bab.2a

572 Words
"Di luar hujan, mau kemana?" Tanya Raka. "Aku mau cari makan kak." Jawab Ichel dengan jujur, karena dar siang dirinya belum makan hingga malam begini. "Sudah malam, cuaca hujan. Delivery saja, kalau tetap nekat keluar tidak usah balik kesini lagi." Perintah Raka pada Ichel yang ia lihat telah menjauh dari pintu keluar. Tak sadar Raka tersenyum ketika melihat kepolosan ichel. "Saya tunggu diruang tamu, dengan makanan pastinya." Ujar Raka meninggalkan ichel. Setelah memesan menu pizza dan beberapa cemilan lain nya, ichel menghampiri Raka yang tengah asik menonton TV dengan piyama tidurnya. Menambah ketampanan seorang Raka, ketika pria itu menunjukan kepolosan nya. "Masih tetap mau memandang saya berapa lama lagi?" Tanya Raka menyindir ichel. Ichel segera mendekat pada Raka tak segan pula duduk disebelah pria itu. "Kamu bahkan mengences ya hanya dengan melihat saya, apa saya begitu tampan?" Ledek Raka untuk pertama kalinya setelah ia mengidap amnesia. Ichel menggeleng tanda tidak setuju. "Apa kalau dirumah aku bisa manggil kakak dengan sebutan kakak, juga kak Raka yang lebih santai dengan panggilan aku-kamu misalnya?" Tanya ichel lebih seperti meminta, karena menurutnya kurang nyaman saja kalau dirumah masih memanggil satu sama lain dengan sebutan bapak ataupun saya. Ting nong! "Sepertinya paketnya datang, kamu bisa ambil." Perintah Raka. "Temani saya untuk menonton film ini." Ujar Raka yang masih dengan bahasa yang formal. "Aku mau kamu." Ichel terkejut mendengar permintaan Raka. "Bisa diulang pak?" Tanya ichel untuk memastikan lagi. "Aku mau makanan punya kamu, ichel. Dan satu lagi, jangan panggil aku bapak." Ujar Raka tanpa menoleh pada Ichel. Akhirnya ichel bisa tersenyum kembali, mendengar Raka yang sepertinya mulai mau membuka hati untuknya lagi. "Ekhhm..." Raka menetralkan suaranya ketika melihat adegan berciuman yang begitu ganas dilayar TV. Begitu pun ichel yang mulai gelisah ketika adegan nya mencapai ranjang. Suara gemuruh hujan mengingatkan Raka akan ciuman nya dengan seorang wanita malam itu. Tapi dengan siapa? Raka menoleh pada ichel. "Apa kamu pernah berciuman?" Tanya Raka tanpa rasa malu. Ichel terkejut mendengar penuturan Raka yang tanpa basi-basi langsung keluar dari mulut pria itu. "Sejak kapan kak Raka jadi m***m?" Tanya ichel kelepasan. "Apa?" "m***m?"  Tanya Raka memastikan lagi bahwa sebelum nya ichel memang telah mengatakan dirinya seorang m***m. Ichel menutup mulutnya, ia sadar bahwa ia telah salah bicara. "Bu-bukan begitu maksudnya kak." Ujar ichel sembari menggelengkan kepalanya. "Naik keatas pangkuan ku." Perintah Raka pada ichel. Ichel menggeleng panik.  "Maaf kak. Aku gak sengaja bil-" Raka menajamkan matanya. "Naik sebelum aku menghukum mu lebih berat lagi." Perintah Raka lagi dengan pandangan yang belum pernah ichel lihat sebelumnya. Dengan perlahan ichel menaiki paha Raka, sebari memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa. Setelah menaiki paha milik Raka, tak sadar mereka sudah saling bertatapan. "Jawab pertanyaan ku, apa kamu sudah pernah ciuman?" Tanya Raka dengan tenang kali ini. Ichel menelan salivanya sendiri menahan gugup, pertama kali baginya ada seorang pria yang sukses membuatnya merasa diintimidasi. "Ya, sudah." Jawab ragu-ragu. Ada sedikit rasa kesal dihati Raka yang timbul ketika mendengar pengakuan wanita dihadapan nya. JRDARRR! Geluduk beserta suara gemuruh hujan yang semakin kencang terdengar, sampai listrik pun padam. "Mati lampu." Lirih ichel yang tak sadar telah memeluk Raka dengan tangan nya melingkar di leher milik Raka. Bukan nya marah atau protes, Raka lebih memilih untuk melanjutkan pertanyaan yang sempat tertunda. "Katakan dengan siapa?" Ichel bingung dengan pertanyaan Raka, kali ini tentang apa? "Tentang?" Tanya ichel perlahan, tak mau membuat Raka emosi dan mengatainya wanita bodoh lagi. "Berciuman. Dengan siapa kamu pernah berciuman?" Tanya Raka mengulangnya kembali. "Hmm... dengan.. dengan kak Raka, malam itu." Jawab ichel jujur dengan muka yang memerah, untung saklar lampunya sedang mati. Raka tersenyum dibuatnya, telapak tangan nya meraih pipi ichel dalam kegelapan. Dibantu dingin nya malam, Raka menarik pipi ichel mesra. Membawa bibir wanita itu kedalam mulutnya untuk kedua kalinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD