The Other Secret

2624 Words
Author’s POV Keyra mengusap pipi Giandra lembut. Mata suaminya masih terpejam. Dia begitu lelap dan tidur hingga pagi menjelang, tanpa sekalipun terbangun. “Bangun sayang...” Bisikan Keyra membuat mata Giandra mengerjap. Dia membuka matanya perlahan. “Sekarang jam berapa?” Giandra bertanya dengan suara yang masih memberat. Kesadarannya belum sepenuhnya menyatu. “Jam empat sayang. Tapi kamu harus mandi dulu. Apa kamu lupa apa yang kita lakukan semalam?” Giandra mencium aroma wangi sabun yang menyatu dengan lotion dari tubuh Keyra. Giandra menarik tubuh istrinya ke pelukannya. Keyra bisa merasakan sesuatu yang keras di balik celana Giandra menyentuh pahanya. “Ya ampun jam segini udah bangun.” Keyra melirik tonjolan di balik celana suaminya. Giandra terkekeh, “laki-laki biasa ereksi tiap pagi Key.” “Ya udah sana mandi dulu. Aku mau merebus air.” Keyra beranjak dari posisinya. “Dingin Key...” Giandra beranjak dan melangkah mengikuti Keyra yang tengah mengisi panci dengan air dan merebusnya. Keyra lebih menyukai air panas yang direbus langsung dan disimpan dalam tremos dibanding air panas dari dispenser. “Kalau nggak mau dingin jangan ehem-ehem tadi malam.” Keyra mencibir dan membuat Giandra tertawa kecil. “Ayo cepat sana mandi, bentar lagi adzan Subuh lho. Kamu nggak mau ketinggalan sholat Jamaah di Masjid kan?” Keyra mengulas senyum. Giandra mengangguk dan ia segera melangkah menuju kamar mandi. ******* Keyra menyajikan menu sarapan di meja dan seperti biasa dia mengambilkan Giandra nasi. Sebelum makan, mereka berdoa lalu masing-masing larut dengan sarapannya. “Key hari ini aku punya cukup free time, aku akan pulang lebih awal untuk packing barang-barang. Aku nanti akan minta bantuan pak Tatang dan pak Banu untuk membantu.” “Sayangnya mungkin aku nggak bisa pulang awal Gi. Tapi barang kita nggak banyak-banyak amat juga kan?” Keyra menyuapkan sesendok brokoli ke mulutnya. “Iya, lagipula di rumah, perabot kita sudah lengkap.” Balas Giandra. “Ehm oya Gi, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan.” Giandra mengernyitkan alisnya, “bertanya soal apa Key?” “Soal buku Lelaki Teristimewa yang aku temukan di sebelah tas kerjamu. Itu bukunya Vania Armetta?” Giandra menyadari satu hal, sepertinya Keyra sudah tahu siapa itu Vania Armetta meski ia belum pernah menceritakannya. “Oh iya aku lupa mau cerita soal itu. Untung kamu ngingetin. Jadi semalam di coffee shop, aku ketemu Vania. Dia bekerja di sana. Kita sempat ngobrol. Oya kamu mungkin udah tahu ya kalau Vania itu mantan pacarku semasa dulu kuliah? Dulu kami satu SMA tapi menjalin hubungan setelah aku kuliah. Dari pembicaraan kami akhirnya aku tahu cerita sebenarnya di balik kabar burung yang pernah menderanya.” Keyra menghela napas, “aku tahu Vania itu mantanmu dari Derra. Apa kamu nggak keberatan kalau aku ingin tahu apa saja yang kamu bicarakan dengan Vania?” Giandra mulai menangkap ada secercah cemburu yang mungkin tengah menyelinap di hati istrinya. “Tentu aku nggak keberatan Key.” Giandra mengulas senyum, lalu melanjutkan kata-katanya, “selama ini dia digosipkan hamil di luar nikah. Padahal faktanya mereka telah menikah siri lebih dulu. Alasannya saat itu keluarga Willy belum merestui pernikahan mereka dikarenakan mereka tidak bisa menerima Willy yang memutuskan untuk menjadi muallaf. Vania juga tahu Willy menderita leukemia. Vania memilih Willy dan meninggalkanku karena itu adalah jawaban istikharahnya. Saat mereka meresmikan pernikahan mereka dan mengadakan resepsi, Vania sudah hamil tiga bulan. Dar sinilah gosip tentangnya berhembus.” Ada rasa simpati yang bersemi di hati Keyra. “Semalam aku sempat membaca beberapa halaman. Aku tersentuh dengan tulisannya. Aku bisa merasakan feelnya bahwa dia begitu mencintai almarhum suaminya dan begitu kehilangan.” “Ya Key, aku pun bisa merasakannya. Semalam dia bercerita sambil menitikkan air mata. Suaminya meninggal tiga bulan yang lalu. Anaknya sudah bersekolah TK, namanya Desha. Dia memilih bekerja di coffee shop karena dia diizinkan atasannya untuk membawa Desha ke tempat kerja. Aku harap setelah dia agak lama bekerja di sana, dia bisa ditempatkan di posisi yang lebih baik. Yang jadi pertanyaanku dulu suaminya adalah pengusaha, aku rasa Vania bisa meneruskan usaha suaminya bukan bekerja di coffee shop. Namun aku nggak tahu pasti yang terjadi pada kehidupan mereka dan nggak etis juga kan kalau aku menanyakan.” Keyra mengangguk. Vania wanita yang kuat. Rasanya dia ingin mengenal Vania lebih dekat. “Gi, apa kamu mau mengenalkanku padanya?” Giandra sedikit terhenyak, namun ia berusaha untuk tetap terlihat tenang. “Tentu saja Key. Nanti kita atur harinya.” “Gi..” “Ya Key.” Giandra hendak menyuapkan sesendok nasi namun mengurungkannya. “Seperti apa perasaanmu pada Vania sekarang? Apa kamu masih.....” Giandra meletakkan sendoknya di atas piring, lalu ia menggenggam tangan istrinya. “Dia masa laluku Key. Kamu tak perlu khawatir soal perasaanku padanya. Apa kamu nggak bisa melihat? Bagaimana aku bertekuk lutut di hadapanmu? Aku tergila-gila padamu Key.” Keyra mengulas senyum. Perasaan bahagia seakan membumbung menembus sampai batas langit ke tujuh. ******* Derra menghentikan mobil di seberang SMA Flamboyan. Raynald menatap tante mudanya yang selalu ia panggil kakak dengan begitu serius. “Ayolah kak, tolonglah ponakanmu yang paling ganteng ini.” Tampang Raynald begitu mengiba. “Aku ditugasi kak Rizki buat ngawasin kamu Ray, bukan buat ngrayu gurumu biar diizinin ikut evaluasi renang susulan.” Derra memasang tampang kesal. Raynald yang sebenarnya masih menjalani masa skorsing belum ingin menyerah membujuk Derra yang terkadang keras kepala dan galaknya mengalahkan emaknya saat sedang ngamuk. Karena itu, Derra ditunjuk papa Raynald untuk mengawasi Raynald selama menjalani masa skorsing. Semua kunci kendaraan Derra yang menyimpan dan ia tak mengizinkan Raynald keluar rumah apalagi janjian bertemu taman-temannya. “Kak nilai renang ini penting banget buat nentuin nilai raport. Nanti rankingku turun lagi kalau nilai olahragaku kurang. Papa mama pasti ngasih hukuman lagi.” Derra memicingkan matanya, “sejak kapan kamu peduli ama ranking?” Raynald cemberut, “kemarin Ghaza WA, dia udah berusaha membujuk pak Bagas agar aku diperbolehkan ikut evaluasi renang susulan, tapi pak Bagas bilang itu hukuman buatku dan Erlan.” “Kamu memang perlu dihukum.” Tukas Derra sedikit ketus. “Aku kemarin nggak salah kak. Aku berkelahi karena memang Erlan sudah keterlaluan. Please kak, bantuin aku.” Raynald menangkupkan kedua tangannya. Derra menghembuskan napas, “baiklah. Tapi janji setelah ini kamu bakal jadi anak baik. Jangan berkelahi lagi.” Derra masih saja jutek. “Wah makasih banyak kak. Aku doain moga job kakak makin banyak.” Raynald tersenyum begitu sumringah. Derra keluar dari mobil, tak lupa mengenakan kacamata hitam, gaya khas para artis agar tak mudah dikenali. “Kak...” Raynald menjulurkan kepalanya keluar dari kaca jendela. Derre menoleh ke belakang, “ada apa lagi?” “Kalau nanti pak Bagas ngasih aku kesempatan untuk ikut susulan, tolong minta dia ngasih kesempatan juga untuk Erlan. Tapi jangan bilang aku yang nyuruh ya. Nanti Erlan bisa ke-GR-an.” Derra mendelik. Lagi-lagi bocah di hadapannya ini menunjukkan sisi lainnya. Semarah-marahnya ia pada temannya, dia masih memiliki rasa kesetiakawanan. Derra berjalan memasuki pelataran sekolah SMA Flamboyan. Untungnya jam itu semua murid tengah mengikuti jam belajar di kelas, jadi tak ada suasana heboh saat mengetahui ada artis masuk sekolah. “Ada perlu apa ya mba?” Tanya seorang satpam sekolah dengan bahasa medoknya. “Saya ingin bertemu dengan pak Bagas, guru olahraga kelas sebelas.” “Oh mari saya antarkan.” Pak Satpam mempersilakan Derra untuk melangkah masuk ke gedung. Saat itu Bagas tengah berada di lapangan basket indoor menyiapkan bola basket yang baru dibeli untuk latihan basket seusai jam pelajaran berakhir. Derra berjalan dengan gaya yang begitu anggun agar setidaknya guru olahraga keponakannya ini tidak memandangnya sebagai gadis yang baru berumur 19 tahun, tapi beberapa tahun lebih tua dari itu agar pak guru yang masih single itu sedikit sungkan. Bagas memerhatikan Derra dengan kacamata hitam yang sedikit mengusiknya. Derra melepaskan kacamatanya. Ia mencoba tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya untuk menjabat, “selamat siang Pak.” Bagas menangkupkan kedua tangan di dadanya, “selamat siang.” Derra merasa begitu malu, jabatan tangannya tak disambut. Derra menarik tangannya dengan hati yang mencelos. Betapa banyak penggemarnya yang berlomba untuk bisa wefie dengannya, kadang mencubit pipinya, memegang tangannya, menjabat tangannya, eh pak guru yang terlihat masih muda itu menolak uluran tangannya. Derra bisa memahami sikap Bagas. Dulu sewaktu SMA, dia dan genknya tak menyukai tipe-tipe cowok rohis yang enggan bersentuhan dengan perempuan. Sampai-sampai salah satu dari mereka ada yang nekat mencoba merayu salah satu cowok pentolan rohis dan sukses dicuekin. “Ada perlu apa ya?” Bagas menaikkan alisnya. “Saya wali dari Raynald pak. Saya ingin memohon pada bapak untuk mengizinkan Raynald ikut evaluasi susulan renang.” Bagas mengamati sosok di hadapannya baik-baik. Terlihat masih begitu muda dan rasa-rasanya wajahnya tak asing seperti pernah melihat. Bagas tipe orang yang jarang sekali menonton tv atau menyimak artikel infotainment terlebih lagi ngepoin akun gosip di i********:, nggak banget. Tentu dia tak tahu bahwa gadis muda di hadapannya adalah artis film yang sedang naik daun. “Maaf anda benar walinya Raynald? Anda siapanya Raynald?” “Saya tantenya. Saya adik bungsu dari papanya Raynald.” Untuk sejenak Derra menyadari cowok ini tak mengenalnya. Bagaimana mungkin laki-laki yang terlihat masih muda tak mengikuti perkembangan dunia film dan entertainment. Derra menduga Bagas ini sosok yang kurang gaul dan introvert makanya bersikap galak ke murid karena kurang hiburan. Bagas akhirnya tahu, cewek yang mengenakan pakaian lebih kasual dari yang pernah ia lihat di tv ternyata adik ipar Keyra. Bagas pernah melihatnya sepintas di layar dan ternyata aslinya lebih cantik dibanding apa yang terlihat dari layar. Buru-buru ia menundukkan pandangan, astaghfirullah.. “Maaf nona, saya sudah memutuskan untuk nggak memberi Raynald dan Erlan kesempatan. Anggap saja ini hukuman karena mereka sering berbuat onar. Kalau tak diberi sanksi, mereka akan semakin nglunjak.” “Rasa-rasanya ini nggak adil untuk keponakan saya. Bukankah dia sudah mendapat hukuman? Poin pelanggarannya bertambah dan dia diskorsing tiga hari. Masa iya anda tega sama murid sendiri.” Derra sudah mulai kehilangan kesabaran. Tentu saja Raynald sama sekali tidak berpikir untuk mengosongkan nilai renang Raynald dan Erlan. Dia hanya ingin menggertak kedua anak itu agar jera dan tak lagi berbuat ulah. “Maaf keputusan saya sudah bulat.” Tukas Bagas tegas. Derra melongo tak percaya, “anda ini kejam ya. Saya bisa melaporkan anda ke kepala sekolah. Saya rasa sekolah ini butuh guru yang bijaksana bukan guru otoriter seperti anda.” Bagas menatap Derra tajam. Wajah Derra sudah terlihat cemberut tak menentu. “Silakan saja nona.” Balas Bagas datar. Derra semakin kesal, “kamu tuh nyebelin banget ya. Heran orang kayak kamu kok bisa jadi guru.” Bagas menyeringai, “sifat aslinya muncul juga ya. Kamu suka marah dan nggak sabaran, heran bisa jadi artis.” “Seenggaknya aku udah main di banyak film. Aku bekerja secara profesional dan mereka butuh aktingku bukan watakku.” Derra bicara dengan begitu bangga. “Attitude yang baik itu dibutuhkan oleh publik figur. Contohnya udah banyak kok publik figur yang karirnya hancur gara-gara nggak bisa menjaga attitude.” Bagas tak mau kalah. Rasanya ia ingin memberi gadis ini pencerahan agar tak sembarangan menghakimi orang lain. “Anda mau bilang kalau saya ini attitudenya nggak bener gitu? Terus anda yang paling baik? Sombong...!” Tatapan Derra begitu menghujam. Dia berbalik dan meninggalkan Bagas dengan perasaan kesal dan gregetan bukan main. Dia tak mau emosinya semakin terpancing jika terlalu lama berada di sana. Bagas menatap langkah Derra yang berderap menjauh. Dia menggeleng dan bergumam, dasar semena-mena mentang artis... ****** Keyra menata pakaiannya di lemari bajunya yang baru. Giandra memesan lemari jati ini dari Jepara langsung. Alhamdulillah hari ini mereka pindah ke rumah mereka yang sudah selesai direnovasi. Keyra menyukai suasana rumah yang berkonsep back to nature ini. Begitu memasuki pelataran rumah sudah ada taman bunga yang dipenuhi tanaman hijau dan bunga berwarna-warni. Giandra memerintahkan tukang kebun keluarganya untuk membuat taman begitu rumah itu dibangun. Rumah itu sudah dibangun jauh sebelum Giandra menikah. Dan memang Giandra merencanakan menempati rumah itu setelah menikah meski saat itu dia masih belum tertarik untuk menikah karena rasa traumanya. Nuansa sejuk dan teduh di depan rumah seolah merepresentasikan bahwa apa yang di dalam rumah juga tak kalah nyaman dan indah dipandang. Keyra menyukai konsep dapur yang dibiarkan tanpa sekat berbatasan dengan ruang makan dan ruang tengah. Ruangan terlihat lebih luas dengan didominasi warna putih. Kolam renang yang berbatasan dengan ruang makan dan dibatasi dinding kaca juga menambah kesejukan saat memandangnya. Airnya begitu jernih dan baru saja dikuras. Kamar utamanya dan Giandra berbatasan dengan taman samping dan jendela kaca yang memanjang dari atas hingga bawah menambah kesan naturalis kala kaca itu dibuka dan membiarkan semilir angin dari helaian daun menelusup ke dalam ruangan. Kamar mandi juga dibuat dengan didominasi konsep back to nature, begitu bersih. Keyra sangat menyukai spot bersantai di taman samping rumah dan ia bisa membayangkan begitu nyamannya membaca buku di sana. Dua kursi kecil yang menghadap dinding kaca dan taman dapat menjadi pilihan yang tepat ketika dia dan Giandra menikmati senja bersama sambil meminum teh. Ruang tamu dibuat minimalis menambah kesan elegan. Over all Keyra sangat menyukai selera Giandra, sesuai dengan seleranya. Saat tengah mengangkat sebuah baju, ada satu amplop yang terjatuh. Keyra terhenyak. Amplop yang terlihat sudah usang itu adalah amplop yang diberikan kakek angkatnya sebelum meninggal lima tahun yang lalu. Kakeknya mengatakan di dalam amplop tersebut ada secarik surat yang ditulis ibunya sebelum meninggalkannya. Kakeknya sengaja menyimpannya dan ia baru ingat akan surat itu setelah sekian tahun. Sang kakek menyimpannya rapat-rapat di dalam kotak kecil bekas perhiasan istrinya. Tangan Keyra bergetar mengambil amplop yang terjatuh itu. Waktu itu Keyra tak serta membuka isinya karena merasa belum siap dan belum bisa berdamai dengan sikap ibunya yang meninggalkannya tanpa alasan. Dia masih marah pada ibunya. Waktu mengepak pakaiannya, Keyra memang tak lupa membawa amplop tersebut dan memasukkannya ke sela-sela baju. Kini rasa penasaran akan isi dalam amplop itu menyeruak begitu saja. Keyra berpikir mungkin sudah saatnya dia membaca surat ibunya. Ada rasa deg-degan dan gugup luar biasa kala Keyra membuka amplop yang sudah usang dan rapuh itu dengan sangat hati-hati. Diambilnya lipatan kertas yang terselip di dalamnya. Kertas itu pun sudah begitu usang dan rapuh hingga Keyra harus super berhati-hati dalam membukanya. Dibukanya lipatan itu perlahan dan dadanya bergetar hebat. Tinta itu masih terbaca namun ada beberapa kata yang sukit dibaca karena memudar. Putriku, Maafkan ibu harus meninggalkanmu bersama seseorang yang ibu percaya mampu mengasuhmu dengan baik.. Maafkan ibu karena ibu bukan ibu yang baik untukmu dan kakak kembarmu.. Ibu menitipkan kakak perempuanmu yang terlahir lima menit lebih dulu darimu pada ayah kalian.. Dan ibu menitipkanmu kepada tetangga kontrakan ibu yang begitu baik... Ibu tak sanggup menanggung semua sendiri... Ayahmu hanya mau menerima satu dari kalian karena istrinya keberatan untuk mengasuh kalian berdua... Ya, ibu memang perempuan kotor yang hamil dengan suami orang tanpa ikatan pernikahan.. Ibu putuskan untuk pergi setelah kalian lahir.. Maafkan ibu nak... Tak ada satupun yang mau menerima ibu termasuk kakek nenekmu.. Jangan pernah mencari ibu nak... Karena mungkin setelah aku memastikan kalian mendapat pengasuhan yang baik, ibu sudah pergi untuk selamanya... Selamat tinggal nak.. Ibu akan pergi selamanya... Aku mencintaimu dan kakak kembarmu... Jika kau ingin tahu siapa ayahmu... dia bernama................ ****** Keyra tercekat dan napasnya serasa sesak tak beraturan. Yang sangat ia sayangkan tulisan nama ayahnya sudah pudar dan tidak terbaca. Satu lagi yang membuatnya begitu terpukul, ibunya mengatakan bahwa dia akan pergi untuk selamanya...Apa itu artinya ibunya bunuh diri setelah menyerahkan dirinya pada kakek angkatnya? Lalu saudara kembarnya? Dimana ia berada? Dimana ayahnya? Keyra menangis lirih dan begitu menyesal kenapa ia tak membaca surat dari ibunya sejak pertama kali ia menerimanya dari kakeknya. Mungkin jika dia sudah membaca surat itu sejak lima tahun yang lalu ketika kakeknya memberikannya, dia sudah menemukan kakak dan ayahnya. Keyra menangis sesenggukan dan ia menjerit sekeras-kerasnya di dasar hati seakan memanggil ibunya untuk kembali dan menjelaskan sekali lagi tentang sosok ayah dan saudara kembarnya... ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD