"Sialan." gumam Hans kesal. Dia pikir siapa dia? Bisa-bisanya bocah tengik sepertinya menceramahiku? "Seharusnya kau menyimpan uangmu untuk kedua orangtuamu, untuk orang miskin, untuk masa depanmu. Kau malah menghambur-hamburkan uang untuk sekedar merk." Tahu apa dia? Aku mau barang dengan harga tinggi bukan untuk merk tapi kualitas, dasar bocah sialan. "Tuan? Ada masalah?" Tanya Agnes, pembantu rumah tangga di rumah Hans. Hans sadar dari lamunannya, ia menatap sosok yang ada di hadapannya kini tengah sarapan dengan lahapnya. "Kau bisa tersedak, bocah." "Baiklah kakek tua." jawab Lucy jengah sambil memutar kedua bola matanya dan melanjutkan makan tanpa etikanya itu. Pelayan yang ada di situ hanya menatap tidak percaya Lucy sebab tidak ada yang berani melawan tuan mereka. Hans memak