39

2226 Words

Malam itu, waktu seolah melambat. Tirai kaca apartemen terbuka lebar, menampilkan gemerlap lampu kota yang berkilau bagai bintang -bintang. Dari ranjang besar dengan sprei satin lembut, Yoan menatap David dengan wajah yang masih merona. David, yang kini hanya mengenakan kemeja putih tipis terbuka di dadanya, duduk di sisi ranjang. Jemarinya menyusuri wajah Yoan perlahan, seakan ingin memastikan bahwa perempuan di hadapannya benar -benar nyata. "Yoan …" suaranya serak, penuh emosi yang menahan gejolak. "Aku masih tidak percaya akhirnya kau resmi menjadi milikku. Tanpa rahasia, tanpa sembunyi -sembunyi. Malam ini … hanya kau dan aku." Yoan tersenyum lembut, air mata haru kembali menetes. "Aku juga masih takut ini hanya mimpi. Tapi kalau pun ini mimpi … aku tidak ingin terbangun." David t

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD