7

2721 Words
     Sore ini dengan malas Raffa menemani Nabilla ke supermarket untuk belanja bulanan karena papa nya sedang ke luar kota. Ia mendorong trolly dengan ogah-ogahan karena jam-jam ini adalah jam main ps nya dengan Jemi. "Ma masih lama?" Tanya Raffa ke sekian kali nya. "Dari tadi yang di tanya in itu mulu deh, bentar lagi sayang nggak ikhlas banget sih bantuin mama." Omel Nabilla. "Hmm, iya mah Raffa ikhlas kok." "Kalau ikhlas kok lemes gitu." Raffa menegak kan tubuh nya dan berjalan bersemangat. "Udah nggak lemes! Hehe." "Yaudah yuk ke kasir." Ucap Nabilla membuat Raffa semakin bersemangat. "Ma beng-beng nya udah kan?" Tanya Raffa. Bang-bang bagi Raffa adalah makanan pokok dan wajib di makan setiap hari, ia tidak akan bosan meski memakan nya berulang kali. "Udah yang ambil juga kamu sendiri tadi." Jawab Nabilla. Saat di kasir mata Raffa tak sengaja melihat Bella yang baru saja membayar dan akan keluar. "Ma aku tunggu di mobil ya." pamit nya pada Nabilla, setelah itu berlari menyusul Bella sebelum cewek itu semakin jauh. Ia berjalan di samping bela den memberikan senyum terbaik nya. Ia tidak akan menyerah sebelum Bella jatuh dalam pesona nya. "Hai Bellaa." Sapa nya dengan senyuman yang bisa bikin anak orang klepek-klepek kecuali Bella yang phobia dengan senyuman nya yang badai abis. "Lo tuh kayak sampah tau nggak! Ada di mana-mana." Ucap nya ketus. Ia sudah sangat enek melihat muka sok ganteng Raffa yang selalu saja ia temui di mana-mana. "What!! Sampah? Ganteng gini lo sama in sama sampah?" "Emang lo tuh sampah! Sampah masyarakat." Ucap Bella. "Sekarang aku rela kok kamu nyebut aku sampah, kan bentar lagi kamu nyebut nya sayang." Raffa menoel pipi putih Bella. Bella mengusap-usap pipi nya kasar. "Dasar nggak jelas jadi orang! Sana balik ke tong sampah." Setelah itu ia melanjut kan jalan nya lagi sebelum manusia setengah kadal ini menghadang nya. "Yaudah, see you Bella sampah." "Eh sayang." Ucap Raffa membetul kan omongan nya dan tertawa geli. Bella tidak peduli dengan ucapan Raffa, karena menurut nya Raffa itu roh penghanggu hidup nya. Raffa berjalan menuju mobil nya dengan senyum-senyum sendiri. Menurut nya Bella adalah objek yang harus ia takluk kan segera. Dan objek yang sangat menantang untuk di uji coba. "Fa kamu sehat kan? Nggak salah minum obat kan? Perlu mama anter kamu ke RSJ?" Nabilla yang baru saja datang menghampiri nya langsung mengecek kening Raffa. "Hah? Mama pikir anak ganteng mu ini gila?" Ucap Raffa tak terima. "Abisnya senyam-senyum sendiri, nih masukin ke bagasi." Nabilla menyerahkan 2 kantung besar berisi belanjaan nya tadi. Raffa mengambil 2 kantung tersebut dan segera memasukan nya ke bagasi. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobil nya dan duduk di kursi kemudi. "Mau mampir kemana dulu atau langsung pulang ma?" tanya Raffa. "Pulang deh Fa mama mau nyiapin bahan buat praktek bikin kue sama tante Risa nanti." Raffa melajukan mobilnya dengan kecepatan normal, tidak seperti biasa nya yang kadang seikit ugal-ugalan.      Sesampai nya di rumah Raffa membawa dua kantung tersebut ke dapur setelah itu ia langsung melesat menuju kamar Jemi dan Jessi. Ia menghampiriJemi tengah berkutat dengan tab nya di atas ranjang. "Jem yuk main, lo kan udah janji kalau hari ini gue menang lo mau traktir gue." Tagih Raffa pada Jemi yang masih bodo amat dengan kebradaan nya. "Gue lagi sibuk entar aja." Jawab nya tanpa mengalih kan pandangan nya dari layar tab nya. "Sok sibuk banget sih lo, cepetan gue lagi boring banget sumpah." "Kalau lo maksa nggak gue traktir." Ancam nya. "Eeq kuda lo! Btw adek emes gue mana tumben nggak neplokin lo?" Tanya Raffa yang tak melihat keberadaan Jessi. "Lagi kelur sama Daniel." Raffa langsung bangun dari rebahan nya di ranjang. "ADEK GUE KELUAR SAMA KUDA NIL TERUS LO BOLEHIN GITU AJA?!!" Teriak nya. "Kenapa? Masalah?" Jemi mendongak kan wajah nya menatap Raffa yang sedang terkejut. "Ya masalah banget, entar kalau Jessi gue kenapa-napa gimana coba? Lo sih kenapa nggak bilang gue dulu tadi." Omel Raffa. "Daniel orang nya baik gue percaya sama dia." Jawab Jemi. "Yaelah Jem lo jangan gampang percaya deh, dari nama nya aja udah keliatan playboy banget tuh entar kalau Jessi gue patah hati gimana?" Jemi sedikit menyungging kan senyum nya karena ucapan Raffa. "Playboy teriak playboy nih tutup muka lo pakek bantal!" Jemi melempari Raffa bantal dan terkekeh pelan. "Lo nggak mau adek perempuan lo sakit hati karena playboy terus apa kabar lo yang nyakitin perasaan semua perempuan? Harus nya sebelum lo mainin semua cewek-cewek lo, lo mikrin adek perempua lo di rumah." Kini giliran Raffa yang terkena  ceramah badar ala-ala ustad Jemi. Raffa bungkam mendengar ucapan Jemi, ia meresapi semua kata-kata nya yang begitu ngena di hati nya. Ia baru menyadari nya, sudah begitu banyak wanita yang ia sakiti begitu saja demi kesenangan semata tanpa memikir kan adik nya yang juga sama-sama perempuan, dan ia tidak mau adik nya mengalami patah hati hanya karena cowok b******k seperti diri nya. "Gimana masih mau jadi player? Gue harap lo cepet tobat hukum alam masih berlaku buat cowok player kayak lo." Ucap Jemi tajam, setajam silet di RCTI. Kalau Jemi bukan adik nya, mungkin bisa saja ia lempar ke dasar jurang saat ini juga. Jemi jarang sekali ngobrol, sekali ngobrol ucapan nya bisa menembus hati siapa saja. "Fix gue gak kuat lama-lama berduaan sama lo." Raffa langsung bangkit dari ranjang dan keluar dari kamar Jemi begitu saja. Ia tak akan bisa melawan kata-kata pedas yang biasa Jemi lontar kan pada nya. Ia membuka pintu kamar Ale yang berada di samping kamar nya. Di sana Ale tengah tiduran sambil mengobrol dengan teman yang sagat dekat dengan nya, saking dekat nya kemana-mana mereka barengan kecuali pas lagi B OL alias Buang Air Besar. "Eh ada Diana Diana kekasih ku bilang pada orang tua mu~" kepala Raffa menyumbul ke dalam sambil menyanyikan lagu yang biasa ia nyayikan saat ia bertemu dengan Diana. "Bosen kak lagu nya itu mulu, ganti dong." Protes Diana. "Kapan-kapan deh abang nyanyiin lagu Janji Suci buat neng Diana seorang." Ucap Raffa sambil mengedip kan sebelah mata nya. "Kak sono balik ke alam lo, gue mau ngobrol sama Diana." Usir Ale. "Oke gitu ya lo sekarang, awas sampek lo ngajak ngobrol gue." Ucap Raffa dengan nada sok ngambek. "Fix gue mogok ngobrol sama lo!" Ucap Raffa setelah itu menutup pintu Ale dan masuk ke kamar nya sendiri. Ia melepas jaket bomber yang ia pakai sedari tadi menyisakan kaus singlet hitam. Setelah itu ia merebahkan tubuh nya ke rajang empuk nya. Ia mengambil hp nya yang tergeletak begitu saja di ranjang dan membuka aplikasi chat nya. Banyak chat yang masuk dari gebetan nya namun hanya ia read saja. Akhir-akhir ini ia sudah malas menanggapi koleksi cabe nya dan lebih fokus mengejar Bella yang cuek nya minta ampun. Bella memang bukan tipe nya, ia juga tidak ada rasa dengan nya hanya saja ia merasa tertantang mendekati cewek satu itu dan ia harus bisa mendekati Bella bagaimana pun cara nya. Ia mengganti nama kontak Bella di hp nya yang awal nya Bellalapoo menjadi Bella Sampah karena ucapan Bella tadi yang menyebut nya sampah. Setelah selesai mengganti ia langsung mengirim pesan pada nya seperti hari-hari biasanya. Bella Sampah Sore Bella Udah tau! Hehe, Lagi apa Bel? Sibuk yang pasti! Jangan ganggu! Setelah membaca balasan pesan Bella yang terakhir Raffa tidak membalas nya, karena percuma saja ia membalas Bella tidak akan merespon yang ada ia malah di block oleh nya. Setelah itu ia mulai boring kembali, ia memutuskan untuk tidur saja menyiapkan energi untuk begadang nanti malam. •••     Raffa mulai mengerjapkan mata nya karena panggilan dari suara cempreng khas Chika dan Jessi yang bersatu. Ia menggaruk-garuk kepala nya dan memasang muka bantal nya, karena mata nya juga masih sangat berat. "Anak-anak gue masih ngantuk keluar sana." Usir nya sambil mendorong-dorong mereka untuk pergi. Chika mencebik kan mulut nya dan mencubit satu pipi Raffa. "Kak bangun jalan yukk ini kan satnight masa lo mau molor aja." "Aduhh sakit Ci." Raffa mengusap-usap pipi nya yang terasa panas karena cubitan Chika. "Makanya cepetan bangun kita jalan sekarang." Paksa Chika. "Nggak gue lagi males lo jalan aja sana sama Jessi." Ucap Raffa tanpa sadar karena mata nya yang sudah hampir terpejam kembali. "Beneran kita boleh jalan berdua??!!" Jawab mereka bersamaan karena saking syok nya Raffa memberi kan izin untuk mereka jalan berdua. "Hah apa?!" Raffa membuaka mata nya lebar-lebar setelah menyadari jawaban mereka. "Kita boleh jalan berdua?" Ucap mereka lagi. "Big no!! Malam ini satnight di rumah." Jawab Raffa tak terbantahkan. "Yahh yang ada bukan satnight tapi sadnight Ci." Ucap Jessi lemas. "Nggak asik lo, yaudah yuk Jes keluar aja." Setelah itu mereka keluar dari kamar Raffa. Raffa mengusap wajah nya dan masuk ke kamar mandi nya untuk mencuci muka nya. S aat ia keluar dari kamar mandi nya, betapa kaget nya dia menemukan Juna si bandel yang tengah memainkan piala dan medali yang berada di meja belajar nya. "Junedddd!!!!" Teriak nya murka dengan muka yang sudah merah padam karena Juna sudah menempati zona terlarang nya yaitu meja belajar yang berisi koleksi miniatur basket serta medali dan piala nya. "Kak Juna minta medali nya satu ya buat pamer ke temen-temen." Ucap nya dengan polos sambil mencoba satu persatu mendali hasil pertandingan basket Raffa. "Kak bagusan yang merah apa yang biru?" Tanya nya lagi dengan wajah polosnya, saking polos nya Raffa ingin menonjok nya sekarang. "Juned balikin sekarang!" Ucap Raffa sedikit membentak. Karena ia tidak ingin koleksi medali atau piala-pialanya rusak begitu saja karena tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. "Pelit banget sih kak, Juna cuma minta satu juga." Juna mencebikkan mulut nya dan melepas medali yang ada di leher nya dan meletak kan begitu saja. setelah itu berjalan berpindah ke atas ranjang Raffa mengambil ponsel Raffa yang tergeletak. Dengan kesal Raffa membenarkan letak miniatur serta medali dan piala-piala nya yang sudah berantakan di meja belajar nya karena ulah Juna. Raffa kembali di buat kesal karena Juna yang sudah mengacak-acak ranjang nya dan mengotak-atik handpone nya. "Juned lo di kasih makan apa sih sama om Jerry bandel banget!!" Raffa hanya bisa mengelus d**a menghadapi spesies sejenis Juna ini. Ia bersyukur adik-adik nya tak sebandel Juna yang nggak ketulungan. "Kak Fa Juna cuma mau minjem buat main zombie doang kok beneran nih lihat." Juna memperlihat kan layar handpone nya. "Yaudah sana-sana keluar dulu, gue mau beresin singgasana gue!" Juna langsung melompat turun dari ranjang dan berlari keluar kamar dan berteriak "Kak Juna pinjem hp nya yaa!" "Serah lo ned gak urus gue!" Jawab Raffa kesal sambil membereskan ranjang nya yang berantakan. Setelah kamar nya sudah rapi kembali, ia keluar kamar dan menyusul mereka yang sudah kumpul di ruang keluarga. Raffa langsung menghampiri Jerry yang tengah duduk santay di atas sofa sambil memangku Juna yang tengah memain kan game di handpone Raffa. "Om tante Risa nyidam apaan sih pas hamil si Juned!" Protes nya kesal. "Kenapa hmm?" Jawab nya. "Juned ngeselin!" Ucap nya kesal. Raffa duduk di sofa samping Jerry "Junad Juned nama nya Juna bukan Juned ." Ucap Jerry tak terima nama anak nya di ganti-ganti. "Pates di panggil Juned, Juna kebagusan entar sombong." Jerry menjitak kepala Raffa yang tengah duduk di samping nya. "Sakit om tega ah si om." "Makanya panggil yang bener!" "Insyaallah kalau nggak lupa." Jawab nya sambil tertawa kencang. Sedangkan Juna tidak terganggu sama sekali dengan perdebatan antara papa nya dengan Raffa. Ia masih fokus dengan game yang sedanh ia mainkan saat ini. "Btw kamu nggak satnight an gitu? Duhh nggak laku lagi ya?" Ejek Jerry. "Om kali yang udah nggak laku, Raffa mah masih laku keras di pasaran." Ucap nya sombong. "Om mah udah pensiun, kamu generasi om sebulan ini udah dapet berapa?" Tanya Jerry sambil terkikik geli. Raffa benar-benar cerminan nya dulu saat masih remaja. "Nggak ngitungin om, Raffa aja udah lupa siapa aja yang Raffa deketin." "Saking banyak nya?" Raffa mengangguk kan kepala nya. Jerry menepuk tangan nya bangga. "Nahh ini baru generasi emas om! Nggak ada yang kebawa perasaan kan?" "Ya nggak lah om, mereka-mereka itu bukan tipe Raffa sama sekali." Ucap nya remeh. Jerry mengacungkan 2 jempol nya pada Raffa karena bisa lebih mengalah kan nya. "Btw, krucil-krucil pada kemana om?" Tanya Raffa yang tak melihat wujud mereka. "Di kamar paling." "Mama? Tante Risa? Kemana?" Tanya nya lagi. "Buat kue di dapur." "Mumpung pada nggak ada Raffa mau keluar dulu ya om." Raffa terkekeh geli dan mengambil handpone nya dari tangan Juna. "Ihh kok di ambil sih kak!! Juna lagi maain." Rengek Juna. "Pinjem punya kak Jemi di kamar, gue mau keluar." Jawab Raffa santai setelah itu berjalan menuju kamar nya untuk berganti baju. •••      Kali ini Raffa dan teman-teman nya tengah berkumpul di kafe baru milik kakak Daffa yang baru saja di buka sehingga mereka menjadi pelanggan pertama dan mendapat bonus gratis makan malam ini. Sebelum nya Raffa sudah menjemput Yara terlebih dahulu untuk mendampingi nya malam ini. Kafe ini cukup nyaman untuk di buat tempat tongkrongan buat anak muda masa kini yang demen nya nongkrong di kafe dari pada di angkringan pinggir jalan. Mereka memilih untuk ke lantai 2 yang sengaja di buat seperti rooftop dengan lampu-lampu tumblr dan lain nya. Mereka memilih tempat ini agar bisa merokok dengan leluasa kecuali Raffa yang memandang rokok tanpa minat sedikit pun. Dulu ia pernah merokok namun ia berusaha menghenti kan kebiasaan buruk nya itu. Ia akan kembali menghisap rokok nya saat ia sedang frustasi atau banyak masalah untuk pelampiasan. Raffa merangkul bahu Yara yang tengah duduk di samping nya. Ia tampil cantik dengan dress berwarna hitam selutut nya. Semua teman nya pun malam ini semua membawa pasangan nya masing-masing kecuali Arga dengan Angga yang nampak anteng-anteng saja. "Ngga si ontong aja patner lo jomblo sekarang udah taken terus lo nya kapan?" Ejek Dastin. "Besok kalau nggak hujan." Jawab nya cuek  sambil menghisap rokok nya kembali. "Makanya kalau udah di kasih kepercayaan tuh jaga dengan baik bukan nya belok ke yang lain." Sindir Bima yang kali ini ikut kompor. "Nyata nya si mantan tetep di hati ya Ngga." Ucap Raffa sambil tertawa di ikuti teman-teman nya yang lain. "Nurutin gengsi nggak ada habis nya Ngga, kalau masih sayang ya deketin lagi perbaikin hubunga lo sama dia nggak diem-dieman kayak gini untung nggak di embat sama si Raffa duluan." Ucap Arga yang hari ini sedikit waras. Angga tidak menaggapi semua ucapan teman-teman nya. Ia berlaga acuh dan tidak peduli, namun ia meresapi semua ucapan teman-teman nya. Ia sendiri memang sering memberi pencerahan pada teman-teman nya agar tidak tersesat. Namun untuk masalah diri nya sendiri ia sangat payah. "Lo nggak pengen apa kayak kita gini rangkulin cewek masing-masing?" Ejek Dastin semakin menjadi. Angga hanya mendegus kesal menanggapi ejekan mereka, kali ini yang jadi bahan bullyan adalah diri nya. "Semerdeka kalian!" Hanya itu yang terucap dari bibir Angga setelah itu ia menyala kan rokok nya kembali karena yang tadi sudah habis. "Raf Ale kok nggak lo ajak sih!" Protes Arga. "Enak banget lo, ya samprin lah kerumah jemput nggak gentel banget sih lo." Jawab nya. "Yaudah gue jemput sekarang." "Jangan! Udah malem." Cegah Raffa. "Yaelah baru juga jam 8." Arga menghembus kan nafas berat nya. "Yuhuuu makanan dateng gaess!" Teriak Daffa sambil membawa nampan berisi makanan yang mereka pesan di ikuti pelayan yang lain. "Kok lo cocok nya jadi pelayan gini ya." Ejek Bima. "Duhh Ray, kalau gue jadi lo udah gue hempas jauh si Daffa." Arga pun ikut-ikutan mengompori Raya pacar Daffa. "Mau nya sih gitu Ga, entar kalau gue hempas nggak punya babu deh gue." Jawab Raya seenak nya. "Babu? Jadi lo nganggep gue babu? Oke fix gue terima aslakan kau bahagia." Ucap Daffa setlah selesai meletak kan makanan mereka di meja setelah itu kebali duduk di samping Raya. "Ontong, Arga entar kalian bayar, bonusan lo hangus karena ngatain gue!" "Baperan deh lo! Si Raya tadi juga ngatain lo." Ucap Arga tak terima. "Raya kan cewek gue." "Yaudah gue jadi cewek lo aja gimana?" Arga menaik turun kan alis nya. Daffa melampari jaket nya yang tersampir di pinggiran sofa. "Najong lo! Jangan-jangan kelamaan jones lo jadi belok? Buruan sono resmiin Ale-ale." "Aleyza blok bukan Ale-ale." kini giliran Raffa yang tak terima. "Aleyza susah enakan Ale-ale." Daffa tertawa kencang. Mereka semua baru pulang saat sudah pukul 10 malam. Raffa mengantar kan Yara terlebih dulu ke rumah nya, karena tadi ia yang menjemput nya. "Good Night Yara, Aku pulang dulu." "Night too Raf, hati-hati." Jawab Yara dengan senyum nya. "See you." Setelah itu Raffa melajukan mobil nya untuk pulang ke rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD