Sentuhan (21+)

2039 Words
Warning ya guyss.. Bab ini khusus 20++.. Jadi, bijak lah dalam memilih bacaan.. hehe *** Kandil kesulitan untuk bergerak. Ruang nya terbatas. Dan merasa adanya himpitan. Membuatnya dengan perlahan membuka kedua mata. Dirinya mengerjab nya sekali untuk memperjelas penglihatan nya. Penerangan di kamar nya sedikit terang karena cahaya matahari yang sudah naik. Ia merasa sebuah benda berat di atas perutnya. Membuatnya menunduk dan tersentak ketika melihat satu tangan di sana. Dan baru terasa jika ada tubuh lain yang menyentuh punggung nya. Dengan perlahan, sehati-hati mungkin agar tidak terlalu banyak bergerak. Tidak mengeluarkan suara sekecil apapun, ia memutar badan nya. Orang yang tidur memeluk nya menggeliat. Tidur nyaman nya terganggu dengan pergerakkan Kandil. Membuat wanita itu berhenti sebentar. Setelah nyaman kembali, Kandil kembali memutar menghadap Dika. Dalam diam ia memandangi wajah pria itu. Kedua mata itu terpejam, hidung nya mancung. Dengan bibir sedikit tebal, dan warna merah ke ungu'an. Ia memang mengakui kalau Dika punya wajah tampan di atas rata-rata. Fisik tanpa cela, semua laki-laki pasti ingin punya bentuk fisik seperti Dika. Tegap, tinggi, kulit putih, tapi tidak seputih cowok-cowok Korea sana. Dan yang paling menarik perhatian nya adalah rahang itu terlihat begitu tegas. Tanpa sadar ia menyentuh rahang yang tidak terdapat bulu-bulu halus di sana. Namun, terasa sedikit kasar karena bekas cukuran. Ia mengulum senyum, matanya jatuh pada leher Dika. Melihat jakun pria itu yang timbul. Lalu turun lagi ke bawah. Jantung nya tiba-tiba berdebar sadar jika Dika tidak mengenakan baju. d**a itu telanjang, begitu bidang dengan garis yang sempurna. Perut yang seperti roti sobek itu benar-benar menggoda iman nya. Dan seolah terbawa perasaan, ia menurunkan tangan yang tadi mengusap rahang tegas Dika. Turun merambat ke perut itu. Ia menelan ludah nya sendiri. Ada perasaan aneh menyusup kedalam dirinya. Aliran panas yang tiba-tiba menyusup dalam tubuh nya. Perutnya seperti di aduk-aduk seketika. Tiba-tiba Dika bergerak mendekat. Membuatnya kaget dan reflek menarik tangan nya dari sana. Ia menatap wajah Dika, pria itu masih tertidur. Membuatnya menghela napas lega. Ia memilih untuk menarik diri dari pelukkan Dika. Memindahkan tangan itu dari pinggang nya. Ia ingin bangun. Tapi pelukkan itu sedikit lebih erat. Membuatnya sadar,jika Dika sudah bangun. Dan entah sejak kapan. Mukanya langsung memerah merona. Dika pasti tau kelakuan nakal nya barusan. Membuatnya malu bukan main. Ehem. Kandil mencoba untuk berdeham untuk mengusir rasa malu dan gugup nya. Memilih untuk diam kembali, tidak lagi bergerak ingin menarik diri. "Aku tau kamu sudah bangun". Kata Kandil setelah ia bisa menguasai dirinya sendiri. Dan Dika membuka kedua matanya. Mereka langsung saling bertatapan. Kandil terdiam di sana. Tatapan itu menatap nya begitu tajam dan dingin namun ada ke hangatan disana. Tatapan itu begitu mengintimidasi tapi ada kelembutan di sana. "Sudah puas mengagumi tubuh ku?". Kandil menunduk malu, membuat Dika mengulum senyum gemas. Pria itu mendekat lagi. Menarik pinggang Kandil untuk semakin dekat. Hingga mereka tidak ada lagi jarak. "Dik-". "Aku bisa menunjukkan lebih, jika kamu mau". Ujar Dika, dan kemudian langsung menarik dagunya agar menatap Dika. Saat itulah pria itu menunduk mendekat hingga jarak mereka habis dan Kandil memejamkan kedua matanya saat merasa bibir nya menyentuh bibir kenyal Dika. *** Cup Dika hanya mengecup, tapi ia merasa satu kecupan saja tidak cukup. Bibir tipis itu seolah menarik nya untuk kembali. Dan, ia pun memberi kecupan lagi. Dan masih merasa tidak cukup. Ia ingin mengecap rasa lebih dalam dan lama lagi. Maka ia mendekat lagi dan kali ini mengulum bibir Kandil kini. Melumatnya dengan lembut dan perlahan. Merasa masih kurang, ia menggerakkan tangan yang tadi di pinggan Kandil menuju leher istrinya. Di tangkupnya di sana. Lalu dengan perlahan Dika mendorong Kandil agar berbaring telentang dan ia berguling ke atasnya. Dengan gerakkan lembut dan juga penyatuan bibir yang penuh penuntutan. Dika terus saja melumat bibir itu. Menghisap nya secara bergantian. Membuat Kandil ikut mengimbangi nya. Karena ingin, Dika pun mulai meminta Kandil untuk membuka bibirnya dengan lidah. Dan itu bersambut dengan baik. Istrinya sedikit membuat mulut dan membiarkan lidah nya untuk masuk dan menjelajahi mulutnya. Telapak tangan itu turun, menyusuri tubuh sintal Kandil yang masih mengenakan pakaian tidur tipis. Napas pria itu seketika menjadi berat, merasa Kandil mulai kehabisan oksigen, ia menarik ciuman nya. Beralih ke rahang Kandil, lalu menyusuri ke lehernya. Di sana ia kembali memainkan lidah nya. Menghisap nya dengan s*****l dan juga menggigitnya sehingga membuat Kandil dengan sendirinya mengerang. Dika membuka baju tipis istrinya dengan gerakkan perlahan. Dan membuang nya ke lantai. Lalu kemudian kembali mencium Kandil, ia melumatnya dengan liar. Hingga merasa puas baru ia menarik diri. Dirinya duduk memandangi wanita yang sudah berhasil ia telanjangi. Matanya dengan teliti menilai setiap inci pada tubuh itu dengan penuh minat. Matanya dengan liar merekam semua nya dalam kepala. Dika menelan ludah nya sendiri, kala melihat muka istrinya memerah karena malu. Bahkan hendak menarik selimut untuk menutup tubuh itu. Namun, Dika lebih dulu menahan nya. Pria itu tersenyum puas. Kembali ia menindih istrinya. Namun, tidak membebankan berat tubuh nya pada Kandil. Ia kembali mengulum bibir Kandil dengan liar. Dan di sambut dengan baik. Kandil memejamkan matanya menikmati cumbuan suami nya. Telapak tangan Dika mulai menyentuh dadanya dan meremas nya dengan pelan. Bermain dengan p****g nya, membuat Kandil mengerang dalam ciuman mereka. Puas dengan bibir itu, Dika langsung mundur dan turun ke bukit kembarnya. Di pandangan nya tangan nya yang besar sedang meremas dan bermain dengan p******a istrinya. Sangat pas di tangan nya, seolah itu di ciptakan memang untuk nya. Ia melirik istrinya yang terlihat menikmati perlakuan nya. Kemudian, Dika menunduk, mengulum p****g merah muda itu. Menghisap nya seperti bayi yang sedang menyusu. Kandil mendesa lagi, bahkan sampai membusungkan dadanya sendiri. Lidah Dika bermain di p****g nya. Bergerak membentuk lingkaran disana. Ia bergantian dengan yang satu nya lagi. Tangan pria itu sudah turun kebawah. Pada bagian paling sensitif nya. Mengusap area bibir Miss v nya. Bermain pada k******s nya. Membuat ia lagi-lagi mendesah nikmat. Bahkan tidak lama kemudian, ia mendapatkan o*****e pertamanya. Membuat Dika tersenyum meremehkan. Dan, Kandil kesal dengan itu. Ia kalah hanya karena pemanasan. Napas Kandil masih memburu karena o*****e pertamanya. Dika kembali ke atas, mencium bibirnya lagi. Melumatnya dengan kasar dan liar. Kemudian menarik diri lagi. Dika mulai membuka celana pendek nya. Lalu naik kembali ke atas kasur, membuka kedua kaki Istrinya. Ia melirik Kandil yang sudah terlihat pasrah dengan apapun yang akan ia lakukan. Tangan nya sendiri sudah mengocok kenjatanan nya sendiri. Pria itu menunduk di sana, mencium aroma nikmat yang langsung membangkitkan gairah nya. Saat lidah nya menyentuh klitorisnya. Kandil langsung terkesiap, getaran dan aliran panas dalam tubuhnya semakin menjadi. Tapi, ia menggelinjang hebat. Lidah itu berhasil mengaduk-aduk daerah kewanitaan nya. Terkadang menusuk-nusuk nya. Dan lagi, ia mencapai puncak kenikmatan untuk kedua kali nya. Dika langsung melirik nya lagi dengan seringaian puas. Dika menegakkan tubuh nya lagi, kembali melumat bibir istrinya. Seolah ingin Kandil merasakan cairan kental nya. Dan wanita itu menyambutnya. Kandil bisa merasakan, bahwa kejantanan pria itu sengaja di gesek-gesekan dengan milik nya. Dan Dika menarik diri sedikit. "ready?". Bisik Dika dengan nada sangat berat. Kandil menggigit bibir nya gelisah. Matanya menatap mata Dika yang sudah sangat sayu dan berkabut gairah besar. "Aku mau kamu, sekarang!". Kata itu seolah tidak menerima penolakan. Dan Kandil semakin gelisah, ketika Dika mulai menunduk kebawah. Mengarahkan p***s nya kedalam lubang milik Kandil. Dika menarik diri, Duduk di sana dengan kedua kaki Kandil terbuka lebar. Pria itu memasuki nya dengan perlahan. "Ahk!". Kandil terkejut dan menjerit sedikit. Dika menoleh dan mengulum senyum kecil. Kandil meringis lagi ketika pria itu terus berusaha memasuki nya lebih dalam. Ia bahkan sampai mencengkram kuat sprei di bawah. Dika terus mendesak nya, padahal sudah tau sempit. Ia sudah melihat seberapa besar dan panjang milik suami nya. Dan ia yakin tidak akan mudah untuk masuk kedalam. Ini adalah pengamalan pertama nya. Peluh sudah keluar di dahi pria itu. Sangat sulit untuk menembus milik istrinya. Ia takut menyakiti Kandil. Maka dari itu ia harus melakukan nya dengan sangat hati-hati. Tapi, milik istirnya sungguh sempit. Beberapa kali ia memaksa dan Kandil menjerit tertahan. Hingga milik nya baru masuk setengah, ia mengeluarkan nya lagi. Lalu kembali memasukkan nya. Mendorongnya lebih dalam. Hingga, ia menghentakkan nya sekali kedalam. Dan istrinya nyaris berteriak. Namun, Dika langsung membungkam dengan bibirnya. Jika tidak, keluarga Kandil pasti akan mendengar nya. Dika tidak langsung bergerak, ia mendiam kan nya. Bisa ia rasakan ada cairan yang mengalir. Mungkin darah perawan istrinya saat ia menembus selaput dara itu. Ia menarik diri sedikit dan melihat Kandil menggigit bibir nya menahan sakit. Ada air mata yang turun, yang langsung membuat hati nya terjepit. Ia menunduk, mengulum bibir istirnya dengan lembut. Kandil membalas nya. Tangan nya meremas d**a istrinya dengan lembut. Kandil memeluk lehernya. "Ahk!". Kandil meringis lagi ketika ia mulai bergerak di bawah sana. Dengan perlahan ia mulai memakai mundurkan pinggulnya. Mendesah nikmat. Milik nya seperti di jepit di dalam sana. Kandil terus mendesah, membuat Dika senang mendengar nya. Ia terus bergerak tanpa henti dengan tempo yang masih teratur. Dan dengan perlahan juga dan seiring berjalan nya waktu. Kandil mulai terbias, dan ikut menikmati nya. Sampai wanita itu kembali mendapat o*****e ketiga nya. Dika tersenyum puas menikmati wajah istirnya yang menikmati kegiatan mereka. Gerakkan Dika semakin lama semakin cepat. Bahkan ranjang sampai berderit karena gerakkan nya semakin cepat. Keduanya samai mendesah kenikmatan. Ruang kamar itu bahkan hanya di isi oleh erangan