6

1210 Words

Kehadiran Liam sukses membuatku penasaran dan sedikit merasa lega. Maksudku, dia adalah hal dan manusia normal pertama yang aku temui setelah beberapa hari kengerian terus bergulir dalam hari-hariku. Aku tidak mau bertemu dengan sesuatu yang gaib lagi. Itu sama sekali tidak baik untuk kesehatan jantungku. "Kenapa senyum-senyum? Kamu sudah kehilangan kewarasanmu?" Bagas sepertinya berbakat dalam menghancurkan mood bagus seseorang. Dia seperti iri saat melihat aku berbahagia. Sejak dulu, dia memang selalu menyebalkan. "Itu bukan urusanmu," sahutku setengah sinis, sekali-kali aku harus mengintimidasi, memperjelas kedudukan di antara kami. Dia harus tahu kalau aku adalah kakak yang harus dihormatinya. "Aku sama sekali tidak ingin mengurus urusanmu, tetapi ibu memanggilmu sejak tadi. Jika k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD