"Astaghfirullah, Jingga. Ada apa Nak? Kenapa lari-lari begitu?" Nania menatap heran menantunya yang kembali menghampirinya dengan berlari seperti dikejar sesuatu. Genangan embun di pelupuk mata Jingga bersiap luruh akan tetapi sekuat tenaga ia berusaha menahannya. Jingga tak mau Nania atau Surti tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana, Jingga tak mau kehilangan Nania jika sampai perempuan itu memergoki putra kebanggaannya tengah memadu kasih dengan perempuan lain. Jingga ngeri, sungguh. "Ada apa Nak? Jangan bikin Ibu panik." Nania mengulangi ucapannya. "Nggak apa-apa Bu, Jingga cuma mau memastikan kalau Ibu hanya pusing biasa." Wanita muda itu menarik napas panjang mengisi pasokan udara di rongga dadanya, berharap rasa sesak itu musnah. "Ibu kira ada apa Nak, mukamu sampai pucat

