“Dell, can i kiss you?” Untuk sejenak, aku hanya bisa mengerjapkan mata. Aku beringsut mundur sampai punggungku mentok di pinggiran kaca. “Em, aku belum sikat gigi.” Aku mengunci bibirku rapat sampai membentuk garis lurus. “Memangnya harus?” Aku mengangguk beberapa kali sebagai jawaban. Selain karena aku belum sikat gigi, aku belum siap dapat serangan sepagi ini. “Enggak Papa.” Mas Razan mencondongkan badannya dan aku sudah tidak bisa mundur lagi. Untuk sejenak aku berpikir bagaimana cara menolak yang halus dan tidak membuat Mas Razan tersinggung. “Dell—“ Kalimat Mas Razan terputus ketika aku memeluknya dan kuletakkan daguku di pundak kirinya. Aku menarik napas panjang lalu berbisik. “Setelah mandi, janji. Aku juga udah kebelet pipis. Nanti nanggung. Enggak enak!” Aku memejamka