Bag 2

1245 Words
"A'Bara, kenalin nih sahabat Kina, namanya Hani, yang kata Mamih kudu jadi menantunya dia." Aku tersadar dari lamunan ketika Kina menggoyang lenganku. Aku mengikuti arah pandang Kina. Ternyata kami telah sampai di depan sahabat adikku. Aku memperhatikan dengan seksama wanita cantik dengan wajah blesteran yang berdiri gugup di depanku ini.  Hhmm..boleh juga pilihan Mami. Tapi tunggu..sepertinya aku tidak asing dengan wajah wanita ini.  Siapa dia sebenarnya ? Dia bolak-balik mengangkat kepala, lalu kembali menunduk, yang membuat penglihatanku jadi kurang jelas karena pergerakannya itu. Ditambah lagi aku melihatnya meremas kedua tangannya gugup. Apakah harus segugup itu melihatku? "Ehm..." Aku mencoba meredakan tenggorokanku untuk mulai menyapanya. "Hai," ucapku yang seketika ikut gugup. Eh..ada apa denganku?? Mengapa aku ikut gugup seperti ini? Aku melihat tubuhnya menegang ketika aku menyapanya. Namun ia masih belum merespon, dan malah semakin menundukkan wajahnya semakin dalam. Ada apa sih sebenarnya dengan dirinya? Atau..apakah wajahku aneh, sampai dia tak mau melihatku? Aku dan Kina saling berpandangan bingung karena respon yang dikeluarkan wanita berambut panjang dengan warna ash brown  di depanku ini. "Han, lo kenapa deh?" tanya adikku sambil menepuk bahunya pelan. Aku melihatnya terkejut karena tepukan Kina. Akhirnya dia memperlihatkan wajah itu sepenuhnya. Seketika, aliran darahku berhenti karena melihat mata indahnya. Mata biru itu..dan wajah itu... Apa mungkin?? "Gu-Gue..gue..gak pa-pa kok, Na," ucapnya linglung. Darahku kini berdesir, saat mendengar suaranya yang sangat lembut itu, yang mampu membuat sekujur tubuhku merasakan sesuatu yang aneh. Suara yang menyihir. "Kenapa emang?" tanyanya pada adikku, masih dengan pandangan linglung. "Itu..A'Bara tadi nyapa elo," ucap adikku masih dengan wajah bingung, karena wanita di depanku ini masih saja terlihat seperti orang yang baru tersadar dari tidur panjang. "O-oh..iya..SELAMAT DATANG!" ucap wanita itu bersemangat sambil menatap mataku sejenak, lalu ia kembali mengalihkan pandangan secepat kilat. Wajahnya terlihat merona seperti orang malu.  Aku mengalihkan pandangan ke arah adikku, karena dia sudah tertawa terbahak-bahak. Sepertinya karena mendengar sambutan sahabatnya yang kelewat bersemangat itu. "Lo beneran gugup ketemu A'Bara?? Hahahha..." "Berisik, Na!!!" geram sahabat adikku itu sambil mencubit pinggang Kina kesal. Kina malah semakin tertawa, sedangkan aku menatap dalam wanita itu. Wanita itu sesekali melirikku, tapi masih mencoba menghentikan tawa Kina Kali ini dengan cara membekap mulut adikku itu. "Lo masih ketawa, gue pulang nih naik taksi!!" ancamnya senewen, yang langsung membuatku dan Kina refleks berteriak. "JANGAN!!" Kina menoleh ke arahku, begitu juga wanita itu. Mereka berdua menatapku dengan tatapan bingung. Jelas saja bingung, aku berteriak seperti orang gila mendengar ancaman wanita setengah bule itu. Padahal aku tidak dekat dengan sahabat adikku itu. "A'?"  "Ehm..mak-maksud Aa, masa teman kamu  dibiarkan pulang sendiri. Dia--ehm..dia kan sudah repot-repot anterin kamu jemput Aa..." ucapku gugup. Aku langsung mengalihkan pandangan karena malu. Dari  ekor mata, aku melihat Kina tersenyum menggoda ke arahku dan wanita ini bergantian. Sementara wanita di depanku ini, mendelik kesal ke arah Kina, seolah-olah mereka berbicara melalui tatapan mata. Oh My God!!! Apa yang sudah aku lakukan tadi??? Seharusnya aku tidak berteriak seperti itu! Pasti Kina akan melaporkan hal ini pada Mami, dan aku yakin sekali Mamiku akan sangat heboh. Sial! Wanita ini membuat diriku kehilangan akal sehatku. Siapa dia sebenarnya? *Bara POV End* Perjalanan menuju rumah Kina lumayan panjang. Selama itu pula Bara dan Kina bercerita panjang lebar. Sementara Hani hanya menjadi pendengar yang baik, walaupun sesekali Kina memasukkannya ke dalam obrolan, yang dibalas Hani sekedarnya saja. Pikiran Hani saat ini menerawang pada kejadian lima tahun yang lalu tepat saat ia berusia tujuh belas tahun. Tidak ada yang menyadari jika Hani larut dalam lamunannya sendiri, karena pasangan adik-kakak ini masih sedang saling bercerita heboh melepas rindu. Bara saat ini telah duduk di samping Kina yang berada di tengah-tengah Hani dan pria itu. Tadinya Hani ingin duduk di samping supir pribadi Kina, tapu langsung ditolak kakak beradik itu. Alasan mereka berdua, karena tidak ingin Hani seperti terasingkan. Padahal walaupun saat ini mereka duduk bertiga pun, Hani hanya dapat mendengar percakapan kakak adik yang saling melepas rindu itu. Akhirnya setelah beberapa lama perjalanan, mereka sampai di rumah Kina. "AKHIRNYA ANAK SULUNG MAMIH PULANG YA ALLAH!!!" Mami Kina menyambut Bara antusias sambil menciumi seluruh wajah anaknya, yang dibalas tawa geli sang anak. Wanita itu langsung memeluk erat Bara yang tingginya sudah sangat melebihinya. Hani memperhatikan dalam diam bagaimana perlakuan Mami Kina pada anak-anaknya, membuat hatinya tercubit oleh rasa iri. Andai saja mamanya mau memeluknya seperti itu... "Anggap Mami gue sebagai Mami lo juga, Han." Kina menepuk lengan Hani lembut, karena Kina juga mengetahui bagaimana sikap ibu kandung Hani terhadap anaknya. Hani tersenyum tipis membalas ucapan Kina. "Eneng Bule teh sudah lihat anak kasepnya Mamih kan?" Mami Kina tiba-tiba menghampiri Hani, dan merangkul Hani melangkah menuju ke dalam rumah. Hani memperhatikan sekitar. Ternyata Kina dan Bara sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu. "Iya, Mih, " jawab Hani sopan. "Kumaha??" tanya Mami Kina ambigu, membuat Hani mengernyitkan alis bingung karena tidak mengerti arti dari kata yang dikeluarkan Mami Kina. "'Kumaha' itu apa ya, Mih?" tanya Hani polos. Bukan mendapat jawaban yang keluar dari mulut mami Kina, Hani malah mendengar tawa renyah seorang pria yang sedang duduk di sofa ruang tamu, yang membuat Hani menoleh ke arah sana. "'Kumaha' itu artinya 'gimana'," ucap pria itu yang ternyata adalah Bara. Pria itu sudah terlihat duduk santai di salah satu sofa ruangan ini. Hani membulatkan mulut, lalu mengangguk kaku sebagai tanda terima kasih. Wanita ini kembali mengalihkan pandangan ke arah Mami Kina yang masih merangkulnya. "Maksud Mamih gimana apanya?" "Aiih..Si Eneng Hani teh masa gak tahu? Eta si Aa Bara kumaha? Ganteng kan?" bisik Mami Kina yang hanya bisa didengar Hani. Seketika wajah Hani memerah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut polos Mami dari sahabatnya ini. 'Ganteng, Mih... Sexy lagi!! Kulitnya coklat, keliatan laki banget!!' Teriak Hani dalam hati. Wanita ini tidak sanggup mengeluarkan pendapatnya karena terlalu malu dengan pikirannya sendiri. "Emm--itu--anu, Mih..." "Anu?? Anu gimana, Neng??" "E--e..an-anu, Mih..." "Aiih..Si Eneng 'Anu' naon sih, Neng?" tanya Mami Kina semakin bingung. "Ya anu, Mih..." ucap Hani tidak jelas, yang malah membuat Bara yang ternyata sudah berdiri di belakang Maminya dan Hani tertawa kencang. Mami Kina mendelik tajam ke arah sang anak sulungnya. "Aa ngapain di belakang mamih??? Nguping kamuh ya?? Emang di Jerman sanah diajarin nguping, hhm?!" Mami Kina menjewer telinga anak sulungnya gemas, membuat Hani hanya mampu terbengong sambil menelan  saliva susah payah.  Mami sahabarnya ini galak juga. "Aduu-duh... Mam, aa bukan anak kecil lagi. Gak harus dijewer juga kan, Mam?" Ringis Bara dengan wajah memelas. Mami Kina melepas tangannya dari telinga Bara. Matanya masih menatap Bara sebal. "Mam~ panas nih kuping Aa!!" Adu Bara seperti anak kecil pada sang mami sambil menggosok telinganya yang memerah. "Minta tiupin Neng Hani sanah!" ucap Mami Kina tanpa dosa, dan langsung melenggang masuk menuju ruang keluarga, tanpa peduli wajah Hani dan Bara yang langsung memerah karena ucapan wanita paruh baya itu. Mereka ditinggal berdua di ruang tamu, sementara Kina entah pergi ke mana. "Ehm... Itu--Mami--kamu... Ehm..maksud saya, kamu..kamu tidak usah dengarkan omongan Mami. Mami kalau bicara suka asal." Bara menggosok tengkuknya salah tingkah setelah kebisuan yang terjadi di ruang tamu keluarganya yang besar ini. Hani hanya mampu mengangguk gugup tanpa dapat mengeluarkan suara. Mereka kembali terdiam beberapa saat, sampai akhirnya Bara kembali bersuara. "Kamu..apa kamu pernah ke Jerman?" Wajah Hani langsung pias saat pertanyaan tak terduga itu keluar dari mulut Bara. Keringat dingin mulai muncul di dahi Hani. Tanpa sadar, wanita separo bule ini meremas tangannya  gugup. Bara memperhatikan semua gerak gerik Hani dengan saksama, sambil menerka-nerka jawaban apa yang akan keluar dari bibir menggoda wanita blesteran ini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD