"Nona, Tuan Vasko itu b******k!" Nada suara Gendis terdengar keras dan penuh kemarahan, menghantam keheningan siang itu seperti petir di langit cerah. Ucapan itu meluncur dengan tajam, seolah ingin menembus dinding kesabaran Selin yang sejak tadi hanya diam mematung. Selin menarik napas panjang, dalam dan berat. Tangannya perlahan mengusap perutnya yang masih rata, tempat kehidupan kecil tengah tumbuh tanpa banyak tanda. Usia kehamilannya baru memasuki bulan ketiga, namun beban emosinya terasa seperti bertahun-tahun lamanya. "Sudahlah, Gendis..." gumam Selin, suaranya pelan namun sarat luka yang tersembunyi. Ia melayangkan pandang ke arah balkon lantai atas, menatap pemandangan di bawah sana — orang-orang lalu lalang, sibuk menghiasi rumah dengan bunga dan pita emas. Semuanya dipersiapk