Part 12

1318 Words
Pak Agung menoleh pada Cassandra yang masih tertidur lelap, Kavindra kemudian mengikuti arah pandangan pak Agung. "Itu siapa?" "Pak Kavindra jangan banyak berpikir dulu, bapak baru mengalami masa kritis, untung saja bapak sudah baik baik saja sekarang." "Iya Gung, setengah sadar aku bisa melihat darahku banyak menggenang di mobil yang kita sewa. Aku sudah membayangkan tidak akan selamat saat kehilangan darah sebanyak itu," ucap Kavindra dengan suara lemah. "Untungnya waktu itu ada mbak Cassandra pak." "Cassandra? pegawai Semesta Alterio Textile? asisten bu Alia?" "Benar pak, bapak kenal mbak Cassandra?" "Tentu saja aku mengenalnya Gung, lalu bagaimana bisa dia tidur disini?" "Waktu Bapak tertusuk saya bingung pak, saya tidak tahu dimana rumah sakit terdekat, saya tidak bisa berpikir apa apa. Setiap mobil yang coba saya hentikan untuk minta tolong tidaka da yang mau berhenti, dan kemudian ada mobil lewat yang mau berhentui yang ternyata mbak Cassandra dan temannya. Saya minta tolong mbak Cassandra membawa ke rumah sakit apalagi pak Kavindra sudah banyak kehilangan darah, untungnya teman mbak Cassandra adalah gadis setempat jadi tahu rumah sakit terdekat. Mbak Cassandra mengemudikan mobil rental sedangkan temannya mengikuti di belakang." "Berarti aku hutang budi pada Cassandra." "Saat pak Kavindra ditangani bapak harus transfusi darah dan stok darah A negatif bapak tidak tersedia, padahal bapak membutuhkannya segera." "Apa? lalu?" "Kebetulan sekali golongan darah mbak Cassandra juga A negatif sehingga dengan cepat bapak bisa mendapatkan transfusi darah, saya tidak tahu kalau tidak ada mbak Cassandra bagaimana nasib bapak." "Dia mendonorkan darah buat aku?" "Benar pak, hingga tubuhnya lemas, perawat meminta saya membelikan makanan manis agar tenaganya pulih, setelah itu pak Kavindra dipindahkan kesini, saya meminta mbak Cassandra kembali ke hotel tapi dia bilang sudah terlanjur disini jadi saya minta dia tidur disitu." Kavindra melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh siang waktu setempat. "Bagaimana dengan Melbourne Grand Textile, sudah kamu beri kabar?" "Sudah pak, saya sudah menghubungi kordinator perusahaan kita juga dari MGT sendiri, saya tidak bilang bapak di rumah sakit tapi sedang kembali ke Jakarta karena ada urusan penting, sedangkan saya juga sudah menghubungi bu Alia jika mbak Cassandra sedang ada di rumah unclenya karena jatuh dan terkilir. Hanya itu alasan yang bisa saya temukan untuk mbak Cassandra agar tidak dianggap lalai dalam magang." "Bagus Gung, alasan yang bisa diterima," Kavindra kembali memandang Cassandra yang masih meringkuk tidur dengan nyenyak. "Biarkan dia istirahat Gung." "Baik pak." Pintu rawat terbuka dan menampakkan perawat dan dokter visit, dokter memeriksa keadaan Kavindra dan mengatakan Kavindra harus dirawat beberapa hari untuk memulihkan kondisinya, dokter juga memeriksa jahitan di perut Kavindra. Setelah selesai dokter dan perawat keluar dari ruang rawat Kavindra, tak lama pintu terbuka kembali, petugas lain datang membawa makanan untuk Kavindra, karena Kavindra baru bangun jadi ia melewatkan sarapan, dan kini waktunya makan siang. ~~~ ~~~ Cassandra membuka matanya, ia kemudian menyadari ada dimana ia tidur dan ia segera terduduk. Cassandra mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan melihat pak Agung sedang meringkuk di sofa ruang rawat VVIP tersebut, Cassandra mengalihkan padangannya kepada brankar dimana Kavindra berada. Cassandra melihat Kavindra memejamkan mata, Cassandra berpikir Kavindra belum sadar sejak dipindahkan ke ruang rawat. Ia turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk cuci muka, tidak mungkin ia mandi karena ia tidak membawa baju ganti. Cassandra keluar dari kamar mandi dan terkejut karena melihat Kavindra sudah bangun, lebih terkejut lagi saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul dua siang. "Astaga... aku tidur lama sekali," gumam Cassandra, dengan ragu ia mendekati brankar dimana Kavindra berbaring. "Pak Kavindra sudah sadar?" tanya Cassandra, sebenarnya ia kikuk tapi ia harus bertanya. "Iya, keadaaanku juga sudah lebih baik, terima kasih sudah mendonorkan darah kamu buat aku Cassandra," ucap Kavindra. "Sama sama pak." "Aku berhutang nyawa pada kamu." "Tidak seperti itu pak, kalau bukan saya, pasti ada orang lain yang medonorkan darah pada pak Kavindra. Bapak juga pernah menolong saya kan waktu itu, jadi anggap saja impas," jawab Cassandra. "Tentu itu beda." "Mbak Cassandra mau kembali ke hotel?" tanya pak Agung yang ternyata sudah bangun an berdiri tak jauh dari Cassandra. "Iya pak, tapi... saya bingung harus mengatakan apa pada bu Alia." "Tenang saja, saya sudah membuat alasan untuk mbak Cassandra pada bu Alea, mbak Cassandra kakinya terkilir dan tinggal di rumah uncle mbak Cassandra. Tidak apa apa kan saya memakai alasan itu?" "Oh... baiklah, berarti saya izin tidak masuk tiga hari begitu pak Agung?" "Benar mbak." "Baiklah kalau begitu, saya permisi pak Agung, pak Kavindra," pamit Cassandra dan berbalik menuju pintu keluar. "Mbak Cassandra..." panggil pak Agung, ia berjalan mendekati Cassandra yang menghentikan langkahnya. "Kenapa pak Agung?" "Tolong keadaan pak Kavindra jangan bicarakan dengan siapapun juga, karena saya sudah mengatakan pada kordinator perusahaan kita jika beliau kembali ke Jakarta karena ada urusan penting." Cassandra mengangguk mengerti, "baiklah pak." Oooo---oooO "Cas, kaki kamu sudah baik baik saja?" tanya Nathalie pada Cassandra saat mereka masuk dalam lobby Melbourne Grand textile. "Iya, sudah sembuh," jawab Cassandra. "Maaf ya kita kita tidak jenguk, habis tidak enak keluar keluar di hari kerja, katanya kamu di rumah uncle kamu?" "Iya, santai saja Nath." "Aku senang ini hari terakhir kita magang, dan tiga hari ke depan kita free, kamu mau jalan jalan kemana?" tanya Nathalie. "Sepertinya aku mau istirahat saja di hotel Nath, pemulihan kakiku," jawab Cassandra, walau kakinya tidak apa apa tapi tetap saja ia harus berbohong kakinya sakit. "Cas... kaki kamu bagaimana?" tanya bu Alia yang sudah berjalan di sebelah Cassandra. "Sudah lebih baik bu Alia, maafkan saya karena sudah absen beberapa hari." "Itu kan musibah, pihak MGT bisa memahaminya, dan pasti pak Kavindra juga," jawab Cassandra. Ucapan bu Alia mengingatkan Cassandra pada sosok yang mungkin saat ini masih terbaring di rumah sakit dan dia belum datang lagi setelah ia pulang waktu itu, tentu saja akan terasa aneh jika dia tiba tiba datang lagi ke rumah sakit dan menjenguk Kavindra. Cassandra sebenarnya ingin tahu keadaan bosnya itu tapi ia takut Kavindra salah paham dengan kedatangannya, ia takut jika ia dianggap mau mencari nama di depan bosnya itu hingga ia ragu akan datang ke rumah sakit. "Saya tidak melihat pak Kavindra bu?" tanya Cassandra basa basi walau ia tahu dimana Kavindra sebenarnya. "Iya, beliau sudah kembali ke Jakarta dulu adan urusan penting katanya." "Oh begitu." Cassandra dan tim kemudian masuk ke tempat tugas masing masing, hari ini pekerjaan mereka setengah hari karena sekaligus acara perpisahan. Magang mereka selesai hari ini, dan berpisah dengan tim dari MGT. Cassandra senang walau tidak full magang tapi ia sudah mengerti bagian bagian penting apa dalam sebuah perusahaan garmen, jika suatu saat ia akan mendirikan perusahaan sendiri, ia sudah tahu apa yang menjadi prioritas. ~~~ ~~~ Cassandra berjalan perlahan di lorong rumah sakit, entah kenapa ia bersikeras menjenguk Kavindra di rumah sakit. Cassandra ingin tahu keadaan bosnya itu walau sepertinya kurang pantas bawahan sepertinya menjenguk pemilik sekaligus pimpinan perusahaan, Cassandra sampai di depan pintu ruang rawat Kavindra. Ia diam berdiri di depan pintu, Cassandra membawa buah buahan sebagai buah tangan. Cassandra masih diam ditempatnya ragu untuk mengetuk pintu kamar rawat inap, ia akan berbalik saat pintu ruang rawat terbuka menampakkan pak Agung di hadapannya. "Mbak Cassandra? kebetulan sekali mbak datang." "Memangnya kenapa pak?" "Saya akan mengurus kepulangan pak Kavindra, bisa tolong jaga pak Kavindra sebentar mbak?" "Oh... iya bisa pak." "Baiklah terima kasih," ucap pak agung kemudian keluar dari ruang rawat dan berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju lift. Cassandra kemudian masuk ke dalam ruang rawat Kavindra, ia melihat seorang perawat sedang melepas infus ditangan kiri Kavindra. Kavindra memandang Cassandra sejenak ia tersenyum pada gadis itu. "Cassandra..." "Selamat sore pak Kavindra." "Selamat sore." Cassandra mendekati brankar dan meletakkan keranjang buah yang ia bawa disana. "Pak Kavindra sudah boleh pulang?" tanya Cassandra. "Iya sudah, tapi masih harus istirahat dan tidak boleh melakukan apapun dulu." Cassandra mengangguk mengerti. "Oke, done," ucap perawat yang melepas jarum infus di tangan Kavindra. "Thank you," jawab Kavindra. "Your welcome, it is such a coincidence, you must to eat much fruit. Thanks God you bring the fruit," ucap perawat menoleh pada cassandra. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD