Bag 5

1406 Words
Saat ini Bara dan Hani sudah berada di dalam mobil Honda Jazz putih milik Hani dengan posisi Bara yang mengendarai mobil itu. Lama mereka terdiam karena tidak tahu harus memulai pembicaraan seperti apa karena kenyataannya mereka bukanlah teman atau sepasang kekasih. "ehm.. Maaf ya.." ucap Bara tiba-tiba sambil mengalihkan pandangannya sebentar kearah Hani lalu kembali melihat kedepan. Hani menolehkan wajahnya kearah Bara sambil mengernyitkan alisnya bingung. "untuk?" "pasti kamu tidak nyaman ya karena Mami maksa kamu buat antar aku" 'Aku??'tanya Hani bingung di dalam hati. Setahu Hani di pertemuan pertama mereka, Bara masih menggunakan sebutan formal dengan menyebut diri Pria itu sendiri'Saya'. Sejak kapan sebutan formal itu berubah menjadi 'Aku'? Padahal ini kan baru pertemuan mereka yang kedua, apakah mereka sudah sedekat ini? Tapi mustahil kan? Sementara Hani sepertinya tidak merasa dekat dengan Pria tampan yang duduk di sampingnya ini. "Apa kamu keberatan? " tanya Bara namun tidak ada respon sama sekali dari Hani. "Kalau kamu keberatan, aku bisa naik taksi" ucap Bara kembali. Bara berfikir mungkin Hani memang merasa terpaksa mengantarnya pulang karena jawaban tidak kunjung keluar dari bibir Hani. Bara menepikan mobil Hani dan melepas seat belt yang memerangkap tubuhnya. Namun ketika Bara hendak membuka pintu mobil, lengannya di tahan oleh jemari lentik yang dimiliki Wanita separo bule di sampingnya ini. "A'a mau kemana?" "aku mau cari taksi" Hani mengernyitkan dahinya bingung sambil menatap Bara yang juga sedang menatapnya. "untuk apa A'a nyari taksi?" "Untuk aku pulang" "loh.. Bukannya A'a pulang bareng Hani?"tanya Hani bingung. "bukannya kamu keberatan?" "apa Hani tadi bilang keberatan?" tanya Hani semakin bingung. Bara menghela napas pelan, lalu menepuk tangan Hani yang berada di lengannya dengan lembut. "Tadi aku bertanya apakah kamu keberatan mengantarku pulang. Dan sepertinya kamu keberatan karena tidak ada jawaban yang keluar dari mulutmu. Jadi aku lebih baik cari taksi saja" ucap Bara menjelaskan panjang lebar sambil tersenyum kecil. "tunggu.. Kayaknya A'Bara salah paham deh.." "kamu tidak perlu memaksakan, aku bisa cari tak.. " " sumpah deh A', Hani beneran gak merasa terpaksa. Maaf tadi Hani lagi mikirin kerjaan makanya gak dengerin omongannya A'Bara .. "ringis Hani berbohong karena tidak tahu harus mencari alasan apa lagi. Hani tidak sadar jika tadi dirinya terlarut dalam lamunannya sendiri sampai-sampai tidak mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Bara sehingga menyebabkan kesalahpahaman diantara mereka. " kamu.. Benar-benar tidak .. keberatan kalau aku ikut mobilmu? " tanya Bara ragu. " kita lanjut jalan lagi aja ya.. Dan Hani beneran gak keberatan kok.."ucap Hani sambil tersenyum tulus yang seketika membuat udara di sekitar Bara terasa menyempit karena senyuman itu. " ehm.. Okay.. Kalau begitu bisa tolong lepaskan tanganku supaya aku bisa kembali mengemudi? "tanya Bara untuk meredakan kegugupannya sambil menatap tangan Hani yang masih berada di lengannya. Hani mengikuti arah pandangan Bara lalu selanjutnya langsung melepaskan lengan Bara dengan segera. Terlihat semburat merah muncul di pipi wanita anggun ini. "ma-maaf.. Silahkan kembali mengemudi.." bisik Hani malu sambil mengarahkan pandangannya kedepan tanpa sanggup menatap Bara yang tersenyum geli karena kegugupan Hani. Bara kembali memakai seat beltnya dan mulai melajukan mobil Hani. Beberapa saat mereka terdiam sampai akhirnya Bara kembali bersuara. "ehm..tentang ucapanku yang tadi, Kamu tidak perlu terbebani karena desakan Mami ya." ucap Bara sambil menoleh sekilas kearah Hani yang sudah kembali menatap Bara. "desakan?" "Iya.. Tentang Kita.. Mami sepertinya sangat mengidolakanmu sampai-sampai memaksakan kehendaknya sendiri. Kamu tidak merasa tertekan sama Mami kan?" "Maminya A'Bara lucu dan juga baik. Hani gak merasa tertekan sama sekali kok." "tapi Mami seakan-akan maksa kamu buat suka sama Aku. Aku takut malah jadi beban dipikiranmu. Jadi apapun yang di ucapkan Mami tolong jangan diambil hati ya" Hani langsung terdiam mendengar ucapan Bara dan bertanya-tanya dalam hati apakah justru malah Bara yang tertekan karena desakan sang Mami karena terlihat jelas menjodohkan Bara dengan Hani? Dan kenapa Hani seakan kecewa memikirkan hal itu? Apakah semudah ini Hani tertarik pada sosok Bara? Memang sih Bara tampan luar biasa, tapi.. Apakah cinta secepat itu datang di hati Hani? "A'.." "Ya?" Bara menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalanan didepannya. "Kalau A'a merasa tertekan karena Mami seakan menjodohkan A'Bara dengan Hani, mungkin A'a bisa bawa pacar A'Bara buat dipertemukan sama Mami. Pasti.. Pasti Mami gak akan mendekatkan kita lagi A'.. Dan.. Dan Hani akan jaga jarak sama A'Bara biar Mami gak semakin jodohin Kita. A'a tenang aja.. "ucap Hani panjang lebar sambil mengarahkan pandangannya kedepan. Nada yang dikeluarkan Hani terdengar tenang namun entah mengapa Bara merasakan tersirat nada kesedihan di dalamnya. Bara sampai bertanya-tanya apakah dirinya salah bicara? Apakah Hani tersinggung dengan ucapannya? "Tunggu, sepertinya ada yang salah disini. Aku.. Aku tidak punya pacar untuk bisa dikenalkan ke Mami dan aku tidak merasa tertekan atas apapun. Apakah.. tanpa sadar aku menyinggung perasaanmu?" tanya Bara to the point yang membuat Hani kembali menolehkan wajahnya kearah Bara yang juga sedang menatapnya namun kembali mengalihkan pandangan kedepan karena dia sedang mengemudi. Hani merasa bodoh dan merutuki dirinya sendiri karena tanpa sadar mengeluarkan nada kecewa tanpa sebab. Ya ampun... Mengapa Ia harus kecewa? "ahahha.. Nying-nyinggung? Nyinggung apa ya? A'a gak nyinggung Hani sama sekali kok. Ehm..kayaknya udaranya panas ya A'.." ucap Hani salah tingkah dan mengalihkan pembicaraan sambil mengipasi dirinya sendiri dengan kedua tangan. "sepertinya AC nya sudah full," Bara melihat suhu AC di mobil Hani yang membuat Hani gelagapan sendiri. "se-sepertinya ACnya sudah harus di servis.." ucap Hani gugup. "mungkin kamu bisa lepaskan jaket jeans kamu? Soalnya aku merasa ACnya sudah cukup dingin" ucap Bara sambil memperhatikan jaket jeans biru yang membungkus tubuh Hani lalu kembali mengarahkan kembali pandangan ke depan. "oh ya?? Ahahhahah..bener juga ya.. Mungkin ka-karena Hani pakai jaket jadi panas. Hahahha.."Hani tertawa garing sambil melepaskan jaket yang melekat di tubuhnya lalu kembali menyandarkan tubuhnya ke jok mobil dan kembali fokus melihat ke jendela samping. Bara menoleh sebentar untuk melihat apakah Hani sudah merasa nyaman atau belum setelah wanita itu melepas jaketnya. Namun detik selanjutnya, Bara mengerem mobil Hani mendadak karena tidak menyangka jika Hani hanya mengenakan tank top broken white jenis tube top yang memperlihatkan bahu mulus wanita itu sepenuhnya karena tank top jenis itu menyerupai seperti kemben. Terlihat jelas lekuk tubuh Hani dan juga perut rata serta pusar bersih wanita itu karena tank top yang dikenakannya benar-benar berukuran pas. "A'??? Kenapa?? Apa ada kucing lewat??" tanya Hani panik sambil mengarahkan pandangannya kedepan untuk melihat apa yang membuat kakak dari sahabatnya ini memberhentikan laju mobil. Untung saja jalanan yang mereka lewati saat ini sedang sepi. Bara masih menarik napas dalam lalu membuangnya guna menekan 'sesuatu' yang memberontak di dalam tubuhnya. Padahal di Jerman sana Bara sudah terbiasa melihat wanita berpakaian lebih terbuka dari Hani, tapi entah mengapa hanya Hani yang bisa membuat Bara panas dingin seperti ini. Dan apakah wanita ini tidak sadar jika dirinyalah penyebab Bara mengerem mobil ini secara mendadak? "ehm.. Bu-bukan kucing lewat. Tapi sepertinya aku juga kepanasan." ucap Bara gugup tanpa sanggup menatap Hani sambil kembali melajukan mobil wanita itu. "benar kan? Berarti ACnya memang harus di servis" ucap Hani polos tanpa tahu Bara sudah berkeringat dingin dengan seluruh tubuh merasa kegerahan karena tubuh berlekuk wanita itu. "gak bisa kayak gini! Yang ada gw malah gak konsen buat nyetir!" bisik Bara tajam pada diri sendiri sambil sebelah tangan memijat dahinya. "kenapa A'?" "hmm?" tanya Bara balik namun tidak memalingkan wajahnya sedikitpun kearah Hani yang mana akan membuat Bara bisa-bisa berteriak frustasi. "A'a tadi ngomong apa?" "a-aku haus. Lebih baik kita mampir sebentar di mini market itu" ucap Bara sambil menunjuk mini market yang tak jauh di depan mereka. "oke.."balas Hani singkat. **********  Catatan Penulis : Hai kakak2. Aku mau kasih tahu ya, ceritaku ini akan  menggunakan koin untuk melanjutkan baca mulai dari bab yang ditentukan pihak DREAME. Dan kukasih tahu juga, ceritaku ini sebelum berbayar/sebelum pakai koin, sudah pernah KUGRATISKAN. Jadi, bagi yang baru menemukan ceritaku sekarang setelah menggunakan koin, mohon jangan protes ini itu tentang koin. Tidak mau dilanjut baca yo monggo langsung hapus ceritaku ini dari perpustakaan kalian. Cari cerita lain saja yang tidak berkoin daripada harus nyinyir ini itu di kolom komentar. Buang-buang waktu kalian loh ☺️ Lebih baik waktunya dibuat cari cerita lain. Author tidak paksakan, ya, Kak, mau lanjut baca atau tidak. Aku bukannya marah2 atau gimana, tapi capek mesti balas satu-satu komen yang gak paham fungsi bab yang digembok buat penulis. Koin bisa didapat gratis dengan cara mengikuti MISI yang ada di EARN REWARD, atau bisa dibeli menggunakan metode pembayaran yang ada di STORE. Kalau kurang mengerti caranya, bisa tanya-tanya di sss / IG ku atas nama NCHEET NCA. Terima kasih  BETEWE, NOVEL INI BISA DIBACA SAMPAI TAMAT HANYA DI APLIKASI DREAME DAN INNOVEL YA. SELAIN 2 APLIKASI ITU, BERARTI ITU ADALAH APLIKASI BAJAKAN YANG DENGAN TEGA MEMBAJAK KARYA2 KAMI SELAKU PENULIS.   Jangan instal aplikasi bajakan, guys. Kerugiannya: 1. Nggak ada bonus harian, kudu beli atau top up mulu 2. Koin setelah beli bisa g masuk ke akun dengan sebab misterius 3. Update bab lelet 4. Pencurian data kalian dan nggak dijamin keamanannya Bagi yang pake kartu kredit di ponselnya, tolong hati-hati, ya! Khususnya yang suka belanja pakai e-money! Uninstal aja trus cari aplikasi lain yang resmi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD