Ronal menghentikan mobil mahalnya itu tepat di pelatara rumah besar nan bisa di bilang mewah tersebut. Rumah dengan cat warna putih itu sama sekali tak menampakkan aura yang mencekam di sana, yang padahal di balik itu semua tepatnya di dalam banyak terdapat sosok sosok mengerikan nan berbadan besar yang menghuninya, bahkan para penghuni di sana sudah siap membantai sekalipun itu serangga yang masuk ke dalam tanpa izin.
Ronal pun segera turun dari mobil, lalu dia menyempatkan untuk menatap sekitar dahulu di mana banyak mobil mobil juga motor yang terparkir rapi di sana.
Sebenarnya rumah itu berada di pinggir jalan yang mana sepanjang jalan hanya berisi lahan kosong, sehingga bisa di bilang rumah tersebut sama sekali tidak memiliki tetangga.
Dan sejak lebih dari 10 tahun Ronal mengetahui rumah ini, keadaannya masihlah sama seperti dulu, tidak ada yang mau membangun rumah di sekitar jalan. Yups, tidak ada tetangga sana sekali.
Sepertinya cukup menjelaskan tentang hal tersebut, Ronal memutuskan untuk melangkah menuju teras rumah, yang mana di depannya saat ini pintu rumah tengah terbuka lebar.
Dia dapat mendengar sorak sorai keramaian meski hanya dari luar sana.
Dan tepat ketika Ronal melewati pintu dan memasuki rumah itu, sorakan sambutan pun terdengar keras hingga memekakan pendengaran Ronal. Pria itu sampai harus memercing di buatnya.
Ronal dapat melihat banyak sekali pria pria dari banyak kalangan usia, yang sudah bisa di bilang cukup tua, hingga yang masih muda anak Sekolah Menengah Atas berada di sana. Semuanya berkumpul di beberapa tempat seperti tengah mengerjakan sesuatu, ruang depan itu sudah di posisikan sedemikian rumah untuk di beri meja meja dan alat memasak lainnya.
Yups. Itulah basecamp, rumah bagus yang sejak bertahun tahun lamanya menampung orang orang dari banyak kalangan, yang mana mereka semua bisa di bilang telah tergabung dengan geng Danger. Geng Danger adalah geng terbesar di kota pada masanya, hanya saja sekarang aktivitas geng tidak lagi seperti dulu yang banyak tawuran dan hal hal negatif lain. Yang malah untuk saat ini semua kegiatan di sini bisa di katakan begitu positif. Anggota grup yang sejak awal menjalankan bisnis bengkel _yang terdapat di belakang rmah_ itu, juga telah berkembang lebih pesat, belum lagi bisnis lainnya yang para anggota jalankan, seperti sablon, kaos distro, pokoknya banyak sekali.
Ronal sendiri juga dulu melakukan hal yang sama seperti mereka, tinggal di sini bersama yang lain, jadi ketika dulu dia saat SMA pernah di usir oleh papanya Ronal sama sekali tidak ada kesulitan, sebab dia memang sudah memiliki rumah kedua yakni ya basecamp ini.
"Nal masuk masuk," panggilan Beni membuat Ronal mencari kearah sumber suara tersebut, dia melihat Beni tengah duduk di sofa bersama dengan pria berwajah dingin _Kazeo_ itu juga tambahan satu orang lainnya.
Ronal pun melangkahkan kaki menuju sofa sana yang sebelumnya sempat menyapa pada para anggota lain. Sebenarnya yang berkumpul kali ini tidak sebanyak yang Ronal kira, karena mungkin acaranya dadakan sehingga para alumni yang sudah pensiun nan sibuk tidak bisa datang ke sini.
Ketika sudah mendekat, dia langsung ber high five bergantian pada tiga orang itu, tak terkecuali Kazeo yang saat ini memasang berwajah sama datarnya seperti yang Ronal lakukan. Setelah itu Ronal duduk di sofa bagian paling ujung di samping Beni.
"Gimana Nal kabar elo?" salah satu orang menyapa di sana dia duduk di sofa _ugunh satunya samping Kazeo_, pria itu mungkin berusia menginjak angka kepala tiga saat ini, dia orang yang bisa di bilang sesepuh di sini, dan memiliki pangkat tertinggi pada masanya, atau juga sampai sekarang? Yups, dia adalah bos besar a.k.a ketua geng danger pertama kali, juga orang yang memiliki rumah mewah yang saat bertahun tahun lama telah di sulap menjadi basecamp, Dafhino Prasenta.
"Baik," jawab Ronal sekilas setelah menoleh sekilas.
"Masih jomblo?" Pria dengan nama panggilan Dafhin itu masih bertanya lagi, dan membuat Ronal sebenarnya malah menjawab.
"Hm," Makanya Ronal memilih bergumam saja sebagai jawaban.
Beni yang mendengar percakapan tersebut, tiba tiba menyelutuk dengan santai, sama sekali ta memikirkan keadaan sekitar. "Nggak bisa move on dia mah,"
Ronal melirik Beni sedikit, agak terkejut Beni berucap seperti itu. Beni lupa daratan, kalau saat ini orang yang duduk di samping temannya itu tengah menatap tajam Beni.
"Ehm,"
Kazeo lah orangnya, pria itu menatap tajam seraya berdehem dengan penuh tekanan, yang mana hal itu langsung menjadikan Beni menyengir canggung.
"Hehe enggak canda doang Yo, jangan gitu napa," ucap Beni. Merasa ngeri dengan tatapan penuh ketajaman macam silet yang Kazeo berikan.
Ya maaf saja, Beni lupa kalau yang dia katakan barusan tertuju pada istri dari Kazeo sendiri, Sia. Meski begitu, niat Beni sebetulnya juga hanya bercanda belaka, tidak maksud serius di sana.
"Hm," Kazeo melengos, seraya melipat kedua tangannya di depan d**a.
"Udah ada pawang nih, jangan macem macem," peringat Dafhin menyeletuk tak lupa di sertai kekehan pelan.
"Huhu, lupa nih bos." balas Beni.
Ronal menggeleng pelan melihat tingkat temannya tersebut. Macam macam sih, mulut Beni harimau Beni juga, untung Kazeo tidak mengamuk.
"Lo cariin cewek Ben temen lo itu," Ronal kira Dafhin akan berhenti membahasnya. tapi ternyata pria itu masih semangat berbicara hal yang tidak penting seperti itu.
Tidak seperti beberapa detik yang lalu, saat ini Beni sudah kembali semangat lagi mendengar ucapan Dafhin. "Gue sih udah siap sontosa bos, bukan sekali dua kali gue jejelin tapi dia malah muntahin mentah mentah," Bukan omong kosong belaka, memang begitu kan faktanya, Beni sering menawari banyak wanita cantik untuk Ronal. Karena merasa kasian dengan temannya itu yang jomblo dari lahir, bahkan Beni sempat berfikir Ronal adalah homo jika tidak ingat Ronal cinta mati mata Sia, meski cinta tersebut hanya bertepuk sebelah tangan.
"Kurang mantep kali," Dafhin menanggapi Beni.
"Beuh, padahal udah mantep banget kok bos, body nya aja udah kayak gitar spanyol, nih anak aja yang aneh." Beni menyenggol lengan Ronal di akhir kalimat.
Dafhin mendengus sambil melihat Ronal dan Beni bergantian. Ronal bahkan seolah tak terusik dengan pembahasan juga lontaran kata pedas Beni. "Ya jangan fisiknya aja, yang kayak istrinya nih anak nggak ada?"
Beni menempelkan sela sela jari telunjuknya dan jempolnya itu di bawah dagu, seperti tengah berfikir keras, sebelum akhirnya berbicara. "Em, ada sih __"
"Ck ... Repot amat di cariin, nanti juga ketemu sendiri," Hanya saja ucapan Beni tersebut harus berakhir terpotong dengan Kazeo yang menyelanya tiba tiba.
Sangat aneh, benar benar aneh. Kazeo yang biasa cuek bebek dengan sekitar terlebih Ronal, kali ini malah iku menimbrung dengan decakan kesal di awal. Beni mau tak mau sampai menganga terkejut di buatnya.
Tapi bukannya harusnya Kazeo senang ya jika pengganggu nomor satu hubungannya mendapat gandengan, kan bisa membuat menghilangkan resiko terjadinya peminor yang masuk ke sela sela rumah tangga dia.
Aneh.
"Lah gimana sih lo Yo, kan biar nggak gangguin istri lo si kunyuk ini." ucap Beni tanpa melihat Ronal yang baru saja dia katai kunyuk itu.
Kazeo acuh, dia bahkan sama sekali tak mau melihat atau barang melirik sedikit ke arah Beni tersebut. "Hm,"
Beni jadi cemberut akan respon yang Kazeo tunjukan kepadanya.
Dafhin menggelengkan kepalanya, tidak habis fikir dengan para bujangan ini. Tapi faktanya perseteruan antar Kazeo dan Ronal tentang memperebutkan wanita itu sudah terjadi sejak lama. Ronal yang harusnya sudah move on malah hingga sekarang masih setia menjomblo. Jadi sebetulnya hal itu juga tidak bisa di bilang remeh.
"Nal ati ati loh, jangan nikung temen sendiri," peringat Dafhin pada Ronal.
Ronal memejamkan mata dan bergumam. "Hm," Dia menyenderkan punggungnya ke sofa penuh.
"Kagak meyakinkan sebenernya bos nih anak, jadi tetep di awasin." ujar Beni.
Dafhin mengangguk setuju, "Lo awasin aja,"
Beberapa saat keempat orang yang duduk di sofa nampak diam saja tanpa ada percakapan, mereka sibuk dengan aktifitas masing masing, juga mengamati para anggota lain yang penuh semangat dalam membuat makanan di depan sana.
"Kita nggak ikut bantuin," tanya Beni tiba tiba memecah keheningan di antara mereka berempat.
"Males," Dan langsung saja kedua orang di sana menjawab kompak. Siapa lagi kalau bukan Kazeo dan Ronal. Keduanya bahkan sampai saling melirik, mungkin terkejut sebab sudah menjawab secara bersamaan.
Beni mengernyitkan dahi, tapi tidak mau melanjutkan. Dia sendiri juga malas. Tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu, lalu dia mulai tersenyum miring. Haruskan dia memeras orang kaya di sini.
"Eh Nal lo nyumbang apa nih, liat tuh si Kazeo bawa minuman banyak," ujar Beni dengan penuh semangat mengunggulkan Kazeo yang memang membawa banya minuman yang a.k.a adalah minuman beralkohol cukup banyak di sana.
Ronal yang mendengarnya sontak saja membuka matanya lalu menatap Beni, "Hm, terserah," jawabnya.
Kata terserah itu bukan berarti tidak perduli ya, karena faktanya Ronal saat ini tengah mengeluarkan ponsel di dalam sakunya. Berlanjut membuka ponsel dan menuju aplikasi m-banking.
Ronal menyerahkan ponselnya pada Beni.
Mata Beni sontak berbinar menerima ponsel Ronal, karena dia langsung faham maksudnya. "Wih Anjirrr ... Unlimited nih?" Tapi dia tetap bertanya untuk memastikan.
Ronal hanya mengangguk sebagai jawaban.
Dan Beni pun bersorak senang, seperti mendapat jackpot besar. Karena memang begitu faktanya, si kaya di antara anggota kaya lainnya mau mengeluarkan banyak uang untuk mentraktir tanpa ada batasan limit keluar uang. Mereka boleh memesan apa saja.
"Yan," Beni langsung berteriak memanggil salah satu teman yang berdiri paling dekat di kerumunan.
Pria tinggi besar yang Beni panggil pun menoleh. "Oi,"
"Nih tanyain anak-anak pengen makan minum apaan, di traktir bos Riven corp tanpa batas." ujar Beni dengan semangat empat lima yang menggebu gebu.
"Woahhhh ..." Semua orang pun bersorak lagi si sana.
Dan benar saja mereka akan memesan banyak hal, yang tentu saja menggunakan uang dari Ronal.
Ronal sendiri tidak perduli berapa uang yang akan dia keluarkan, asal teman temannya senang.
Tidak lama setelahnya, ada pria dengan ranbut gondrong datang menghampiri mereka berempat.
"Mau minum nggak nih?" tawar pria itu. Dan jelas arti kata minum adalah meminum minuman keras.
Dan ...
"Nggak,"
Kali ini malah ketiganya kompak sangat menjawab 'nggak' dengan serempak. Yakni Ronal, Kazeo, dan Dafhin tentu saja.
Beni melongo dengan ketiga orang kaya ini, kenapa bisa kompak sangat itu.
"Dih, gimana sih masa gue aja," Beni agak tidak terima kalau dirinya saja yang ingin minum. Ya gimana ya, minuman yang Kazeo bawa itu merek merek terkenal dan mahal mahal pasti juga harus merogoh kocek dalam untuk membelinya, makanya dia tidak mau menyia-nyiakan rejeki.
"Gue harus pulang," Dafhin berucap menjelaskan alasannya tidak ingin minum. Karena jika dia tidak bisa pulang sebab mabuk, dia takut akan habis dengan istri nya yang saat ini menunggu di rumah.
"Gue juga," Kazeo juga memiliki alasan yang sama. Istrinya tengah hamil, jadi dia juga harus pulang.
Okay, Beni mengerti dengan alasan kedua pria berstatus suami itu, lalu untuk si kunyuk samping nya itu apa. Ronal tidak perlu pulang cepat kan. "Kalo elo Nal? Lo kan jomblo,"
"Males," jawab Ronal sekilas.
"Dih, ya udah gue aja, udah lama gue nggak nginep di sini," Akhirnya, mau tak mau Beni minum sendiri. Biarkan saja jika Ronal menolak, pria itu juga bisa membeli bir bir mahal tidak seperti dirinya yang harus berhemat walau sebenarnya tidak melarat-melarat amat.
Keadaan kembali kondusif dengan Beni yang juga sudah mulai minum beberapa gelas wine. Tapi temannya itu cukup kuat dengan alkohol, jadi belum juga mabuk.
Secara tiba-tiba Kazeo melirik Ronal, Ronal sendiri yang merasa di lirik langsung saja ikut membalas lirikan itu.
Dan sontak saja keduanya, Ronal dan Kazeo mendengus berbarengan.
Benar benar aneh mungkin di mata orang-orang. Tapi sebenarnya juga tidak demikian, dari lirikan tadi, keduanya sudah mengerti maksud satu sama lain, seolah mereka memang tengah saling bertelepati.