71

2190 Words

POV Astuti "Satri-aaaaaaa!" Seruku saat pintu berayun menutup. Bukan aku saja yang kaget dengan ulah anak lelakiku satu-satunya itu, tapi Pak Kepala sekolah juga. Matanya melebar tak percaya dan ia menghela napas panjang. Tangannya bergerak turun naik di dadanya sambil ia terus menghela napas, membuangnya, lalu menghela napas panjang lagi. "Sabar, sabar," kata Pak Bandi pada dirinya sendiri sambil menunduk, tangannya tak henti turun naik mengusap d**a. "Orang tua harus banyak sabar agar tidak darah tinggi dan cepat mati," katanya lagi. Ia menarik napas panjang dan memandangku. Sungguh membuatku malu karena ulah si tengil itu. "Anak ibu itu, luar biasa nakalnya," ucapnya sambil menggelengkan kepala, menatapku tak percaya. Sungguh aku pun tak menyangka, memiliki anak nakalnya ampun-ampun

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD