Nadine menatap Calvin semakin lekat. Dia menatap manik mata cokelat di depannya yang nampak gemetar. Ia sendiri menyangka sama sekali dengan ucapan Calvin. Sungguh, ia tak mengira sama sekali kata cinta itu bisa menerobos keluar dari bibir Calvin. Terdengar tarikan napas panjang dari Nadine. Dia bahkan memejamkan mata untuk sepersekian detik sebelum bicara lagi. "Calvin ... aku berterima kasih selama ini kamu selalu ada di dekatku dan membantuku kapan saja aku butuh. Tapi sekali lagi aku jelaskan padamu dari dulu kamu adalah saudaraku. Sekarang pun kamu masih saudaraku dan kedepannya kamu pun tetap menjadi saudaraku. Maaf, aku tidak bisa menganggapmu lebih dari itu." Nadine menggenggam tangan Calvin. Tangan pria itu saat ini terasa dingin, seperti es. Calvin menarik napas dalam. Su