"Ayah masih belum mau menandatangani surat wasiatnya!" suara lelaki bertubuh kecil itu memecah keheningan sebuah ruangan megah dengan dinding-dinding kayu tua yang harum oleh sisa aroma lilin. Mata gelisahnya terus menatap kakaknya, seorang pria bertubuh gempal yang duduk di kursi berlapis kulit berwarna marun. Pria bertubuh gempal itu mengangkat pandangannya dengan malas, alisnya bergerak pelan, seakan beban dunia tergantung pada kedua pundaknya. "Vasko membuat ayah terbangun. Dan sampai saat ini kita masih belum mendapatkan apa-apa.'' katanya, nada suaranya datar, namun matanya menyiratkan kegelisahan yang sulit ia sembunyikan. Lelaki bertubuh kecil itu mendekat, berdiri dengan tangan bersilang di depan d**a, bibirnya mencebik. "Kenapa Kakak tidak bisa mengatur anak Kakak sendiri? Va

