"Jangan aneh-aneh dong mah, Raka kan sibuk bekerja. Kenapa harus bawa tiara ke tempat bermain?" Protes Raka pada sang mama yang menyuruhnya membawa tiara, saudara kecilnya.
Tiara masih anak umur enam tahun yang harus dijaga nya dua puluh empat jam saat nanti berada di area bermain. "Kan ada ichel, minta saja dia temani kamu bersama tiara." Ucap sang mama setelah itu menutup telpon nya.
Raka menatap ichel yang saat ini, dihadapan nya sedang sibuk mengurus tiara si kecil. Anak kecil itu benar-benar nakal tapi bersama ichel dia begitu diam dan sukses menjadi anak yang penurut. "Tiara, ayo siap-siap, kita akan ketempat hiburan." Ucap Raka setelah itu melirik Ichel yang berada disamping anak kecil itu.
"Kamu ikut juga Ichel, saya tidak mungkin menjaganya sendirian." Ucap Raka pada wanita cantik dihadapan nya.
"Oke om!" Ujar tiara dengan semangat yang membara, sedangkan ichel hanya mengangguk mengiyakan perintah Raka.
"Jangan lupa pindahkan jadwal hari ini, dan atur ke hari yang lain." Ujar Raka mengingatkan Ichel.
Sesampainya diarea bermain yang mirip seperti pasar malam, tapi ini versi indah lebih indah nya.
Tiara tak tahan ingin bermain dan terus merengek kepada Raka untuk membantu nya naik keatas kudanya. Sedangkan ichel sangat menikmati pemandangan dihadapan nya, Raka yang sangat bersabar dalam menghadapi tiara sangat familier bagi wanita itu.
Sama ketika pria itu dengan sabar menunggu jawaban lamaran nya, dan kali ini Ichel lah yang harus sabar menunggu ingatan Raka sampai pulih. Ini memang karma baginya, Tuhan pasti sedang memperingati nya.
"Baiklah, ayo naik." Ucap Raka dengan sabar, persis seperti seorang ayah muda pada tiara.
"Kamu juga naik, chel." Perintah Raka yang segera diangguki oleh sekretarisnya.
Sebenarnya hari ini adalah rencana kedua orang tua Raka, mereka ingin Raka cepat mengingat ichel dan lebih baik lagi kalau Raka segera melamar ulang ichel lalu menikah. Keinginan papa dan mama Raka sangat kuat untuk bisa meminang cucu dalam waktu dekat. Sampai mereka membawa tiara jauh-jauh dari Semarang ke Jakarta, sekalian untuk menghibur anak kecil itu juga.
Ichel memegang erat tangan tiara yang berada ditiang panjang penyangga kudanya. Saat permainan kudanya mulai berputar dengan kencang, tak sengaja tangan Raka ikut memegang erat tangan kedua wanita disamping nya.
"Mama dan papa?" Ledek tiara kala itu dengan inutnya.
Raka mulai memindahkan tangan nya lagi dari sana, dengan pipi bersemu merah. Setelah sepuluh menitan permainan selesai, Raka sengaja menggendong tiara yang lebih kecil dibanding berat seharusnya perempuan kecil itu miliki di usianya.
Karena tiara terus-terusan merengek ingin digendong Ichel yang tubuh nya lebih kecil dan tak sekuat dirinya, kepala Raka terjedut kencang di tiang kuda-kudaan. Bunyi nya saja sampai nyaring, bahkan tangan nya sempat melepas gendongan tiara. Untung nya ada ichel yang dengan cepat menggotong tiara perlahan keluar dari gendongan Raka.
"Apa kamu baik-baik saja? Kak Raka, tolong jawab?" Panggilan ichel kembali lagi seperti dulu, dimana mereka saat itu tengah menjalin kasih dan berbagi cinta.
Raka memegangi kepala nya yang terasa sangat berdenyut, lalu beberapa gambaran masalalu dirinya dan wanita yang saat ini tengah menjadi sekretarisnya. Dipantai, disebuah universitas dan lalin sebagainya.
Sedangkan tiara yang sudah cukup besar sedang ditangani oleh beberapa tim medis disana. "Ichel, kumohon kemarilah." Panggil Raka dengan sangat pelan dan suara yang tersedu menahan tangis.
Ichel mulai mendekati pria itu, dan memberinya ketenangan lewat kusukan nya di punggung Raka. Memeluk pria itu dengan erat seperti ibu yang sedang menenangkan anak kecil nya. "Maaf, maafkan aku selama ini." Bisik raka didalam pelukan, setelah itu menarik lengan Ichel dan mencium nya mesra dihadapan umum.
"Aku rindu kamu."
Tangisan Ichel pecah ketika Raka mulai mencium nya dengan rasa yang selama ini wanita itu kira akan menghilang untuk selama nya. "Selamat datang kembali, kak Raka."