Part 11

1261 Words
Cassandra berlari menuju IGD rumah sakit dan bicara pada petugas jaga jika ia membawa orang yang terluka di IGD, petugas IGD The Royal Hospital segera membawa brankar menuju mobil yang dikemudikan Cassandra dan mengangkat tubuh Kavindra ke atas brankar, Kavindra sudah tidak sadarkan diri karena kehabisan banyak darah, wajahnya juga putih seperti kapas. Kavindra segera dibawa masuk dalam IGD dan ditangani dokter, sedangkan Cassandra dan pak Agung, asisten Kavindra menunggu di luar IGD. "Apakah pak Kavindra akan selamat mak Casssandra? wajahnya sudah seperti mayat," ucap pak Agung putus asa. "Ssstt... pak Agung jangan bilang begitu, kita berdoa saja supaya pak Kavindra baik baik saja," jawab Cassandra. "Tapi darahnya keluar banyak sekali mbak, saya takut." Cassandra menghela nafas panjang, dirinya juga sangsi apakah Kavindra akan selamat, ia lihat darah yang keluar sangat banyak dan mungkin saja ia kehabisan darah. "Case... ada apa sebenarnya?" Jenna sudah berada di depan IGD bersama Cassandra dan pak Agung, Cassandra menarik tangan Jenna sedikit menjauh dari pak Agung. "Itu pak Agung, asisten pak Kavindra. kamu ingat kejadian siang tadi di cafe? pak Kavindra ribut dengan dua pemuda lokal? mereka melakukan penusukan pada pak Kavindra dan sepertinya pak Kavindra kehilangan banyak darah Jen." "Astaga, kasihan sekali, lalu bagaimana?" Cassandra menggelengkan kepalanya, "Aku sangsi dia akan selamat, wajahnya tadi sudah putih seperti mayat Jen." "Astaga, kalau kehilangan banyak darah itu sangat berbahaya Case." "Aku tahu," oh ya ini sudah malam, lebih baik kamu pulang Jen." "Lalu kamu bagaimana?" "Aku akan menemani pak Agung disini, hotel tempat aku menginap juga sudah dekat, aku akan naik taksi. kamu kan ada jam malam dari om Albert, see sudah jam sebelas malam." "Tapi Case kamu bagaimana?" "Sudah tidak apa apa, mungkin aku akan disini, melihat apa yang terjadi pada pak Kavindra." "Baiklah, kalau kamu butuh sesuatu telepon aku, atau daddy juga mommy." "Iya pasti." "Oke, bye," Jenna kemudian berjalan meninggalkan Cassandra, Cassandra kemudian berbalik, ia melihat pak Agung sedang diajak bicara oleh dokter. Cassandra segera berjalan cepat menuju mereka. "Is he okey doctor?" tanya Cassandra. "I am sorry I have to say this, he Critical and need a lot of blood. But sadly the stock of the blood is run out." Cassandra dan pak Agung saling pandang, jika tidak ada darah bisa dipastikan Kavindra tidak akan selamat. "What the type of his blood?" tanya Cassandra. "A negatif, and he just can get accept blood A negatif and O negatif." "Great, I am A negatif, you can take my blood," ucap Cassandra. "Oke lets check your blood first, come with to the lab." Cassandra mengangguk kemudian mengikuti langkah dokter menuju laboratorium rumah sakit untuk mengecek golongan darahnya. Untungnya Kavindra tidak harus di operasi karena tusukannya tidak dalam walau mengeluarkan banyak darah. ~~~ ~~~ Cassandra berbaring di brankar ruang ICU bersebelahan dengan brankar dimana Kavindra berbaring, Darahnya langsung mengalir ke tubuh Kavindra karena akan lama jika Cassandra harus diambil darah dulu baru di transfusi ke Kavindra. Setelah selesai transfusi darah pada Kavindra, Cassandra kemudian keluar dari ICU. Di depan ICU masih ada pak Agung yang menunggu dengan cemas, Cassandra mersakan tubuhnya lemas, ia kemudian duduk di bangku yang ada di depan ICU. "Mbak Cassandra tidak apa apa?" tanya pak Agung. "Saya tidak apa apa pak Agung, hanya lemas saja." Seorang perawat mendekati Cassandra dan pak Agung, "please buy her sweet food so that she does not go limp," ucap perawat. Pak Agung mengangguk mengerti, ia kemudian berdiri dan pergi meninggalkan Cassandra. ia melirik sikunya yang di plester, tempat ia diambil darah untuk transfusi. Ia heran kenapa malah mengajukan diri sebagai donor untuk Kavindra, apa karena Kavindra pernah menolong dirinya dari Daniel hingga ia menganggap ia juga harus menolong Kavindra. Cassandra berharap Kavindra akan baik baik saja dan segera pulih, Cassandra menguap, ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua dinihari. Cassandra sangat mengantuk, ia sandarkan kepalanya dan tak menunggu lama ia tertidur. Cassandra membuka matanya saat ia merasa seseorang menggoyangkan tubuhnya, itu adalah pak Agung membawa paper bag berisi makanan. "Mbak Cassandra makan dulu ini biar tidak lemas," ucap pak Agung menyerahkan paperbag pada Cassandra. Cassandra menegakkan badannya dan menerima paperbag dari pak Agung, ia membukanya dan mengeluarkan roti coklat dari paperbag, roti itu masih hangat. "Terima kasih pak Agung," ucap Cassandra mulai memakan roti itu. "Saya yang seharusnya berterima kasih mbak, mbak Cassandra sudah menyelamatkan pak Kavindra dari bahaya." "Kebetulan saja golongan darah saya bisa memberikan transfusi ke pak Kavindra pak." Dokter keluar dari ICU dan mendekati Cassandra dan pak Agung, dokter mnegatakan jik Kavindra sudah melewati masa kritis dan akan dipindahkan ke ruang rawat. "Pak Agung tidak menghubungi keluarga pak Kavindra?" tanya Cassandra. "Tidak mbak, pak Kavindra tidak mau jika membuat kedua orangtuanya dan putrinya khawatir." "Istrinya?" "Mereka kan sudah lama berpisah mbak, sudah setahun lebih. Pak Kavindra tinggal bersama putrinya mbak, sedangkan kedua orangtua pak Kavindra tinggal di rumah mereka di pinggiran Jakarta," jawab pak Agung. "Ohh.." "Karena pak Kavindra sudah wanti wanti, makanya saya tidak menghubungi keluarga pak Kavindra." "Jadi saat seperti ini, anak pak Kavindra sendiri di rumah?" "Iya mbak, hanya sama pembantu saja." Ruang ICU terbuka, dua perawat mendoring brankar dimana tubuh Kavindra terbaring lemah dengan perut di balut, jarum infus di tangan kirinya dan selang oksigen di hidungnya. Cassandra dan pak Agung berdiri dan mengikuti kemana perawat mendorong brankar tersebut. "Mbak Cassandra sudah tida lemas? sebaiknya mbak kembali ke hotel saja." "Tidak apa apa pak saya disini saja, sudah kepalang tanggung," ucap Cassandra melangkah bersama pak Agung. Kavindra di tempatkan di ruang VVIP rumah sakit Royal Melbourne, mata Kavindra terpejam tapi wajahnya sudah tidak sepucat saat masuk IGD tadi. "Mbak Cassandra istirahat saja di tempat tidur khusus untuk penunggu pasien itu, biar saya yang menjaga pak Kavindra," ucap pak Agung. "Pak Agung serius? pak Agung kan juga butuh istirahat." "Tapi mbak Cassandra lebih membutuhkan tidur dari pada saya, mbak kan habis donor darah pada pak Kavindra." "Baiklah, kalau begitu saya istirahat ya pak, saya mengantuk sekali." "Iya mbak." Cassandra kemudian berjalan menuju tempat tidur khusus penunggu pasien dan membaringkan diri disana, tak menunggu lama ia pun tertidur. ~~~ ~~~ Pak Agung berdiri di depan jendela ruang rawat Kavindra yang ada lantai 5 rumah sakit Royal Melbourne, ia mengeluarkan ponselnya, hari sudah pagi dan matahari juga sudah cukup tinggi. Pak Agung mendengar bunyi ponsel Cassandra yang terus berdering tapi mungkin karena donor darah kemarin membuat Cassandra kelelahan. Pak Agung menghubungi kepala divisi dan mengatakan beberapa hari ini pak Kavindra kembali ke Jakarta karena ada urusan, dan akan kembali beberapa hari ke depan. Pak Agung menatap Cassandra yang meringkuk dan masih tertidur di ranjang khusus penunggu pasien, pasti telepon Cassandra berdering adalah dari kepala divisinya yang mencarinya karena ini sudah jam sembilan pagi dan seharusnya Cassandra sudah ada di Melbourne Grand Textile untuk magang. Pak Agung mengambil ponsel Cassandra dalam tasnya dan mencoba menghubungi kepala divisinya, bu Alia. Pak Agung terpaksa menyamar sebagai uncle Cassandra dan mengatakan jika Cassandra terjatuh saat menginap di rumah unclenya weekend kemarin, dan Cassandra harus istirahat beberapa hari. Pak Agung berharap bu Alia mengerti keadaan Cassandra, pak Agung tak ingin nama Cassandra jelek karena absen dalam magang tanpa alasan. Pak Agung kemudian mengembalikan ponsel Cassandra dalam slingbag Cassandra. "Gung..." Pak Agung berbalik dan tersenyum lega karena Kavindra sudah sadar. "Pak Kavindra, syukurlah bapak sudah sadar, bapak selamat. Saya sangat khawatir," ucap pak Agung. "Aku kenapa Gung?" "Bapak lupa?" Kavindra menerawang mengingat apa yang terjadi dan ingat jika ia menjadi korban penusukan, ia raba perutnya yang sudah di perban. "Aku pikir aku tidak akan selamat Gung." Pak Agung menoleh pada Cassandra yang masih tertidur lelap, Kavindra kemudian mengikuti arah pandangan pak Agung. "Itu siapa?" Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD