Aluna berdiri di depan pintu kamar tamu di mana Anggita beristirahat. Ia bimbang, ia ingin melihat keadaan wanita itu, tapi ia merasa ragu, merasa canggung. Sebelumnya Kaivan menyuruhnya menemui ibunya untuk menghiburnya. Aluna memejamkan mata sejenak sebelum memutuskan mengetuk pintu. Namun, sebelum ia melakukannya, pintu lebih dulu terbuka. Anggita tampak terkejut begitu juga Aluna. Namun, hanya sekilas. Anggita mengusap sisa dan jejak air mata. Ia lalu menarik tangan Aluna, membawanya pergi dari rumah. Aluna tak tahu ke mana ibu mertuanya itu akan membawanya. Tapi, ia seakan tak punya kuasa untuk menolak atau sekedar bertanya. “Kenapa kau tidak mengatakan sesuatu?” tanya Anggita saat ia baru saja duduk di depan kemudi setelah membuat Aluna duduk di sebelahnya. “Aku … tidak ta

