanya Adell memberikan tebakan.
"Gak tau dell,emang kamu pulang sama siapa ??" Tanya Mia penasaran.
"Beneran mau tau ??" Pertanyan Adell semakin membuat Mia penasaran.
Mia mengangguk cepat "Jangan bikin aku mati penasaran Adell"
"Pak bos !!" Bisik Adell takut karyawan lain mendengarnya.
"What?!" Pekik Mia tak percaya, membuat beberapa karyawan melirik ke arah kami .
"Kok bisa sih?"
"Beruntung banget kamu dell,padahal aku mau banget lho kalo diajakkin pak bos jalan bareng," Harap Mia dengan suara berbisik.
"Apanya yang beruntung?! Aku tuh selama jalan dari sini ke rumah, dongkol banget tuh sama si kulkas sepuluh pintu! masa dikit dikit pecat,dikit_dikit pecat,udah gitu pemaksaan lagi." Cerita Adell berapi api.
Adell pun menceritakan pengalamannya kemarin kepada Mia,sontak Mia pun terpingkal pingkal mendengarnya.
"Hahahaha Adell Adell,harus nya kamu tuh seneng diajak bos jalan,dianter pulang lagi." Mia tetawa geli mendengarnya.
"Najis !"
Adell mengernyitkan matanya sambil mengerucutkan bibirnya terkesan bahwa ia marah.
tulilit...
"Ya hallo dengan Adellia,"
"..."
"Oh ia segera saya kesana" Ucap Adell menutup telponnya.
" Siapa?" Tanya Mia.
"Recepsionist,katanya aku dipanggil sama si bos,aduuuuh.....males banget !" Adell meringis dan mengangkat satu alisnya,bahwa ia sangat malas berurusan kembali dengannya.
Mau tak mau Adell datang menemui bosnya,daripada ia kena pecat.
"Ad ayang mau aku ceritakan nanti siang! Dikantin!"
_
Tok tok tok...
Adell mengetuk pintu ruangan Erland.
"Masuk" Perintah Erland.
"Maaf pak,ada apa bapak memanggil saya?" Tanya Adell ragu.
Erland tak langsung menjawab pertanyaan Adell,ia sibuk menatap layar laptop di depannya.
"Tuh kan aku nanya di cuekkin lagi," Batin Adell.
"Duduk" Suruh Erland.
Adell menuruti ucapan Erland ia duduk dikursi meja Erland dengan jantung dag dig dug,khawatir kalau ia berbuat salah.
"Jangan tegang,saya gak akan ngapa-ngapain kamu kok," Ucap Erland cuek.
Seakan ia tahu apa yang sedang difikirkan Adell,selalu saja dia tahu apa yang dipikirkan.
"Dia tuh pantesnya jadi dukun ramal,bukan boss !" Gumam Adell membatin.
"Pak! Saya minta maaf soal kemarin!" Ucap Adell.
Ia mengira jika ini tentang masalah kemarin.
Makannya ia cepat-cepat minta maaf.
"Kamu pindah ruangan hari ini,kesebelah ruangan saya."Ucap Erland tanpa memalingan pandangannya.
Adell merasa kaget "Hah ?!..tapi kenapa pak ?" Tanya Adell tak mengerti.
"Kamu jadi sekertaris saya mulai hari ini!" Jawabnya dengan raut wajah yang masih sama.
Kagetnya bertambah,malah matanya menjadi membulat "Ha..sekretaris bapak?! kenapa saya pak?! Kan masih banyak kan yang lebih dari saya?!" Protes Adell lebih tak percaya lagi.
Di satu sisi Adell senang mendapat jabatan ini,dilain sisi ia tak mau berurusan dengan bos super cueknya ini,selain itu Adell juga akan jadi santapan gosip diseluruh kantor.
"Saya maunya kamu." Cuek Erland.
Baru saja Adell akan memberikan suara.
"Menuruti perintah saya atau saya pecat!" Ucap Erland memotong perkataan Adell.
"Tuh kan anceman nya pecat lagi ! dasar bos sinting !" Batinnya.
"Tapi ..."
"Saya hutung sampai 3! Satu! Dua!" Erland mengancam Adell.
"I..iya pak saya segera bersiap siap," Ucap Adell tak semangat.
Adell pun segera bersiap siap pindah ruangan,tentunya dengan firasat yang kurang menyenangkan jika dia dekat dekat dengan bosnya itu.
"Ada apa?" Tanya Mia melihat Adell yang tak semangat.
"Huhh....." Adell menarik nafas kasar.
"Mi...kayaknya aku bakal jadi santapan gosip untuk beberapa minggu ini."
Mia terheran "Kenapa?"
"Aku di minta untuk pindah ruangan,jadi sekretarisnya!" Jawab Adell berkeluh kesah.
"What??"Pekik Mia terkejut.
"Ya ampun Adell,kamu mimpi apaan sih ?! sampe boss mau kamu jadi skretatisnya ?! Andaikan aku,aku mau pake banget." Ucap Mia antusias sembari mengkhayal.
"Ini mimpi buruk Mia!" Kesal Adell.
"Udah, rezeki jangan di tolak,pamali" Ucap Mia menceramahi.
"Gak tau ah,mudah mudahan aja aku ga mati berdiri gara gara dia! dah Mia,sampai ketemu makan siang." Pamit Adell sambil membawa barang barang nya.
Mia hanya tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu,bukannya senang menjadi skretaris malah marah marah.
Setelah sampai diruangan barunya segera Adell merapikan barang barang nya,diruangan yang cukup luas ini adalah tempat Adell bekerja sebagai skretaris Erland.
Baru saja dirinya merebahkan badan di kursi empuknya, telepon tiba-tiba berbunyi, dengan sigap dia mengangkat gagang telephone itu.
"Selamat siang dengan Adell bisa dibantu?" Ucap Adell lembut.
"Oke fix!" Celetuk cuek seseorang di seberang telephone.
Tut tut tut..
Bunyi telepon dimatikan dari sana.
Adell menahan geram dan menyipitkan matanya yang berapi api akibat kelakuan minus sang bos.
"Apa sih gajelas banget!!" Gumam Adell menggeramm kesal.
Adell menarik nafasnya pelan pelan,mencoba me rilex an tubuh nya yang terbawa emosi sejak pagi.
Dari awal pertemuan nya dengan Erland,hidup Adell mulai penuh dengan ketidaktenangan.
Sejenak Adell memejamkan mata dikursi kerjanya sebelum melanjutkan kembali pekerjaanya.
"Mimpi apa aku semalam ??!" Kesal Adell.
Namun walau dengan rasa kesal yang memuncak,Adell tetap professional dengan pekerjaannya,merapikan semua barang barang miliknya.
Adell berfikir mungkin saja memang harus jalannya seperti ini,satu ujian yang harus dilewatinya untuk mendapatkan suatu kebanggaan dan keberhasilan dalam karirnya.
tapi bagaimana dengan komentar orang-orang dikantor ?
Adell terus mengumpat,orang yang seharusnya ia jauhi malah semakin dekat dengan nya.
___
Erland mengintip dari kaca tempatnya bekerja,menatap Adell yang tengah komat kamit menahan kesal pada bosnya.
dengan senyuman tipis,Erland berhasil membawanya lebih dekat dengannya.
_
"Apa!!" Pekik Mia dan Akshan bersamaan.
"Jadi maksudmu, orang yang kemarin kamu tabrak dan kamu maki-maki itu pak Erland??" Tanya Mia tak percaya.
Adell mengangguk.
"Tapi apa hubungannya dengan pemindahan kerjamu dell ?" Tanya Akshan.
"Ya mungkin aja dia mau balas dendam! Ya tuhan! Tau begini ga akan aku maki-maki dia kemarin." Sesalnya.
Mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur.
*
*
*
To be continue. . .
Thank you very much everybody 😘😘😘😘😘