Keesokan harinya Bryan kembali datang ke Chocolate's cafe and bakery untuk bertemu dengan Felicia kembali, dia sudah terlanjur jatuh cinta dengan sosok cantik itu, tak dapat ia pungkiri keindahan yang ada pada tubuh seksi Felicia kemarin semakin membayangi pikirannya. Bahkan semalam Bryan tidak dapat tidur dengan tenang karena pikirannya terus terbayang akan sosok Felicia yang sangat cantik dan sangat dia idam - idamkan, Bryan bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia akan mendapatkan Felicia bagaimana pun caranya. Dan perjuangan cintanya dimulai dari hari ini.
Bryan segera memasuki cafe dan memilih meja yang dapat melihat kearah bagian dalam cafe dengan leluasa, bahkan matanya langsung menelisik seluruh kafe saat langkahnya berhasil melewati pintu masuk kafe. Lalu setelah selesai menjelajah seisi kafe, dia memesan menu yang sama dengan waktu ia pertama kali memasuki kafe ini bersama Dimas. Selain cokelatnya yang membuat ketagihan, ternyata wajah pemilik cafe telah menjadi candu bagi Bryan, dan dia berharap ia akan beruntung hari ini jika ia dapat bertemu dengan Felicia. Bryan bersyukur karena masih diberikan umur panjang hingga kini dapat bertemu dengan makhluk Tuhan yang tampak sempurna dimatanya.
"Dia dimana yah?" Bryan celingak - celinguk mencari keberadaan Felicia. Tapi tak ditemukannya, hingga suara ponsel yang berada di saku jasnya bergetar. Segera Bryan merogoh saku celananya mencari ponselnya, lalu menjawab telepon itu, ternyata yang menelponnya adalah Feni, sekretarisnya.
"Hallo?" Bryan menjawab panggilan itu sambil menggerakkan bola matanya kesana - kemari mencari keberadaan Felicia.
"Sekarang bapak ada jadwal rapat dengan karyawan, dimana bapak sekarang? Saya tidak mendapati bapak di dalam kantor."
Sekretarisnya menelepon karena ingin mengatakan kepadanya tentang jadwal rapatnya hari ini. Sesaat Bryan teringat akan hal itu dan membuat ia menghentikan pencarian Felicia dan memfokuskan diri pada suara sesorang yang sedang meneleponnya itu. Pikirannya bimbang apakah melanjutkan menunggu Felicia datang atau memilih rapat yang artinya dia tidak bisa bertemu Felicia hari ini.
"Kamu undur rapat kali ini. Untuk kedepannya, tolong kosongkan jadwal setiap jam - jam seperti ini. Saya ada keperluan." Akhirnya Bryan memutuskan untuk menunggu Felicia dan mengatakan kepada sekretarisnya untuk mengosongkan setiap jadwal ketika dia sedang di kafe milik pujaan hatinya, Felicia. Ia tidak ingin pengejarannya menjadi sia - sia karena jadwal kerjanya yang akan mengganggu, sehingga ia meminta sekretarisnya untuk mengkosongkan jadwal di jam - jam seperti ini.
"Baik pak..."
Bryan menutup telponnya setelah mendengar persetujuan dari sekretarinya itu dan melanjutkan kegiatan mencari keberadaan Felicia dengan matanya. Sampai seketika pesanannya datang dan sedikit mengintrupsi kegiatannya itu.
"Silahkan pak..." Pelayan itu menaruh pesanan Bryan tepat di depan Bryan.
"Terima kasih..." Bryan menjawab sambil mengambil gelas berisi minuman Cokelat yang dipesannya dan meminumnya sedikit demi sedikit.
Apakah hari ini dia tidak ke kafe yah?
Bryan bertanya - tanya didalam hati saat tidak mendapati keberadaan Felicia, hatinya sedikit kecewa jika benar Felicia tidak ke kafe hari ini. Saat Bryan sedang asik mereka - reka keadaan Felicia, seketika matanya menatap sosok wanita yang dicarinya baru keluar dari dapur di bagian toko rotinya dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan apakah itu marah atau senang. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian Bryan, tetapi penampilan Felicia yang terlihat berbeda, dia tampak menggunakan gaun yang cukup mampu menampilkan seluruh lekukan tubuhnya, dan hal itu membuat Bryan meneguk ludahnya kasar melihat keseksian yang ada pada tubuh Felicia. Ingin sekali ia merengkuh dan meraba setiap jengkal tubuhnya dan mendengarkan desahan - desahan halus keluar dari mulut ranum itu. Pikiran m***m Bryan bermunculan di benaknya karena potongan gaun Felicia yang hanya sepanjang paha dan memiliki potongan di bahunya yang terbuka, menampilkan bahu dan belahan d**a yang tampak sangat memancing birahi Bryan.
Bahkan Bryan merasakan miliknya mengeras dibawah sana membayangkan tubuh Felicia. Apalagi saat Felicia keluar dari toko roti dan menuju ke arah bar kafe miliknya, membuat mata Bryan secara leluasa dapat menatap tubuh Felicia tanpa terhalang pajangan - pajangan roti seperti tadi. Matanya terus mengikuti kemana pun tubuh molek Felicia pergi, Bryan seakan enggan mengalihkan pandangannya barang sesaat.
Mata Bryan tak dapat terlepas dari pergerakan tubuh Felicia, Saat Felicia membungkukkan tubuhnya untuk mengambil sesuatu membuat gaunnya terangkat sedikit dan hampir menampilkan celana dalamnya, tentu saja hal itu membuat Bryan menggeram pelan sambil otaknya membayangkan hal yang aneh - aneh kepada Felicia. Apalagi saat paha mulus Felicia terpampang dengan nakalnya membuat Bryan terpaku dan hanya bisa meneguk ludahnya, badannya sudah cukup panas dan tak mampu untuk dibendung lagi gairah yang dia punya.
Tolong jangan menggodaku Felicia. Atau aku akan memakanmu..
Batin Bryan berteriak frustasi melihat kemolekan tubuh Felicia. Sampai akhirnya Bryan tidak sabar hanya dengan duduk terdiam di kursinya, dia segera berdiri dari duduknya dan bersiap berjalan kearah Felicia. Tetapi tiba - tiba seorang pelayan menabraknya dan menumpahkan minuman cokelat yang dibawanya mengenai kemeja Bryan di bagian perutnya. Hampir saja Bryan meledak marah saat dia melihat Felicia yang tampak panik menghampirinya dengan tergesa - gesa sehingga membuat dia mengurungkan diri untuk mengomeli pelayan tersebut, meskipun akhirnya kemejanya tetap saja kotor.
"Ma- maaf tuan, saya tidak sengaja... Saya akan bertanggung jawab." Pelayan itu berkali - kali meminta maaf sambil membungkukkan tubuhnya berkali - kali, sedangkan Bryan hanya terfokus kepada Felicia yang terus berjalan kearahnya tanpa menghiraukan permintaan maaf dari mulut pelayan tersebut, sampai akhirnya Felicia berada di dekatnya dan membuat pelayan itu menghentikan ucapannya. Dengan posisi yang cukup dekat, Bryan dapat mencium aroma yang menguar dari tubuh Felicia yang seketika menjadi candunya saat itu juga.
"Ada apa ini?" Felicia bertanya dengan bingung kearah pelayannya dengan raut khawatir saat mendapati kemeja Bryan yang telah berganti warna menjadi cokelat, setelah melihat kearah kemeja Bryan dia beralih menatap pelayannya dengan raut wajah marah yang terukir dengan tegas diwajah cantiknya.
"Maaf bu. Saya tidak sengaja, sa-" ucapan pelayan itu terpotong saat Felicia tiba - tiba memarahinya dengan cara membentaknya, tidak dia hiraukan lagi keberadaan Bryan di dekatnya, bahkan Felicia sampai berencana untuk memecatnya. Tetapi Bryan segera melerai perdebatan mereka dan mengatakan bahwa itu adalah kesalahannya karena terlalu terburu - buru sehingga menabrak pelayan itu.
"Sudah tidak apa apa. Dia tidak sengaja." Dengan nada penuh Pengertian Bryan mencoba menjelaskan kepada Felicia. Sedangkan Felicia langsung menyuruh pelayannya itu untuk kembali bekerja dan dia segera mengambil lap yang berada diatas meja dekat ia berdiri. Kemudian dengan sedikit membungkukkan dirinya, ia mulai membersihkan noda cokelat pada kemeja Bryan, meski usaha itu hanya sia sia saja. Akhirnya yang bisa ia lakukan adalah mengucapkan beribu - ribu kata maaf sambil terus berusaha membersihkan noda cokelat di kemeja Bryan. Bryan hanya bisa menatap apa yang telah dilakukan Felicia terhadap kemejanya.
To Be Continued....