Suasana masih menegangkan. Atha menatap kedua mata Dave dari dekat. Saat itu jantungnya berdetak dengan begitu cepat. Ia tertegun memandangi Dave yang juga tak berkedip menatapnya.
"Nona Athanasia, maukah kamu membantuku?" Dave mengulang pertanyaan itu lagi, Atha tidak tahu apa yang di maksud dengan membantunya itu. "Membantu apa?" tanya Atha masih dengan jantung yang berdebar-debar.
Saat keduanya masih saling menatap, tiba-tiba mereka di kejutkan dengan suara ketukan pintu. Atha terkesiap, begitu juga dengan Dave. Mereka berdua kembali ke posisi mereka dengan suasana canggung.
"Maaf, aku buka pintu dulu ya," ucap Atha.
Dave mempersilahkan Atha, ia pun kembali duduk di kursinya semula. Atha melangkahkan kaki menuju pintu ruangan kerjanya. Siapa yang datang, bukannya jadwal konsultasi klien pertamanya belum selesai. Kenapa sudah ada klien baru lagi, batin Atha heran.
Saat ia memutar gagang pintu. Ia pun di kejutkan dengan sosok pria yang berdiri di hadapannya. "William?" Atha benar-benar terkejut, ia bergerak mundur sedikit demi sedikit, "mau apa kamu kesini? Silahkan pergi sekarang juga!"
William maju beberapa langkah, mencoba meraih tangan Atha, tapi gadis itu menolak, ia menjauh dan tidak mau berdekatan dengan William. "Atha, maafin aku, sumpah ini semua hanya kecelakaan. Aku terpaksa menikahi dia, karena aku di jebak!"
Atha menutup telinganya, ia tidak mau mendengar apapun alasan William. Sebab semua itu tidak akan mengubah keadaan seperti semula, hatinya sudah terlanjur kecewa dengan William.
Atha terus mundur, sementara William masih berusaha mendekat. Sampai akhirnya Atha tidak sengaja menyentuh kursi yang saat ini di duduki oleh Dave yang sedang fokus dengan ponselnya. Mendadak Dave langsung reflek menahan tubuh Atha, dan keduanya pun sama-sama terkejut. William juga ikut terkejut karena melihat pria di hadapannya sedang menyentuh gadis yang ia cintai.
"Lepaskan dia! Siapa anda!" William menatap tajam ke arah Dave. Atha tersadar dan segera memperbaiki posisinya. "Pergi kamu! Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu tuh nggak usah cari-cari aku lagi, semuanya udah selesai, Wil." tekan Atha pada mantan kekasihnya itu.
Tentu saja, Dave tidak paham apa yang sedang terjadi saat ini. Tapi melihat raut wajah Atha, Dave sepertinya tahu, kalau Atha tidak ingin pria itu berada di sini. Dave bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Ia pun akhirnya memilih untuk keluar dari ruangan. Tapi ia terkejut dan membulatkan matanya, saat Atha menahan dirinya, menyentuh telapak tangannya bahkan menggenggamnya, "jangan pergi, kumohon...," Lirih Atha, Dave masih memperhatikan tangan Atha yang sedang menggenggam tangannya.
"Atha, siapa dia? Dia bukan pacar kamu kan?" tanya William dengan tatapan tidak suka.
Atha menahan agar air matanya tidak tumpah. Sejujurnya ia tidak sudi menumpahkan air matanya lagi untuk pria seperti William.
"Bukan urusan kamu! Aku kan udah bilang kalau aku dan kamu nggak ada hubungan apa-apa lagi! Urus aja istri kamu yang sedang hamil. Kasihan dia kalau tau suaminya malah ngurusin gadis lain. Aku juga nggak pernah mau kok melihat wajahmu lagi, Wil." tegas Atha, hal itu benar-benar menyakitkan untuk William. Padahal ia datang bermaksud menjelaskan semua permasalahan yang menimpa dirinya. Tapi, Atha bahkan tidak mau mendengarkan penjelasannya.
"Atha, tolong dengerin aku!" William meraih paksa tangan Atha, hingga Dave tiba-tiba merasa tidak senang melihat pemandangan itu.
"Lepaskan dia!" Pinta Dave dengan santai, tapi William tidak peduli, ia masih terus mencengkeram tangan Atha.
"Lepasin, Wil! Sakit tau nggak!" Atha memberontak, berusaha melepaskan cengkeraman itu.
"Dengerin dulu penjelasanku, tolong Atha, jangan gini, percaya sama aku," William terus memohon, malah membuat Atha bertambah muak.
"Lepasin William, aku jijik sama kamu!" Atha berteriak, dan akhirnya Dave pun ikut terpancing. Ia melepas paksa genggaman tangan William lalu meraih tangan Atha, menariknya ke belakang tubuhnya. "Pergi sekarang, atau saya panggil petugas keamanan untuk seret anda keluar!" Tekan Dave.
"Siapa anda? Kenapa ikut campur urusanku dengan Atha? Kekasih juga pasti bukan, anda hanya klien Atha, kan?" Sahut William dengan rahangnya yang mulai mengeras, terlihat urat di keningnya yang muncul menandakan emosinya yang meluap.
"Pergi kamu, Wil. Jangan pernah muncul lagi, dia adalah kekasihku, Dave. Tolong kamu jauhi aku!" Atha terpaksa berbohong demi membuat William menyerah.
Tentu saja, Dave ikut kaget. "Kekasih?" ucap Dave mengulang kembali perkataan Athanasia.
Gadis itu mengedipkan sebelah matanya, berharap Dave mau membantunya bekerja sama. Dave akhirnya mengerti maksud Atha, ia pun tidak tahu harus membantu gadis gila di sebelahnya atau tidak, tapi ini semua sudah kepalang basah. Sekalian saja, batinnya.
"Anda sebaiknya pergi, dia adalah calon istriku, jadi tolong jangan mengganggunya lagi. Atau anda akan berurusan dengan saya." Dave menatap penuh penekanan kepada William.
Atha menutup mulutnya, calon istri? Apa dia sudah gila? Kenapa aktingnya berlebihan sekali, batin Atha.
Sedangkan William langsung pucat. "Dasar pendusta! Beraninya anda mengaku-ngaku bahwa Atha calon istri anda!"
Atha pun terpaksa memperlihatkan lagi akting terbaiknya. Ia memeluk Dave, bahkan mencium pipi Dave, hingga pria itu pun memerah, 'gadis gila! Dia memang tidak waras!' Dave terus menatap Atha yang berakting seolah ia benar kakasihnya.
"Kamu udah lihat kan! Mana mungkin aku mencium klienku, dia itu calon suamiku, tolong kamu pergi, sebelum aku panggil security!"
William tidak dapat berkata-kata lagi, hancur sudah harapannya untuk dapat kembali kepada Athanasia. Nyatanya, gadis yang ia cintai juga sudah meninggalkannya. Padahal ia ingin menjelaskan semuanya kepada Atha, kenapa ia bisa menikahi Emily, wanita yang terpaksa ia nikahi. Pada akhirnya William pun pergi meninggalkan Atha dengan perasaan luka.
"Astaga Tuhan...., Kenapa dia harus datang lagi sih!" Atha terduduk sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Ia sudah menahannya sejak tadi. Ia tidak mau terlihat menangis di hadapan William. Sementara ia lupa bahwa pria yang dia aku-akui sebagai calon suaminya, masih ada di hadapannya.
"Jadi, dia adalah mantan kekasihmu, bukan begitu, Nona?" Dave dengan santai duduk kembali ke kursinya, dan Atha pun perlahan mengangkat wajahnya, "ya ampun, aku sampai lupa, maafkan aku Tuan Dave, aku sangat lancang, aku sudah mencium mu tanpa izin, tolong maafkan aku," Atha merunduk berusaha meminta maaf kepada Dave. Sedangkan Dave malah merasa lucu melihat tingkah Atha.
"Kamu memang keterlaluan. Aku rugi karena kamu mencium ku tanpa izin, tidak tahukah kalau di luar sana banyak wanita yang bahkan berusaha kerasa untuk bisa mendapatkan hal itu dariku, dapat mengecup pipiku seperti yang tadi kamu lakukan, sementara kamu dengan tanpa permisi melakukannya, ah... Jadi aku rugi berapa banyak ya?"
Atha hanya tertunduk sambil terus mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia bisa senekat itu, mencium orang tanpa permisi.
"Maafkan aku Tuan Dave, tolong maafkan aku, jadi apa yang dapat aku lakukan agar dapat membayar kerugian mu itu?"
Dave semakin tertarik, dalam hatinya bersorak girang, ternyata Atha mudah sekali di bodohi. Kasihan sekali, pantas saja dia sampai di bodohi mantan pacarnya sendiri. Batin Dave.
"Baiklah, karena aku sedang berbaik hati hari ini. Aku akan berikan kamu kesempatan untuk dapat membayar semua kerugian ku."
Atha memasang raut pasrah, ini semua memang salahnya. Di satu sisi ia sedang kesal dengan William yang mengacaukan segalanya. Di sisi lain, ia juga begitu bodoh karena harus terlibat masalah dengan kliennya sendiri.
"Katakan saja, bagaimana caranya, apa kamu inginkan uang? Sebut saja berapa," tutur Atha.
Dave tertawa mendengarnya, "tapi aku tidak butuh uang. Kemarilah, mendekat sedikit. Aku akan mengatakan apa yang bisa kamu lakukan untuk dapat membayar semua kerugianku."
Atha mengernyitkan kening, "apa?"
Dave mengangguk, "kemarilah mendekat sedikit," ulangnya.
Atha pun terpaksa mengikuti keinginan Dave, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Dave. Pria itu mendekati telinganya lalu berbisik.
"Jadilah kekasihku,"
Saat itu juga Atha membulatkan matanya kaget, sambil mencerna lagi kata-kata Dave barusan.
"Apa?"
________________________
Jangan lupa kasih like dan komentarnya ya... Makasih.