Mata Alice enggan terbuka, tapi sentuhan nan lembut yang menyengat kulit area sensitifnya seakan memacunya untuk membuka mata lebar-lebar. Alice tahu sentuhan lembut yang membuatnya terbuai dan terus larut dalam gejolak menggebu-gebu ini salah. Namun, entah mengapa ia terus menikmatinya. Usapan demi usapan yang memanjakan, merangsang seluruh sarafnya bereaksi. "Lo menyukainya?" Suara serak nan berat itu seketika menyentak Alice, memaksanya membuka mata dan spontan bangun dari tidur lelapnya. Napas Alice memburu, matanya yang terbuka lebar bergerak liar menatap ke seluruh ruangan. Tidak ada yang salah dengan kamarnya, semua masih sama seperti semalam sebelum ia memejamkan mata untuk tidur. Namun, suara barusan benar-benar seperti nyata, Alice sangat mengenalinya. Bagaimana tidak, jika san