Bab 2. Makan malam.

1161 Words
Suara kicauan burung ditemani oleh seseorang menyapu halaman rumah. Linda membuka kedua mata, sinar matahari sudah meninggi telah memasuki cahaya di lubang dinding kamarnya. Linda bangun kemudian bingung, perasaan semalam dirinya tidur di sofa kenapa bisa ada di atas tempat tidur. Tidak mungkin dirinya berjalan dalam keadaan tertidur. Suara pintu terbuka dari arah kamar mandi, Linda menoleh, Albert keluar dalam keadaan setengah telanjang diperlihatkan tubuh atletiknya. Hanya dibalut oleh handuk melekat di pinggangnya. Linda sontak memerah dengan apa yang ia lihat, tetap dirinya tidak terbawa suasana. Segera ia turun dari ranjang mengambil kerudung tipis warna Jingga muda, lalu dipakaikan untuk menutup wajahnya. Albert sendiri yang masih berdiri di depan pintu melihat sikap istrinya yang biasa-biasa saja dan tidak merasa kaget saat dirinya hanya memakai handuk di pinggangnya.  Albert mengerti, Linda mencoba menghindar darinya. Linda bersiap merapikan tempat tidurnya. Lalu dia terdiam seketika, karena sesuatu tengah melingkar di pinggang. Pelukan itu tidak pernah ada, tidak pernah dirasakan oleh Linda sebelumnya. Selama setahun menikah Albert memang tidak pernah menyentuhnya. Bukan karena merasa jijik atau apa. Karena tidak pernah mencintai istrinya sendiri. Semua itu berawal dari imbalan orang tuanya menjual putrinya untuk kekayaan yang mereka mau. Linda mencoba memegang tangan kekar suaminya, Albert tentu merasa senang kalau istrinya akan membalas tangan yang melingkar di tubuhnya. Bukan itu yang Linda mau sekarang. Masih banyak orang-orang belum yakin kalau dirinya memang benar-benar istri Albert sesungguhnya. Karena keadaan tidak pernah mendukung dirinya. Linda juga tidak bisa berbuat apa-apa. Linda menarik kedua tangan kekar yang memeluknya erat secara perlahan kemudian terlepas sempurna dari tubuhnya. Albert sendiri juga bingung, kenapa istrinya menolak untuk dipeluk. Apa yang salah dengan dirinya. Albert sendiri mencoba untuk sebaik mungkin agar dirinya menerima apa adanya. Memang selama ini Albert bersalah, tidak pernah menyentuh dirinya. Tapi salahkah jika suami berusaha meyakinkan istri agar dirinya percaya kalau dia benar-benar memedulikannya. "Jangan sentuh aku yang tidak pantas disentuh. Tubuhku sangat menjijikkan jika kamu menyentuhnya," ucap Linda menunduk lalu pergi dari hadapan Albert dalam posisi terpaku diam. Albert sendiri saat mendengar ucapan dari istrinya sendiri. 'Jangan sentuh aku yang tidak pantas di sentuh. Tubuh aku sangat menjijikkan jika kamu menyentuhnya.' Albert menoleh cepat melihat istrinya telah menghilang dari kamarnya. Linda sekarang berada di belakang rumah untuk menjemur pakaian yang sudah dicuci bersih menggunakan mesin penyucian. Linda bersenandung riang dengan suara biasa saja. Setiap pagi Linda suka menyanyikan lagu Betawi, meskipun bukan orang Betawi. Tapi, Linda menyukainya. Untuk menenangkan rasa pikiran yang selalu menghantui dan menguncangkan tubuhnya jika mengingat masa lalunya. Jika saja lima tahun itu tidak ada kejadian kecelakaan mungkin Linda tentu sudah dikaruniai seorang anak yang cantik dan tampan, apalagi hidup damai bukan hidup menuntut kesalahan. Albert masih berdiri menatap punggung istrinya sedari tadi menjemur pakaian. Baru kali ini Albert mendengar suara yang begitu merdu dari mulut istrinya sendiri. Albert ingin tahu yang sebenarnya maksud dari ucapan istrinya beberapa menit yang lalu itu. Sebab, Albert memang tidak terlalu peduli keadaan yang selalu diingat adalah perkataan Rinda yang ia temui semalam. Sejelek apa pun itu, kamu tetap harus menyentuhnya, karena dia adalah istrimu. Suami harus menerima semua penderitaan dari istri, seberapa pun penderitaan, masa lalu harus menerimanya dengan lapang hati yang mendalam. Aku percaya Tuan bisa mengatasinya sendiri dengan cara apa pun itu. Walaupun kita baru saja di pertemukan sekali, dari cara Tuan menceritakan itu semua. Jangan pernah menyalahkan istri Anda. Karena Anda telah membuatnya menderita seperti itu.  Walaupun begitu, Albert tentu ingin tahu sebenarnya di masa lalu istrinya. Masa lalu yang telah menimpa luka bakar itu. Tapi dengan cara apa supaya Linda menuruti perkataannya. Linda baru saja selesai menjemur pakaian, waktunya dia kembali melakukan pekerjaan lain lagi, saat akan melangkah kaki, di depan pintu sosok tinggi tengah menatapnya lurus tanpa berkedip. Albert melanjutkan langkah kakinya mendekati istrinya berdiri terdiam. "Nanti malam pakailah baju yang cantik. Aku ingin mengajakmu makan malam berdua." Albert mencoba mengajak Linda untuk makan bersama nanti malam. Tentu Linda menginginkan itu selama setahun, Albert menunggu jawaban dari istrinya. "Tapi ..." Akhirnya Linda bersuara, namun nadanya tidak bersemangat. "Tidak perlu dipikirkan masalah desas-desus dari orang luar. Makan malam  untuk perayaan ulang tahun pernikahan yang pertama. Maaf, kalau sebelumnya tidak memberikan rasa spesial padamu. Tapi, kali ini aku akan melakukan untukmu. Aku menunggu dirimu jam delapan malam di depan rumah," potong Albert lalu pergi dari hadapannya. Linda mengangkat kepala menatap lurus punggung yang lebar, kokoh tak pernah hancur masih tetap seperti dulu. Meskipun jarak sebatas suami - istri hanya angan semata. ***** Malam tibanya, Albert tengah menunggu istrinya keluar dari rumah. Lima menit kemudian, Linda keluar menggunakan dress warna hitam selutut tanpa lengan, disertai rambut hitam kecokelatan diikat sembarang menjadi lebih cantik. Sedikit polesan di wajahnya meskipun luka bakar di sebelah wajah sedikit mengganggu. Albert percaya bahwa istrinya sangat cantik dengan wajah terbuka meskipun luka bakar di wajahnya bisa meyakinkan ia tidak sia-sia menikahi seorang wanita buruk rupa. Linda merasa sangat malu, jika dalam posisi seperti ini. Baru pertama kali dirinya memperlihatkan wajah tanpa menutup kain. Albert tentu tidak berkutik sama sekali. Diangkat dagu istrinya untuk perlihatkan wajahnya. "Kamu cantik, seperti itik buruk rupa. Tunggu saja kamu akan menjadi wanita cantik sedunia," ucap Albert berhasil memikat hati Linda. Selama perjalanan menuju restoran, Linda meremas kedua tangannya merasa sangat cemas dan juga takut, dirinya cemas karena siap mendengar desas-desus dari para pengunjung di restoran, kemudian dirinya takut jika suaminya akan meninggalkan dirinya sendirian di restoran tersebut. Sampai di restoran makanan Italia, Albert membuka pintu untuk Linda keluar dari duduknya. Linda tidak keluar juga karena dirinya sangat tegang sekali. Sebuah uluran tangan di depannya, Linda menoleh lirik suaminya senyum dengan sabar menunggu sambutan tangan dari istrinya. Tangan Linda gugup, gemetar dan keringat dingin. Linda membalas sambutan ulur tangan dari suaminya, Albert menggenggamnya langsung membawa Linda keluar dari mobil. Tepat di mana Linda berdiri di samping suaminya. Albert melepaskan genggamannya kemudian berpindah melingkar pinggang ramping istrinya. Mereka berdua masuk ke restoran makanan Italia, seorang penyambut mereka berdua dengan menunduk kepala. Linda tidak berani mengangkat kepalanya, dengan sisa rambutnya menutupi wajah agar tidak ada yang melihat paras wajah pada luka tersebut. "Angkat kepalamu," bisik Albert mendekatkan telinganya. Linda mengangkat kepala melihat sekitar tempat itu sangat begitu indah, indah di malam hari. Linda tidak pernah sekalipun mendapat suasana yang begitu indah. Albert melepaskan tangan yang melingkar di pinggang ramping. Albert menarik kursi mempersilakan Linda duduk di sana, Linda menuruti. "Bagaimana?" Albert bersuara meminta pendapat dari istrinya. Albert sengaja membawa Linda ke sini karena tempat ini jarang ada yang kunjungi. "Ini sangat bagus, dan indah. Terima kasih," ucap Linda merasa terharu yang ia rasakan saat ini. "Happy Anniversary, istriku." Albert mengucapkan hari ulang tahun pertama kali dari mulutnya, meskipun sangat canggung mengucapkannya tapi dirinya harus melakukannya. Tak lama kemudian, makanan Italia sesuai dengan restoran tersebut datang menghidangkan di atas meja berukuran segi empat walaupun sederhana suasana sudah termasuk romantis bagi Linda. "Albert!" Terdengar suara seseorang memanggil Albert di saat dirinya tengah menyuapi istrinya yang pertama kali, saat menoleh mencari suara yang memanggil namanya. Membuat dirinya terdiam kaku dan membulatkan kedua matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD