Nadine menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.
"Ya, Tuan?" Dengan santainya Nadine menjawab menatap pria bermata hazel tadi, tak bergerak sedikit pun dan masih berada di depan mobilnya.
"Nona, aksimu berbahaya sekali. Kamu tahu mungkin jika orang lain sudah akan menabrakmu." Suara bariton pria itu keluar juga.
"Aku sedang buru-buru mengejar taksi di seberang sana." Nadine menunjuk sebuah taksi yang ada di seberang jalan, menuntut pengertian.
Sialnya, taksi tadi melaju setelah dia kembali mengayun kaki. Terdengar helaan napas kasar setelahnya.
Ini gara-gara aku meladeni pria ini bicara.
Nadine kembali menatap pria bermata hazel dengan mengedikkan kedua bahunya. Lalu kembali berjalan.
Ck! Pria bermata hazel tadi kembali melajukan mobil setelah Nadine pergi, atau lampu akan menyala merah kembali. Ia sendiri juga buru-buru karena ada suatu urusan.
Tepat di seberang jalan, Nadine kembali menunggu kedatangan taksi. Namun belum juga ada taksi yang lewat, ponselnya berdering.
"Telepon dari kantor polisi London?" Nadine segera menerima panggilan telepon yang masuk.
Lama dia bicara dan diujung percakapan, dia mengerucutkan bibirnya.
"Astaga! Baru saja aku menginjakkan kaki di sini, tapi sudah disuruh kembali lagi. Padahal aku belum menemukan seseorang yang kucari. Memang menjadi agen polisi khusus tak bisa pesannya meski di akhir pekan."
Entah ada apa di kantor, sampai memintanya untuk kembali dengan cepat tanpa memberikan alasan yang jelas. Maka, dia pun berjalan kembali menuju airport.
***
"Inspektur!"
"Sersan James." Nadine berbalik setelah mendengar suara yang memanggil. Saat itu dia sedang melihat tayangan berita nasional di kantor setelah kembali dari Prancis.
Penting bagi seorang agen polisi untuk mengetahui update terbaru informasi berita kriminal terkini. Bahkan tak boleh ada satu pun informasi yang terlewat.
"Hanya berita kriminal nasional, saja," lontar Nadine pada agen polisi yang sebenarnya usianya di atas usia Nadine, hanya saja pangkatnya itu lebih rendah daripada pangkatnya. Namun Nadine tetap menghargai Sersan James tidak seperti perlakuan para senior pada bawahan mereka, minta kadang seenaknya saja.
"Inspektur, Anda sepertinya perlu berakhir pekan. Tim satu berhasil menyelesaikan kasus itu," balas Sersan James.
Sebenarnya kasus memang baru saja selesai, mungkin agen polisi lain bisa sedikit bersantai ketika tugas mereka sudah selesai. Namun berbeda dengan dirinya, meski udah selesai dia pun harus tetap siaga. Jika suatu waktu ada masalah mendadak dia akan turun pertama ke lapangan.
"Baik, Sersan James. Selamat berakhir pekan untukmu." Nadine mengulas senyum tipis mengiringi kepergian pria itu.
Ia kembali duduk di kursi, menatap kembali televisi di hadapannya, menyaksikan siaran berita kriminal nasional sebelum selesai dilihatnya.
"Kurasa tak ada kasus besar, hanya beberapa kasus kecil. Dan masalah itu mungkin bisa diatasi dengan mudah oleh agen polisi lainnya." Bukannya bosan menonton siaran berita kali ini, tapi menurutnya tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Maka Nadine mengganti channel berita saat ini ke channel berita internasional.
Di kantor polisi distrik London tempat Nadine bekerja saat ini memang disediakan tayangan berita lokal, nasional dan internasional.
"Apa kira-kira kasus yang ada di luar London ada yang menarik?" Nadine mengganti saluran berita ke saluran berita Kanada, namun menurutnya tak ada yang menarik. Hingga dia mengganti ke saluran berita lain lalu berhenti pada saluran berita Prancis.
Dia memperhatikan berita yang sedang tayang saat ini. Dilaporkan saat ini di negara itu sudah mengalami peningkatan aksi kriminalitas pada tiga tahun belakangan ini. Banyak masalah kriminal yang meningkat dengan tajam di negara tersebut. Banyak mafia yang tinggal di sana. Bisa dibayangkan sendirinya seperti apa tempat yang banyak dihuni oleh mafia. Sudah pasti, akan banyak masalah bertebaran di sana.
"Penggelapan uang di Perusahaan Standard Chartered diduga digawangi oleh seorang mafia?" pekiknya mendengar laporan reporter dalam siaran berita yang dia lihat.
Karena memang dia lahir dan berasal dari Prancis, maka dia bisa dengan mudah dan memahami bahasa Prancis yang diucapkan oleh reporter tersebut.
"Siapa mafia yang terlibat di sana?" Nadine semakin mempertajam indra pendengaran juga penglihatannya.
Pada berita menyebutkan nama seorang mafia yang tidak asing di telinganya.
"Steve Pierre?!" Nadine mengucap nama yang disebut oleh reporter dalam berita. sepasang alis cokelatnya terpaut sempurna.
Sungguh nama belakang dari pria disebut itu mirip sekali dengan nama yang selalu diingatnya selama empat belas tahun ini. Nama mafia yang merupakan pembunuh kedua orang tuanya, Henry Octav Pierre.
"Tunggu! Nama Pierre itu, apakah dia adalah keturunan mafia durjana itu?!" Sepasang bola mata Nadine ketika menyipit dan menyorot tajam berita yang ia saksikan kali ini.
Sayangnya, dalam tayangan berita itu tidak menunjukkan sosok Steve Pierre. Belum selesai dia melihat semua isi berita yang ada, Nadine mematikan siaran berita yang sedang berlangsung. Kini dia jadi penasaran dengan sosok Steve Pierre.
"Steve Pierre. Baik, aku akan mencarinya. Apa dia ada hubungan dengan mafia kejam itu?"
Nadine yang penasaran segera berpindah duduk ke mejanya sendiri di mana laptopnya berada. Di sana tersimpan data informasi penting identitas warga. Mungkin saja data pria yang carinya ada di sana. Siapa yang tahu?
Langsung saja, Nadine masuk ke bagian pusat data untuk memeriksanya.
"Tak ada data pria itu di sini. Mungkin aku harus menghubungi kantor polisi distrik wilayah Prancis. Tapi sebelum ke sana aku bisa mencarinya sendiri." Ia kemudian keluar dari pusat data lalu mencarinya dari internet.
Terdengar suara hentakan jemari yang mengetuk keyboard dengan cepat. Nadine mengetik nama Steve Pierre.
Setelahnya muncul banyak artikel tentang pria tersebut. Dari artikel panjang itu dia mendapatkan informasi jika Steve Pierre susah dilacak keberadaannya, bahkan sosoknya pun misterius. Belum ada yang tahu pasti seperti apa sosok aslinya.
"Pria macam apa dia?"
Belum selesai Nadine membaca artikel yang dapatnya, terdengar suara dari telepon yang berasal dari meja lain.
Di ruangan itu ada dua meja selain mejanya. Tapi meja satunya kosong, karena seseorang yang biasa menempati meja itu sedang cuti.
Melihat telepon di sebelahnya berdering maka dia pun berdiri dari tempat duduknya dan berpindah ke meja sebelah.
"Halo, Kantor polisi distrik London. Dengan Inspektur Nadine di sini," tukasnya setelah menarik gagang telepon berwarna hitam pekat.
"Oh, jadi Kapten Sanders masih cuti?" ucap seseorang dari telepon yang diangkat. Suaranya terdengar berat dan tegas.
Kapten Sanders sendiri adalah Chief Inspector di sana, tepatnya atasan satu klik Nadine. Pria itu sedang cuti panjang karena menjalani perawatan luka tembak akibat terkena tembakan saat mengemban tugas menangkap pelaku pembunuhan. Entah kapan, pria itu akan kembali bertugas. Yang jelas sampai pria itu kembali bertugas, maka yang menggantikan tugasnya saat ini adalah Nadine.
"Inspektur Nadine, karena Kapten Sanders sedang cuti, maka tugas ini akan beralih padamu."
"Tugas?" respons Nadine begitu mendengar suara atasan dari telepon.
"Bersiaplah dalam waktu dua puluh empat jam ke depan untuk mempersiapkan semuanya termasuk membeli tiket pesawat penerbangan ke Prancis."
"Prancis?" Sungguh, Nadine tak mengerti sama sekali kenapa tiba-tiba dia ditugaskan ke Prancis. Lagi ada masalah apa di sana?
"Di sana hal ini terjadi kericuhan. Terjadi ledakan bom di sebuah daerah. Polisi wilayah Prancis meminta bantuan dari para polisi dari wilayah lainnya juga untuk mengirim perwakilannya ke sana."
"Apa? Ledakan bom?!" pekik Nadine. menurutnya dia baru saja mematikan siaran berita tapi sudah ada berita yang menghebohkan jagat raya ini. Bagaimana itu bisa terjadi?Tak ada waktu baginya untuk bertanya kenapa memilih dirinya untuk ditugaskan ke sana? Atau bagaimana peristiwa itu sampai bisa terjadi.
"Siap Letnan!" Hanya itu jawaban yang bisa keluar dari bibir Nadine. Meski dalam hati menggerutu harus kembali lagi ke sana.