Pagi masihlah dingin, sedingin sikap Arga yang semakin menjadi. Hujan mengguyur deras seakan menahan orang-orang untuk beraktivitas. Pria itu kembali pada kebiasaannya, mengabaikan pakaian yang telah disiapkan Keyara. Ia pilih sendiri kemeja dan dasi yang ia suka. Bahkan, ia selalu menghindari kontak mata dengan istrinya. Kesabaran Keyara kembali diuji. Ia tahu, pernikahannya tak akan bisa diselamatkan dan ia pun memilih untuk berpisah. Ia tengah menguatkan hati. Sering pula merangkai kata dalam benak untuk mengutarakan kejujurannya pada Sang Mertua. Pernikahan yang terlihat sempurna di mata mertuanya ini nyatanya menorehkan banyak luka. Layaknya kain yang berlubang di banyak tempat, tak akan ada yang mampu menutup jika tak ada yang menambal. Bahkan jika hanya ada satu hati yang berjuang