mereka berdua, suara derit tempat tidur dan juga suara dari penyatuan mereka. "Ah.. ah... Argh... ". Dika merasa jika sebentar lagi ia akan sampai. Maka gerakkan nya semakin cepat. Sampai waktu nya, ia mendorong dalam-dalam ke jantanannya hingga menyentuh dinding rahim Kandil. Dan menyemprotkan benih nya di sana dengan sangat banyak. Bahkan, Keduanya bisa merasa rembesan nya keluar karena tidak bisa menampung semuanya. Dengan saling memeluk erat. *** Keduanya sama-sama terdiam, hanya napas yang memburu setelah pelepasan hebat keduanya. Dika masih belum menarik diri dari dalam milik Kandil. Masih bertahan disana. Ia mengecup sekali bahu putih mulus istrinya. Kemudian beralih ke kening Kandil. "Terimakasih". Bisik Dika lembut. Kandil hanya berdeham, Dika pun menarik diri dan berguling kesamping. Sedangkan Kandil langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh nya. Lalu turun dari kasur dan berlari ke kamar mandi. Sedangkan Dika memilih untuk istirahat hingga tanpa sadar ia kembali tertidur. Mungkin karena lelah dengan kegiatan yang begitu menguras tenaga pagi ini. Sampai Kandil keluar kamar mandi satu jam kemudian. Dan melihat suami nya kembali tidur dalam kondisi kasur yang berantakan. Ia hanya menghela napas berat. Di kutipnya pakaian mereka yang berserakan di lantai. Lalu menaruh nya kedalam keranjang baju kotor bergabung dengan selimut dan sprei nya. Setelah itu memutuskan untuk keluar kamar. Dengan membawa keranjang baju kotor itu. Ia heran dan bingung, ketika menyadari rumah nya sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Apa orang tuanya tidak pulang sehabis acara resepsi di gedung semalam. Mungkin, menginap di rumah Kakak atau Abang nya. Tidak ingin terlalu pusing, ia pun memilih untuk menuju bagian belakang rumah. Dimana kamar mandi tempat nyuci berada. Dan mulai memasukkan pakaian kotor itu kedalam mesin cuci. Tentu saja memisahkan nya dengan sprei dan selimut yang sudah kotor dengan kegiatan mereka barusan. Ia terdiam sejenak, mulai melamun memikirkan jika ada yang salah. Seharusnya tidak secepat ini ia menyerahkan diri begitu saja. Semalam ia sudah lega, Dika tidak menyinggung jatah malam pertama. Ternyata, pria itu sudah menyiapkan nya pagi ini. Benar-benar licik rupanya. Dan ia? Apa-apaan ia bisa langsung terlena hanya karena tatapan mata Dika. .. bahkan sampai sekarang ia masih ingat semua adegan panas mereka barusan. Langsung membuat perut nya mulas seketika dan muka memerah merona. Malu. Dan sial nya, ia malah kalah telak dengan o*****e berkali-kali tadi. Ia bahkan masih merasakan rasa nyeri di bagian milik nya. Sentuhan pria itu begitu lembut dan membuatnya nyaman. Lalu memberikan nya getaran-getaran aneh yang ternyata ia menyukai nya. Terlebih lagi, ia bisa menyaksikan pria itu sering tersenyum tadi. Adegan demi adegan terus berputar di kepalanya. Membuatnya semakin malu sendiri. Lalu seolah tersadar ia langsung menggelengkan kepala. Menyingkirkan adegan panas mereka pagi ini. Yang semakin membuat tubuh nya panas seketika. Ia lebih baik fokus pada mesin cuci di depan nya. Atau masuk kedapur untuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Sarapan?. Kandil langsung melihat ke arah jam dinding. Orang bodoh mana yang sarapan jam sebelas siang?. Ia langsung menggeleng pusing. Dan akhirnya memilih untuk berdiri menunggu mesin cuci selesai menggiling sprei dan selimut nya itu. Ckckck.. Kandil Kandil..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD