Terdengar suara seseorang memanggil Albert di saat dirinya tengah menyuapi istrinya untuk pertama kali, saat menoleh mencari sumber suara itu. Linda juga menoleh saat seseorang berlari menghampiri meja makan mereka berdua. Seorang pria parasnya yang sangat tampan, tampan melebihi suaminya.
"Kamu?" Albert menggumam.
Linda tidak mengenal siapa pria yang ada di dekat Albert, paras mereka tidak jauh berbeda. Apakah mereka kembar, tidak mungkin menurut Linda sendiri. Jika memang Albert mempunyai kembar tentu di hari pernikahan mereka, dia pasti akan datang.
"Wah ..., kamu makan malam tidak pernah mengajakku. Selalu berduaan dengan ..., siapa dia?" Pria itu berbicara dengan Albert seolah mereka sudah sangat akrab, saat pria itu melirik Linda, ekspresinya berubah seketika. Linda langsung menutup bekas luka di wajahnya dengan rambutnya yang tidak terikat kuat.
"Dia istriku, kenapa? Ada yang salah dengannya? Apa yang membuatmu datang ke acara ulang tahun pernikahanku?" Pertanyaan terus bertubi-tubi dari Albert kepada pria di sampingnya.
"Wow ... Wow ... Tenang, Brother. Aku ke sini hanya kebetulan. Aku sedang reuni bersama teman bisnisku. Saat aku keluar untuk ke kamar kecil tidak sengaja melihat dirimu tengah bermesraan dengan ..., apa istrimu? Aku rasa dia bukan istrimu? Bukankah istrimu itu cantik dan Seksi. Aku rasa matamu sedikit rusak. Menjadikan dirinya istrimu. Apa kata dunia nanti jika pengusaha Roberto telah menikah dengan wanita yang buruk rupa?!" tuding Alkira mengolok-olok Albert dengan cara tidak pantas seperti itu.
"Ah ... mungkin aku telah membuat suasana begitu menegangkan, aku hanya bercanda. Ehem! perkenalkan namaku Alkira Alfando Roberto, adik kembar dari Albert Alfando Roberto." Ulurkan tangan pada Linda, Linda tentu akan menyambut tangan dari pria yang bernama Alkira itu.
Sebelum menyambut tiba-tiba saja Alkira menarik tangannya kembali. Tentu dia tidak akan mendapat sentuhan dari tangan si buruk rupa.
Albert bisa melihat apa yang dilakukan oleh adik sialan itu. Ia paling benci suasana yang sudah ia rencana selalu digagalkan oleh adiknya. Kenapa dia tidak ingin mengajak adik kembarnya untuk datang ke acara pernikahan yang sederhana itu. Sudah jelas bagaimana situasi sekarang telah menghancurkan acara ulang tahun pernikahannya.
Alkira tidak akan pernah memberikan kebahagiaan seseorang yang telah melewatinya lebih dulu. Meskipun Alkira lebih dulu dilahirkan dari rahim ibunya jauh beda lima menit dari Albert. Tentu Alkira tidak mempercayai mitos leluhurnya kalau Albert yang menjadi saudara tertua.
"Sudahkah basa-basinya? Kamu bisa kembali ke tempat reunian. Jangan pernah mengusik kehidupanku. Pergi sana!" Albert kembali bersuara lalu mencoba mengusir adik kembarnya.
Linda memperhatikan sikap mereka berdua sangatlah jauh beda. Meskipun mereka dilahirkan bersama. Albert memiliki sifat yang lembut dan baik hati, tidak mudah tergoyang dengan omongan orang - orang yang selalu mengejek dirinya. Sedangkan Alkira memiliki sifat yang keras, selalu menjelekkan keburukan orang lain. Selalu merendahkan diri orang di sekitar termasuk Albert, abang tertuanya.
Dari tatapan Alkira terhadapnya bisa Linda rasakan kalau Alkira sangatlah berbahaya. Bisa saja menghancurkan rumah tangga kelak nantinya.
"Oke-oke, aku pergi. Aku juga tidak sudi berada di sini yang kotor dan menjijikkan mungkin kamu sudah di pelet oleh istrimu sendiri," ucapnya terakhir kalinya.
Alkira kembali ke tempat reuni, Albert mulai melanjutkan makan malam walaupun suasananya sudah berbeda dari beberapa menit yang lalu. Jika tidak ada pengganggu yang datang secara tiba - tiba. Mungkin keharmonisan mereka berdua sudah bahagia.
*****
Di mobil, tetap sama Linda dan Albert terdiam. Entah apa yang mereka diamkan. Hingga berada di rumah pun Linda langsung memilih masuk ke kamarnya. Albert sendiri merasa bersalah jikalau Alkira tidak muncul dihadapannya.
Albert masuk menyusul kamar miliknya. Tidak mungkin kamar mereka terpisah terkecuali Albert menyibukkan diri di kamar kerjanya.
Pada saat masuk, Linda sudah posisi miring tidur di atas sofa. Albert menghela napas panjang sikap istrinya masih seperti dulu. Apa begitu jeleknya sehingga dia tidak ingin tidur di ranjang berdua bersama suaminya sendiri.
Albert mencoba menggendong tubuhnya, namun Linda membuka kedua matanya. Dirinya masih terjaga dalam tidur. Dia spontan mendorong tubuh suaminya menjauh darinya.
Linda posisi terduduk menatap suaminya jarak beberapa meter saja. Tatapan mereka bertemu. Linda seperti mendapat sebuah kebencian, kebencian yang perih di dalam dirinya. Albert tentu tidak mengiakan kesempatan untuk tidak menjauh dari istrinya, walaupun masih kekosongan pada benaknya.
"Maafkan atas sikap adikku tadi. Dia tidak bermaksud untuk—“
"Adikmu benar, mungkin matamu rusak, kenapa bisa menikahiku dengan wajah buruk rupa ini. Tidak perlu lagi membela diriku, aku tahu kamu juga merasakan apa yang aku rasakan. Apa kata dunia jika seorang pengusaha Roberto telah menikahi seorang wanita yang parasnya sangat menjijikkan," Linda memotong pembicaraan.
Albert kelu sulit mengatakan yang sebenarnya dia memang sakit dengan apa yang dia rasakan saat semua mengolok-olok istrinya. Hanya karena pendirian sebagai pengusaha kaya raya saja, harus mendapat hinaan untuk istrinya.
"Aku mengerti, kamu baik terhadapku, mengakui aku benar istrimu. Tapi, jika omongan dari temanmu, adikmu, saudaramu hingga semua yang mengenal dirimu bahwa aku bukan istrimu. Aku dan kamu hanya di batas status pasangan suami - istri yang sah, tapi tidak bersungguh-sungguh hanya angan yang ada. Jika memang aku dan kamu benar istri yang benar - benar nyata. Mungkin suami yang aku idamkan itu tidak seperti ini. Pembelaan kamu sudah benar, tapi penilaian orang lebih benar. Apa yang akan kamu katakan kepada yang lain kalau aku istrimu yang benar SAH di depan saksi mata Tuhan," ungkap Linda sebenarnya menatap wajah suaminya yang kini sudah tidak berkutik setiap kata yang dilontarkan dari mulutnya.
Albert menunduk menatap lantai yang bersih selalu mendapatkan kotoran dari para manusia, yang selalu menerima goresan benda yang tajam. Apa seperti istrinya saat mendapat olokan dari orang - orang yang dia kenal. Hanya jawaban
"Ya dia istriku, kenapa, ada yang salah dengannya?”
Setiap dirinya melontarkan kepada orang - orang, pertanyaan mereka selalu sama. Apa dirinya benar salah memilih istri yang paras benar seperti monster. Apa benar seperti itik buruk rupa yang tidak disayangi oleh orang - orang.
Albert mengangkat kepalanya, menatap punggung yang kurus itu dari belakang. Sosok istri yang kuat tidak seperti dirinya yang lemah akan godaan mulut orang - orang yang selalu mengolok-olok istrinya sendiri.
Albert tetap menggendong tubuh Linda memindahkan di atas ranjang tempat tidur. Linda menyadari jika suaminya tetap akan memindahkan posisi tidurnya. Linda merasa bahagia jika suaminya tidak merasa kecewa atas ucapannya.
"Kamu tetap istriku, apa pun itu. Jangan pernah dengarkan omongan orang - orang. Mereka hanya iri dengan paras wajah cantik yang ada di dalam dirimu. Maaf, jika aku belum bisa membahagiakan apa yang kamu mau. Tapi, suatu saat nanti aku akan membahagiakanmu, jika selama ini aku telah mengecewakanmu," ungkap Albert mengatakan semua pada Linda.
Linda mendengar sangat baik meskipun kedua matanya sudah tertutup rapat. Ada rasa hangat di keningnya. Albert tengah mencium yang hampir menyentuh bekas luka itu. Lalu Albert pun kembali berbaring tidur posisi memeluk istrinya dalam keadaan benar nyata sebagai suami sayang istri.