03 - Bosku Ternyata Mantan Pacarku

1070 Words
Bunga terus ngumpat sampai sosok  seorang pria yang sangat dikenalnya itu pergi menjauh dari sana. Setelah memastikan bahwa keadaannya sudah menjadi jauh lebih aman, Bunga pun keluar dari tempat persembunyiannya itu. Bunga mengelus dadanya sembari menghela nafasnya sambil memegangi dadanya. "Akhirnya dia pergi juga! Sebenarnya aku kenapa juga harus mengumpat kayak tadi ya? Huft, ah sudahlah lupakan saja dia, semoga aku tidak bertemu kembali dengannya." Bunga pun bergegas masuk kedalam mobilnya lalu segera melajukan mobilnya dengan begitu cepat. Dia sudah tidak sabaran lagi untuk mencoba pakaian yang sudah dia beli tadi. Syukurnya kemacetan siang ini tidak begitu lama, Bunga bisa cepat sampai kerumahnya. Rumah yang sebentar lagi akan ditinggalkannya, rencananya sore ini Bunga ingin mencari kembali tempat tinggal untuk dirinya yang tidak terlalu mahal. Sesampainya dirumah, Bunga pun merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuknya, "Rasanya kok aku gak rela banget ya harus pergi meninggalkan ranjang empukku ini. Huft." Bunga yang sudah merasa sangat kelelahan pun pada akhirnya memejamkan kedua matanya, sebenarnya dia hanya ingin memejamkan matanya hanya beberapa saat saja, namun, karena rasa kantuknya, membuat Bunga sampai tidak menyadari lagi bahwa dirinya sudah terlalu lama tidur. Rencana yang sudah persiapkan untuk mencari rumah pun akhirnya tidak jadi terlaksana. Dia merasa begitu capek sekali selama satu harian ini. Bunga baru bangun ketika jam sudah menunjukkan jam 5 sore.  Begitu bangun Bunga langsung mengambil ponselnya lalu melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 5 sore. "Kok aku bisa ketiduran selama  ini sih?" Bunga pun mulai bangkit dari tidurnya, dia memutuskan untuk segera pergi mandi untuk membuat tubuhnya menjadi lebih segar kembali. Selesai mandi, Bunga mencari - cari rumah kontrakan yang terletak tidak terlalu jauh dari Perusahaan tempat dirinya bekerja. Dia terus saja membrowsing nya. Sangking sibuknya mencari tempat tinggal, sampai - sampai Bunga tidak menyadari bahwa dirinya belum ada makan malam. Suara perut Bunga lah yang akhirnya menyadarkan dirinya, "Ternyata aku belum makan malam." Dengan langkah malas sambil terus memegangi perutnya yang sudah keroncongan, Bunga pun berjalan menuju ruang makan. Dia sudah melakukan segalanya sendirian. Bunga membuka kulkasnya, "Cuma hanya ada telur dan indomie saja?" Bunga pun mengambilnya lalu segera memasak seadanya saja. Dia melahap makanan yang telah dimasaknya dengan begitu rakus karena Bunga sungguh kelaparan. Setelah melahap makanannya sampai habis, Bunga pun mencuci peralatan makannya lalu kembali masuk kedalam kamarnya.  Dia sudah menandai beberapa rumah yang terletak tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu mahal. "Besok aku harus melihat langsung rumah - rumah ini. Aku harus secepatnya pindah sebelum aku diusir secara paksa dari sini." Bunga pun kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Bungan menatap langit - langit yang ada dikamarnya, "Kenapa sih hidupku harus menjadi seperti ini? Kenapa Papa sangat tega meninggalkanku begitu banyak hutang? Huft." Bunga mulai memejamkan kedua matanya, begitu matanya terpejam, malah sosok pria yang sangat dibenci dan juga sangat susah untuk dilupakannya itu malah hadir didalam pikirannya. Bunga pun kembali membuka kedua matanya, 'Kenapa aku jadi kepikiran tentang dia sih? Ayo Bunga kamu sudah lama berusaha untuk melupakannya. Jangan kembali goyah hanya kamu melihatnya secara tidak disengaja.' Bunga menyakinkan dirinya sendiri. Hingga pada akhirnya Bunga pun kembali terlelap. Dia tidak tau apa yang akan dia lalui besok pagi. Pagi harinya.... Sinar matahari sudah memancarkan cahayanya, Bunga pun sudah bangun sedari tadi. Dia begitu repot untuk merias wajahnya lalu mencatok rambutnya agar terlihat rapi dan bagus. Setelah menyesaikan segalanya, Bunga pun bergegas menuju ke kantor dengan setelan kemeja dan juga rok yang baru kemarin dibelinya. Kalau masalah fasion, Bunga sudah tidak perlu diragukan lagi. Hari pertamanya bekerja, dia hadir lebih awal di Perusahaan ini. "Mari ikuti saya..." Ucap Sang Manager mengarahkan Bunga. "Baik, Bu." Bunga pun hanya menurutinya sambil berjalan membuntuti Managernya tersebut. Langkah Manager itu pun berhenti disalah satu ruangan, "Mulai hari ini kamu resmi menjadi seorang sekretaris. Ini ruangan kamu yang berada dekat dengan ruangan Bos."  'Semoga saja Bos nya nanti masih muda, tampan, baik dan juga tidak menyebalkan.' Bunga terus saja memohon didalam hatinya. "Dan sekarang ikuti saya untuk masuk kedalam ruangan Boss kita. Ingat jaga sikap kamu dihadapan Bos kita nanti. Saya paling tidak menyukai bila seseorang yang tidak sopan dan tidak bisa menjaga sikapnya. Apa kamu mengerti!" Seru Managernya. "Mengerti, Bu." Jawab Bunga dengan sangat lantang. "Bagus!"  Bunga  berjalan tepat dibelakang Manegernya, sesampainya didepan pintu ruangan Bosnya, Sang Manager langsung mengetuk pintu ruangan Bos nya itu. "TOKTOKTOK!" "Silahkan masuk!"  Sang Manager sudah membukakan pintu untuk Bunga, lalu mempersilahkan Bunga agar pergi masuk sendiri untuk memperkenalkan dirinya kepada Bos barunya itu. Bunga masuk kedalam tanpa merasa gugup sama sekali, dia begitu percaya diri, senyuman diwajah cantiknya terus saja dia perlihatkan tanpa henti. "Permisi Pak, saya Bunga, sekretaris Bapak ya baru." Ucap Bunga dnegna sopan sambil terus menundukkan kepalanya. Seketika Bos nya itu yang tadinya sedang menerima panggilan telepon di ponselnya segera membalikkan kursinya,  "Kamu!" Menatap sosok pria yang ada dihadapannya itu membuat Bunga begitu terkejut sekaligus syok. Sangking tak percayanya Bunga sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya sudah membulat dengan sempurna saat ini. Senyuman yang tadi dia perlihatkan sudah menghilang seketika dari wajahnya. Billy yang juga merasa sangat syok juga sampai tidak bisa mengatakan apa - apa, dia segera mengakhiri panggilan teleponnya, "Nanti aku hubungi lagi."  "Aku masih tidak bisa percaya bahwa yang menjadi sekretaris baruku itu adalah kamu Bunga! Kenapa bisa kamu melamar pekerjaan di Perusahaan ku?" 'Kamu kira aku mau? Kalau saja aku mengetahuinya sebelumnya, aku pasti tidak akan sudi untuk melamar pekerjaan disini!' Gumam Bunga didalam hatinya. Bunga masih hanya diam, kalau saja dia bisa kabur saat ini juga, mungkin sudah sejak tadi dia lakukan.  "Maaf bisakah aku membatalkan kontrak kerjaku?" Tanya Bunga yang tidak ingin melihat wajah yang sudah pernah membuatnya merasakan cinta lalu pergi menghilang dari hidupnya begitu saja, disaat dia sedang sayang - sayangnya. "Maaf, kamu sudah terlanjur menandatangani kontrak kerja ini. Bila kamu masih bersikeras untuk keluar, kamu bisa membayar uang denda 5 kali lipat dari kesepakatan kerja. Gimana?" Tanya Billy sambil memberikan kontrak kerja Bunga kembali. "Tidak mungkin isi kontrak kerjanya seperti itu!" Bunga pun kembali mengambil lalu membuka kembali isi perjanjian kontrak kerja tersebut. Dia terus saja membolak balik isi perjanjian itu. Bunga masih tidak bisa menerimanya. 'Kenapa sih aku kemarin tidak membacanya dengan sangat teliti? Mana mungkin aku bisa mengganti kerugian uang sebesar 100 juta itu?' Bunga terus menyesali kebodohannya sendiri. Sekarang dia sudah merasa sudah masuk kedalam lubang buaya yang sama kembali. 'Kenapa aku harus menjadi seorang sekretaris dari mantan pacarku sendiri sih? Dasar bodoh!' Dia terus saja mengumpat didalam hatinya. Bunga sudah terlihat begitu lesu dan tidak bersemangat sama sekali. Sementara itu Billy tersenyum puas karena Bunga tidak mengeluarkan reaksi apa - apa, dia merasa menyesal karena dulu telah pergi meninggalkan Bunga begitu saja. Dia tidak ingin menyia - nyiakan kesempatan baik ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD