Bag 3

1022 Words
Sudah beberapa menit berlalu, tapi jawaban belum juga keluar dari mulut Hani. "Ehm..kamu--" "Han, A'Bara, ditunggu Mami di meja makan." Tiba-tiba Kina datang menyela ucapan Bara yang akan kembali menanyakan pertanyaan yang sama. Bara terlihat kecewa, karena belum mendapat jawaban dari Hani.  Sementara itu, Hani merasakan lega luar biasa ketika Kina menjadi penyelamatnya. Dengan terburu-buru, Hani berjalan terlebih dahulu menuju ruang makan, tanpa peduli kalau dia dicap kurang sopan oleh Bara. Yang dia inginkan saat ini adalah pergi secepat kilat dari hadapan kakak sahabatnya itu, yang membuat hatinya berdebar tak menentu di pertemuan kedua mereka. Eh..pertemuan kedua? Hani menggelengkan kepalanya guna menepis dua kata itu dari pikiran. "Weeh..kayaknya si Hani kelaperan parah. Hahhaha... Eh, A', kok gak langsung jalan? Aa gak laper? Mami udah buatin sayur asem sama ikan asin kesukaan Aa tuh. Dan jangan lupa sambal andalan Mami buat anak sulung tersayangnya!" ucap Kina semangat karena melihat kakaknya belum beranjak menuju ruang makan mereka. Bara tersadar dari lamunan, dan tersenyum tipis ke arah sang adik. Dengan langkah gontai, Bara berjalan menuju ruang makan sambil merangkul sayang bahu adik perempuannya ini. Bara masih penasaran dengan jawaban Hani. Namun tidak juga bisa memaksa, karena mungkin waktu yang kurang tepat. Tapi nanti, Bara berjanji untuk mencari tahu apakah Hani pernah pergi ke Jerman atau tidak. Karena entah mengapa, Bara sangat yakin jika dirinya pernah bertemu Hani sebelum ini. Dan Bara memiliki keyakinan jika Hani adalah__ *** Hari ini adalah hari di mana Kina sekeluarga dan keluarga calon suaminya fitting pakaian terakhir untuk pernikahan Kina di butik Sonya Noszka, sang desainer terkenal di negara ini. Karena Hani menjadi salah satu bridesmaid di pernikahan sang sahabat, Hani juga hadir di sana.  Hani mencoba short halter dress berwarna baby blue di atas lutut yang memang sudah dipersiapkan Sonya Noszka untuk Bridesmaid pernikahan Kina. "Aiih..cantik banget si Eneng Bule!" seru Mami Kina semringah ketika melihat Hani, si calon menantu dambaannya, baru saja keluar dari fitting room. Bara langsung membelalak sambil menelan saliva susah payah ketika melihat penampilan m3nggoda Hani dengan rambut panjang bergelombang tergerai indah di punggung gadis itu. Penampilan Hani saat ini sudah terlihat seperti bidadari, tapi juga w4nita pengg0da di waktu bersamaan. "Cantik kan, A'?" tanya Mami Kina sambil menyenggol pinggang anaknya. Wanita paruh baya ini tak sadar jika sang anak sudah mengeluarkan keringat dingin karena mencoba menekan 'sesuatu' di dalam tubuhnya yang sudah 'terbangun'. Hani tak sanggup menatap Bara yang menatapnya dengan tatapan sepanas bara api, yang sangat sesuai dengan nama pria itu. Seharusnya Hani sudah terbiasa dengan tatapan para pria, karena mengingat pekerjaannya sebagai model. Namun entah mengapa, tatapan Bara seolah-olah akan membakarnya sampai habis tak bersisa, sehingga membuat Hani salah tingkah sendiri. "Aa!! Malah bengong!" hardik Mami Kina sambil kembali menyenggol pinggang anak sulungnya itu gemas. "A-apa, Mam?" tanya Bara yang langsung mengalihkan pandangan ke arah samping, tempat di mana maminya berada. "Cantik kan?" "Mami?" "Ish!!! Aa teh kumaha!!! Eta si Eneng Bule, bukan Mamih!! Ya Mamih kan memang cantik. Makanya Papih teh sampai klepek-klepek," ucap Mami Kina percaya diri sambil mencubit gemas lengan anaknya yang tinggi itu. "Aduh, Mam! Bara laporin ke KPAI loh karena nyiksa anak sendiri!" Sungut Bara karena cubitan maminya dari dulu sampai sekarang rasanya masih sama, terasa panas di kulitnya. "Kamuh teh sudah tua, enggak cocok lagi ngajuin laporan ke KPAI! Yang ada teh sekarang kamu mah harusnya malah sudah bikin anak! Sanah atuh makanya cepet dijadiin Eneng Bule, biar bisa bikin anak, A'! Dulu Papih kamu waktu seusai Aa malah sudah gendong anak!" cerocos mami Bara pada anaknya, yang membuat udara di sekitar Bara dan Hani terasa terbatas, sehingga membuat napas mereka sesak karena rasa malu yang menjalar karena ucapan blak-blakan mami Bara. Sementara semua orang di ruangan itu, tertawa atas ucapan Tika, mami dari Bara. "Mam, kita lagi bahas baju loh sekarang, Mam, bukan bahas Bara," ucap Bara salah tingkah setelah kembali menemukan suaranya. "Ya atuh gimana si Neng Bule? Cantik kan?" "Cantik, Mam..tapi__" Bara menatap Hani intens, sampai membuat wajah Hani semakin memerah. Belum sempat rasa malunya hilang karena ucapan mami Bara, malah sekarang ditambah lagi dengan tatapan intens Bara. Kenapa Bara menatapnya seperti itu? "Tapi naon??" tanya Tika tak sabar dengan ucapan anaknya yang terpotong. "I-itu, Mam--ehm..bajunya apa gak terlalu terbuka ya, Mam?" tanya Bara setengah berbisik pada sang Mami, yang masih bisa didengar oleh Hani dan orang-orang yang berada di ruangan itu. Hani segera memperhatikan pakaian yang sedang dipakainya dengan saksama. 'Apa sih maksudnya A' Bara? Perasaan baju yang dibuat Kak Sonya untuk gue biasa aja.'  "Ampun si Aa mah norak pisan!! Coba atuh kamuh teh lihat di internet, biasanya si Eneng Bule malah lebih seksi! Ini mah henteu kaleuleuwihan ih. Belum jadi suami dia aja kamuh sok-sok an posesip!!" ucap Tika sambil menepuk gemas d a d a bidang anaknya. "aduh, Mam! Dikit-dikit mukul, dikit-dikit nyubit. Mana panas lagi pukulannya di d a d a Bara!" Sungut Bara sambil mengusap d a d a nya. "Yang panas teh d a d a kamuh, atawa darah kamuh, A', gegara lihat badan semok si Eneng Bule ??" tanya Mami Bara, yang sontak membuat wajah Bara dan Hani lagi-lagi memerah sepenuhnya karena ucapan polos sang mami. Semua yang ada diruangan itu pun terpingkal karena kelakuan ajaib mami Bara. Kecuali dua orang yang sudah merasakan panas dingin di sekujur tubuh mereka berdua. "Ehm--Mam-Mami, Hani ganti baju dulu ya." Hani langsung saja melangkah terburu-buru menuju fitting room untuk menghindari ucapan frontal mami dari sahabatnya itu. Sementara Bara, membuang napas lega. Jika sedetik lagi saja Hani tidak berlalu dari hadapannya, mungkin Bara akan nekat mendorong Hani ke dinding terdekat, lalu mencium bibir menggoda wanita itu. Sial!!! Kenapa dia bisa s3mesum ini hanya karena melihat bahu mulus Hani yang bak boneka porselen itu?! "Ehm..Mam, Bara mau ke toilet sebentar." "Mau redain yang lagi 'tegang' ya, A'?" tanya calon adik iparnya jahil, yang dibalas Bara delikan tajam ke arah pria yang sebentar lagi menyandang status suami untuk adiknya itu. Semua orang yang berada di ruangan ini kembali tertawa karena ucapan Gerian - sang calon adik ipar -. Bara tidak menghiraukan riuh tawa di ruangan ini, dan berjalan tak acuh ke arah toilet di butik Sonya Noszka. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD