Lidia masih berada di pangkuan Roby. Tubuh mungilnya terhimpit erat di antara d**a bidang pria itu dan lingkaran lengan kokoh yang seakan tak ingin melepaskannya. Hangat tubuh Roby menjalar melalui kain tipis jubah tidurnya, membuat kulitnya bergetar lembut. Jantungnya berdegup begitu keras hingga ia khawatir Roby bisa mendengarnya dengan jelas. Ruangan kerja itu hening. Hanya terdengar suara jarum jam dinding yang berputar pelan, sesekali disusul desau angin dari celah jendela yang sedikit terbuka. Namun di antara keduanya, hening itu terasa seperti sebuah dimensi lain—waktu seakan berhenti, dan mereka larut dalam keintiman yang rapuh. Roby tidak sedikit pun melonggarkan pelukannya. Justru semakin erat, seakan ada ketakutan yang tersembunyi dalam dirinya. Ketakutan kehilangan, atau mung