Sedangkan Keiden menarik tubuh Clarissa kedalam pelukan nya. "Kenapa terus memanyunkan bibir mu ketika tengah berada didekat saya?" Bisik Keiden pada Clarissa yang kini tersentak kaget dengan wajah memerah.
Clarissa dengan sengaja menginjak kaki Keiden hingga pria itu melenguh kesakitan dan melepaskan pelukan nya pada tubuh sang wanita. Peter yang mendengar itu merasa keanehan tetapi tetap tidak bergerak sedikitpun melihat bos nya sesuai perintah sebelum nya.
“Peter.” Panggil Keiden.
Keiden pun menoleh setelah mendapat panggilan dari bos nya. “Bawa wanita itu pergi dari ruangan saya.” Perintah Keiden pada asisten nya.
Clarissa tersenyum kecil, memang nya hanya Keiden yang bisa mengerjai dirinya. “Harus segera diobati sebelum diamputasi.” Ledek Clarissa pada Keiden.
Keiden membuka mulutnya tak menyangka dengan sikap Clarissa pada nya barusan. “Awas kamu.” Gumam Keiden sembari melihat kepergian Peter dan Clarissa.
Sesampai nya diluar Peter menanyakan perihal Keiden yang teriak seperti kesakitan pada Clarissa. “Entahlah, mungkin karena belum sarapan. Jadi pak Keiden sakit perut.” Balas Clarissa berbohong.
Peter mengangguk, setelah itu melihat jam ditangan nya. “Tolong belikan pak Keiden makanan di restauran ini ya, menu nya juga harus sama dengan catatan yang saya berikan.” Ucap Peter setelah mendapat perintah dari Keiden lewat pesan.
“Se-sebanyak ini?” Tanya Clarissa mengonfirmasi kembali pesanan Keiden yang sangat banyak.
Peter mengangguk. “Kata pak Keiden kalau salah satu menu saja salah, harus ulang beli nya.” Ujar Peter membuat Clarissa memegangi kepalanya. Apa mungkin kini Keiden tengah berbalas mengerjai nya saat ini.
Clarissa mengangguk. “Baiklah, saya akan pergi sekarang.” Ucap Clarissa, akan tetapi langkah nya terhenti mengingat transportasi apa yang harus di gunakan nya.
“Mobil?” Tanya Clarissa.
Peter menggelengkan kepalanya. “Jalan kaki, sesuai dengan perintah pak Keiden.” Balas Peter sembari tersenyum kecil, membuat Clarissa mengepalkan tangan nya karena merasa kesal.
Clarissa berjalan dengan cepat setelah mengembuskan napas nya berat. “Pantas saja peter betah, bos dan asisten terlihat sama.” Runtuk Clarissa sembari menaiki lift.
Sesampai nya diluar, Clarissa mengecek restaurant pertama yang ada di catatan. Kalau dihitung-hitung total restauran yang akan dikunjungi nya ada empat, dan total pesanan nya dua belas porsi. “Sebenarnya untuk siapa dia beli sebanyak ini?” Tanya Clarissa merasa sebal.
Clarissa memegang banyak sekali bungkus makanan ditangan nya, dia juga harus mengatur suhu supaya makanan nya tidak cepat dingin. Di dalam catatan ada pesan untuk nya agar tidak membuat makanan dingin dan membawakan nya harus dalam keadaan panas atau hangat.
“Wah dia gila!” Runtuk Clarissa.
Sudah sepuluh bungkus porsi makanan yang kini berada ditangan nya, dua porsi lagi yang ia tunggu sampai sekarang tidak datang. Clarissa menunggu sembari melihat ornamen-ornamen cantik di sekeliling restauran terakhir ini. “Lebih baik langsung makan disini bukan dari pada di bungkus.” Gumam Clarissa.
Melihat pesanan nya telah selesai Clarissa mengambil dengan cepat agar bisa kembali ke kantor tepat waktu sesuai dengan catatan.
Clarissa berlari ke lobi kantor, dirinya melihat jam ditangan nya. “Masih ada waktu lima belas menit lagi untuk sampai ke ruangan Keiden.” Ujar Clarissa.
Clarissa memencet tombol lift, akan tetapi lama tidak terbuka memungkinkan banyak nya orang yang sedang menggunakan nya. “Padahal ada empat lift, tapi kenapa penuh begini sih?!” Kesal Clarissa sembari melirik tangga darurat.
Clarissa menelan salivanya sendiri, waktu nya tinggal sedikit lagi. “Apa mungkin aku harus menggunakan nya?” Tanya Clarissa menatap tangga darurat.
Tak ingin membuang waktu, mata Clarissa melihat lift untuk terakhir kali nya yang masih belum terbuka juga. Dirinya dengan cepat berlari dengan sepatu tinggi nya melewati tangga darurat. “Keiden kurang ajar!” Kesal Clarissa meruntuki bos nya di sana.
Sedangkan Keiden yang berada diruangan nya telah memantau pergerakan Clarissa dari CCTV. “Ini terlalu seru untuk dilewatkan.” Gumam Keiden yang baru saja meminta akses CCTV kantor pada Peter.
Sedari tadi Keiden juga menerima laporan dari suruhan nya untuk mengawasi pergerakan Clarissa saat diluar sana. “Pak sudah selesai!” Teriak Clarissa tanpa mengetuk pintu ruangan nya lebih dulu mengenakan Keiden harus mati-matian menahan kaget nya.
Serasa sudah bisa menenangkan diri, Keiden dengan cepat mematikan CCTV di komputer nya. “Bukankah bisa dengan mengetuk pintu lebih dahulu?” Sindir Keiden sembari bangkit dari duduk nya mendekat pada Clarissa.
Clarissa mengangkat kedua tangan nya yang penuh dengan bungkus makanan. “Seperti nya tidak bisa.” Jawab Clarissa.
Keiden duduk diatas sofa ruangan nya, dan menyuruh Clarissa untuk meletakan makanan tersebut diatas meja tamu. “Tugas saya sudah selesai bukan?” Tanya Clarissa.
Keiden menggelengkan kepalanya. “Kamu belum membacakan jadwal saya hari ini.” Ujar Keiden.
Clarissa mengangguk lalu pamit untuk keruangan nya, mengambil catatan beserta jadwal Keiden hari ini. Sekarang hanya Keiden yang berada diruangan nya, tawa nya kini meledak melihat wajah kesal Clarissa.
Keiden melirik bungkusan makanan dihadapan nya, lalu mengambil nya satu. Ia membuka satu menu disana dan berinisiatif mencampurkan nya dengan garam yang sebelum nya ia minta Peter untuk mengambilkan nya. Lalu ia letak dengan rapih kembali diatas meja.
Clarissa dengan wajah lelah dan rambut yang cukup berantakan masuk kedalam ruangan Keiden. “Saya akan bacakan jadwal bapak hari ini.” Ujar Clarissa setelah dapat bernapas lega.
Clarissa membacakan jadwal Keiden yang cukup penuh disiang hingga sore hari. “Sudah selesai membacanya?” Tanya Keiden.
Clarissa mengangguk. “Kalau begitu, makanlah ini.” Ucap Keiden membuat Clarissa curiga. Keiden menyuruh Clarissa untuk duduk dihadapan nya, dan memakan makanan yanb telah ia berikan.
Keiden menyembunyikan senyum licik nya, sembari menunggu Clarissa menyuapkan suapan pertama ke mulut. “Hoek, asin!” Ucap Clarissa membuat Keiden tertawa kecil.
Clarissa melihat Keiden dan sup daging yang asin bukan main secara bersamaan, lalu segera menaruh curiga bahwa ini adalah kerjaan bos nya yang tengah sengaja ingin mengerjai nya.
“Bapak sengaja ya?” Tanya Clarissa.
Keiden menggelengkan kepalanya. “Sengaja dalam hal apa?” Tanya Keiden sok polos.
Clarissa menghela napasnya kasar, lalu bangkit dari sofa yang kini tengah diduduki nya. “Mau kemana?” Tanya Keiden.
“Bekerja sebagian seorang sekretaris, saya akan pamit untuk mengurus jadwal bapak selanjutnya.” Ucap Clarissa pada Keiden.
Clarissa berjalan menuju pintu keluar ruangan Keiden, akan tetapi dirinya melenguh kesakitan tepat didepan pintu sembari melihat kaki nya.
Keiden menyadari ada satu hal yang sedari tadi ia lewatkan untuk diperhatikan, kaki Clarissa terlihat lecet dan memerah karena luka.
Seharusnya saat terluka dia bicara.
Melihat Clarissa yang sudah tidak berada di ruangan nya, Keiden merasa kini salah nya yang membuat wanita itu berlarian dengan sepatu hak tinggi. Keiden mengambil ponsel nya dan menelpon Peter untuk menanyakan dimana kotak p3k telah disimpan di ruangan nya.
Mungkin dengan ciuman ku dia bisa sembuh.