Deep Talk

1920 Words

Begitu pintu kantor tertutup di belakangku, langkahku terasa berat. Beberapa karyawan melirik, jelas mereka sudah tahu soal pemecatan Vidya. Aku berusaha tetap berjalan tenang, meski di dalam hati rasanya campur aduk—lega, kesal, sedih, juga lelah. Saat tiba di parkiran, Dirga sudah menunggu di atas motor sambil memegang helm. Begitu melihat wajahku yang kusut, tatapannya langsung berubah. Aku tersenyum hambar, lalu mengenakan helm tanpa banyak kata. Begitu motor keluar dari area kantor, angin malam menerpa wajahku. Saat itu juga air mataku mulai jatuh tanpa bisa kutahan. Aku menunduk, berharap Dirga tidak menyadarinya, tapi suara isakanku ternyata cukup jelas terdengar. Tanganku meremas tas di pangkuan, d**a terasa sesak. Kenapa semuanya harus berakhir sampai sejauh ini? Kenapa harus a

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD