"Aku tidak akan tinggal diam!" Selin mengulang kata-kata itu dalam benaknya, seolah mantra untuk bertahan hidup. Udara dingin malam menusuk kulit, tetapi bukan itu yang membuat Selin menggigil—melainkan bayangan Soraya, Karlota, dan kekacauan yang tak henti mengitari hidupnya. Soraya, dengan gaun sutra menjuntai, berjalan angkuh keluar dari mansion seperti seorang ratu yang menginjakkan kaki di atas tanah rakyat jelata. Tatapan matanya seperti belati, menusuk jauh ke hati Selin. Tak ada kata yang keluar, hanya senyum sinis yang cukup untuk membuat darah Selin mendidih. Karlota, yang selalu merasa lebih tinggi, menatap Selin dengan sorot mata penuh cemooh. "Kamu pikir hidup ini adil?" katanya dengan nada tajam, seperti hembusan angin yang membawa racun. Selin hanya menunduk sebentar sebe

