“Mas Razan bangun, yuk? Udah siang.” Aku menepuk pipi Mas Razan pelan, berkali-kali. Bukannya bangun, Mas Razan malah menarik selimut lagi. “Mas, aku bikin sambal ikan teri loh.” Aku berbisik di telinganya. “Iya?!” Aku tersenyum penuh kemenangan ketika mata Mas Razan langsung terbuka lebar. Dia bahkan menyibak selimutnya dan langsung bangun saat itu juga. “Hu’um, udah dari tadi.” “Tapi aku lemes jalan, Dell,” keluhnya sambil menyandarkan punggung ke kepala ranjang. “Mau aku bawain ke sini?” “Enggak, enggak usah. Aku yang turun, kita sarapan bareng.” Senyumku mengembang ketika Mas Razan turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Sementara Mas Razan di kamar mandi, aku merapikan tempat tidur dan mengganti sprey karena semalam Mas Razan berkeringat cukup banyak. Tidak ba