8

1534 Words
Malam ini, Adnan berencana untuk mengajak Talita kencan. Sebagai pengganti kencannya kemarin yang sempat gagal karena acara perjodohan bodoh itu. Sehingga membuat Adnan harus mati - matian membujuk Talita agar tidak merajuk kepadanya. Ia tak ingin gadisnya itu marah atau mendiamkannya. Itu sama saja dengan hilangnya pemberi warna di hidup Adnan. Adnan terlihat mematut dirinya sendiri di depan cermin. Sesekali ia berdecak kagum ketika melihat penampilannya yang cukup tampan baginya, dan mungkin juga bagi para penggemar Adnan serta Talita sendiri. Setelah merasa cukup dengan penampilannya, Adnan segera berjalan keluar kamar untuk berangkat ke rumah Talita yang hanya berjarak beberapa langkah kaki di samping rumahnya. Namun, tetap tidak bisa memasuki pekarangan rumah kekasihnya itu. Karena baik kedua orang tua Talita maupun Adnan tidak mengijinkan salah satu anggota keluarganya menginjakkan kaki di rumah tetangganya itu. Sehingga Adnan pasti akan diusir jika memaksa masuk ke dalam rumah Talita. Begitupun sebaliknya. Itulah mengapa kedua orang tua Adnan tidak menyukai hubungannya dengan Talita. Tapi Adnan yakin, bahwa suatu hari nanti kedua orang tuanya akan luluh dan mulai merestui hubungannya bersama Talita. Walaupun hal itu memakan waktu yang cukup lama. Selain menyiapkan untuk mendapatkan restu kedua orang tua Adnan maupun Talita. Ternyata Adnan juga sudah menyiapkan sebuah rumah yang akan ditinggalinya bersama keluarga kecilnya nanti. Dan hal itu diketahui kedua orang tuanya. Tidak ada yang dapat Adnan sembunyikan dari kedua orang tuanya itu. Dan kemungkinan, rumah itu nantinya akan ditempatinya setelah Adnan menikah. Itu artinya, bukan Talita lah yang akan menjadi penghuni pertama bersamanya. Tapi, seorang gadis kampung yang sudah dijodohkan kedua orang tuanya itu, Hana. Memikirkannya saja membuat sepercik emosi hadir di hati Adnan. Namun, Adnan berusaha menahannya agar tidak dikuasi oleh emosi itu. Karena hari ini ia akan berkencan dengan kekasihnya, Talita. Adnan sudah menyiapkan restoran yang bagus untuk kencannya bersama Talita kali ini. Ia yakin Talita akan menyukainya. Karena konsep restoran yang lebih menonjolkan kemewahan tapi juga ada sisi elegannya. Benar - benar cocok untuk orang - orang pecinta kemewahan. Apalagi sekelas Talita yang tiada hari tanpa menghamburkan uangnya. Entah untuk perawatan maupun belanja ke Mall. Tanpa terasa, Adnan sudah berada di dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Talita yang ada di samping rumahnya. Adnan tidak bisa memasukkan mobilnya ke pekarangan Talita, karena memang hubungan keluarganya dengan keluarga Talita tidak begitu harmonis. Itu artinya baik orang tua Talita maupun Adnan tidak akan menerima satu sama lain ketika anak - anak mereka berkunjung ke rumah mereka. Adnan melihat Talita yang sudah berdiri di depan gerbangnya. Sengaja Adnan mengirimkan pesan kepada Talita agar segera turun, sehingga Adnan tidak perlu menunggu terlalu lama. Ketika mobil Adnan sudah sampai di hadapan Talita, ia segera membuka pintu mobilnya dan membantu Talita untuk membuka pintu bagian penumpang yang ada di samping pengemudi. Setelah Talita telah masuk, Adnan segera kembali ke pintu mobil bagian pengemudi dan ikut masuk ke dalam mobil. Sebelum ia menjalankan mobilnya, Adnan menatap kearah Talita sambil tersenyum. Terlihat sekali Talita masih sedikit merajuk terhadap Adnan. Terbukti dari sikap Talita yang sedari tadi diam dan tidak ingin berbicara dengan Adnan. "Masih marah? Karena gagal kencan kemarin?" Adnan mulai menggoda Talita dengan menanyakan tentang acara merajuk Talita akibat dirinya yang secara mendadak menggagalkan kencan mereka. Padahal posisinya saat itu, Talita sudah berada di depan gerbang menunggu Adnan keluar dari rumahnya. Tapi ternyata, beberapa menit kemudian Talita mendapatkan pesan bahwa Adnan ketidaksanggupannya mengajak Talita berkencan. "Menurutmu?" Ketus Talita sambil menoleh kearah Adnan untuk memperlihatkan tatapan tajamnya. Ia berusaha memberitahu Adnan bahwa dirinya benar - benar sangat marah akibat kekasihnya itu yang secara tiba - tiba menggagalkan kencan mereka. "Maaf, sayang." Adnan menggenggam tangan kanan Talita dengan kedua tangannya. Ia mengelus punggung tangan Talita dengan pelan meminta kekasihnya itu mengerti tentang situasinya saat itu. Talita tetap diam, ia membuang wajahnya melihat ke luar jendela mobil. Talita merasa malas melihat Adnan yang berusaha meminta maaf kepadanya. "Sayang..." Adnan kembali memanggil Talita. "Kamu tahu kan? Waktu itu memang acaranya dadakan. Kalau seandainya aku gak nurut sama papa, bisa - bisa dia melarang ku bertemu denganmu lagi. Kamu mau?" Adnan melanjutkan ucapannya, berusaha memberikan penjelasan kepada pacarnya itu. Seketika tatapan kesal di kedua mata Talita sedikit memudar. Dengan gerakan pelan, Talita mulai menghadapkan tubuhnya kearah Adnan. Benar apa yang dikatakan Adnan. Jika seandainya kencan mereka tetap berlangsung, bisa saja kedua orang tua Adnan akan melarangnya bertemu dengan Talita dan itu akan menjadi siksaan yang berat bagi Adnan maupun Talita sendiri. Adnan tersenyum ketika melihat Talita yang mulai lunak di hadapannya. Seketika Talita memeluk tubuh Adnan dan berbisik di leher Adnan, "Maafin aku, karena aku terlalu egois dan gak bisa ngertiin kamu." Ucapan sarat ketulusan dilontarkan Talita kepada Adnan. Ia mengakui bahwa tindakannya ini salah. Talita tidak ingin kehilangan Adnan hanya karena perilakunya sendiri. "Gapapa sayang. Aku yang seharusnya minta maaf karena udah buat kamu menunggu terlalu lama di luar. Yang pada akhirnya malah enggak jadi." Adnan membalas pelukan Talita dan mengucapkan kata 'maaf' berkali - kali. Talita menenggelamkan wajahnya di bahu Adnan dan mulai mengetatkan pelukannya pada leher kekasihnya itu, seolah tidak ingin kehilangannya sampai kapan pun. Rasa cintanya kepada Adnan sangat besar, begitu juga sebaliknya. Adnan mencintai Talita lebih dari apapun yang dimilikinya. "Aku enggak mau kehilangan kamu. Jangan tinggalin aku." Suara Talita mulai terdengar lirih. Melalui suaranya, ia mengatakan betapa perkataannya itu benar adanya. Sampai kapan pun, Talita tidak akan bisa berhenti mencintai Adnan. Seketika hati Adnan menghangat ketika mendengar penuturan Talita. Ia menggerakkan tangannya yang ada di punggung Talita secara naik turun, mengelus punggung kurus yang ada di pelukannya kini. Seolah punggung ini bisa saja remuk jika Adnan terlalu kuat memeluknya. Adnan selalu memperlakukan Talita bagaikan harta berharga yang tak bisa digantikan oleh apapun. Bahkan gadis kampung yang akan menjadi istrinya nanti. Dia tak sepadan! "Aku tidak akan meninggalkanmu. Kecuali jika kau yang meminta." Ucapan penuh mesra dari Adnan sebagai jawaban atas pernyataan Talita yang tak ingin ditinggalkan kekasihnya itu. Talita terlihat mengangguk di pelukan Adnan. Kemudian mereka melepaskan pelukan mereka dan saling melemparkan senyum satu sama lain. Kebahagiaan terpancar di masing - masing wajah keduanya, terlihat sekali keduanya sangat saling menyayangi satu sama lain. Berharap selalu bersama sampai ajal menjemput. Setelah saling melempar senyum, Adnan mulai menjalankan mobilnya menuju restoran yang sudah Adnan reservasi atas namanya, hanya untuk kencannya bersama Talita malam ini. Adnan berharap kekasihnya itu akan menyukai restoran ini. ____ Tidak butuh waktu lama bagi Adnan dan Talita untuk sampai di tempat kencan mereka. Mobil Adnan memasuki parkiran restoran yang cukup luas. Kemudian ketika dirasa mobilnya terparkir dengan rapi dan aman, keduanya berjalan beriringan dengan bergandengan tangan memasuki restoran. Mereka tidak sabar untuk segera mengetahui isi dari restoran ini. Jujur saja, Talita tidak pernah datang ke restoran ini. Karena menurutnya, jika ia bisa menikmati makanan di rumah, kenapa harus beli makanan di luar? Talita lebih suka menghabiskan uangnya untuk berbelanja baju daripada harus dihabiskan untuk makanan yang nanti akan mempengaruhi berat badannya. Seorang model seperti Talita benar - benar harus menjaga postur tubuhnya dan juga makanan yang boleh atau tidak dimakan. Semua itu ia lakukan hanya untuk penampilannya. Ia tak ingin terlihat gendut di kamera hanya karena salah makan. "Kamu pasti suka tempat ini." Ucap Adnan sebelum membuka pintu utama restoran, kemudian menggandeng Talita memasuki restoran. Dan benar saja, Talita langsung terpana akan interior yang digunakan restoran ini. Terlihat begitu mewah tapi juga elegan. Tatapan kagumnya tidak pernah lepas dari setiap sudut ruangan yang ada di restoran ini. Meskipun restoran ini hanya memiliki satu lantai, tapi memiliki luas yang cukup besar dan juga atap yang lumayan tinggi. Semua itu yang membuat restoran ini terlihat mewah. Apalagi barang - barang yang dipakai adalah hasil dari kerajinan tangan orang - orang yang sangat handal di bidangnya. Bahkan beberapa ukiran terlihat rumit menurut Talita, tapi juga terlihat indah jika diletakan di tempat yang tepat. Dan restoran ini mampu membuat semuanya terlihat cocok dan pas. Benar - benar membuat Talita berdecak kagum. "Selamat datang, Tuan." Sapa seorang pelayan yang bertugas di samping pintu tempat para pengunjung masuk. Ia juga terlihat membawa sebuah papan yang berisi nama - nama pengunjung yang telah melakukan reservasi terlebih dahulu. "Meja untuk Adnan Pranaja." Ucap Adnan kepada pelayan itu. Sedangkan Talita masih asik memandang sekeliling restoran. Pelayan itu terlihat memandang papannya sebentar, setelah akhirnya mengantar Adnan dan Talita menuju tempat yang sudah dipesan Adnan. Kemudian pelayan itu berpamitan untuk kembali ke tempatnya. "Gimana? Kamu suka?" Adnan dapat melihat kekaguman yang nampak di wajah Talita. Dan itu berhasil membuat Adnan tersenyum manis. Berarti usahanya untuk melakukan reservasi di restoran ini, bukanlah pilihan yang salah. "Suka banget." Seru Talita dengan suara pelan, takut jika kegembiraannya mengganggu pengunjung lain dan membuat dirinya malu. "Baguslah kalau suka." Adnan mengambil tangan Talita dan menggenggamnya dengan kedua tangannya yang besar. Seolah menggambarkan bahwa Adnan ingin melindungi dan ingin selalu berada di sisi Talita selamanya. "Kamu memang tahu apa yang aku suka." Ucap Talita sambil menatap dengan penuh cinta kearah Adnan. Ia sangat bahagia malam ini karena kekasihnya mengajaknya ke tempat semewah ini. "Tau dong. Kamu kan pacar aku." Adnan mengangkat tangan Talita yang berada di genggamannya dan mengecupnya perlahan. "Terima kasih ya." Dengan ucapan penuh ketulusan, Talita mengucapkan terima kasih kepada Adnan. Adnan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas ucapan terima kasih Talita, sambil masih tetap menempelkan tangan Talita pada bibir Adnan. To Be Continued....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD