Episode 9

1273 Words
Menangis semalam suntuk membuat tubuh Isabel merasa lemas dan tidak bertenaga. Mata merah dan sembab juga wajahnya yang terlihat lesu membuat tampilannya semakin memprihatinkan. Meski begitu tidak juga membuat suasana hatinya membaik.  Isabel menoleh ke arah samping tempat tidur, ia tidak melihat Adam tidur di sebelahnya. Lelaki itu bahkan tidak kembali setelah kejadian memalukan semalam. Hati Isabel kembali berdenyut nyeri, bagaimana tidak sosok suami yang seharusnya ada disaat ia sedang terpuruk dan sedih kini justru pergi begitu saja tanpa menanyakan bagaimana keadaannya. Sungguh sangat miris.  Sekilas dari balik tirai yang menutupi jendela kamar, Isabel bisa melihat sekelebat cahaya terang. Sudah dipastikan hari sudah mulai menjelang siang dan Isabel tidak berniat untuk bangun. Ia masih menikmati hangatnya gulungan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian kepala. Ia butuh istirahat lebih lama, dan untuk hari ini Isabel tidak akan keluar kamar meski hanya untuk sekedar makan.  Baru saja ia hendak kembali memejamkan mata, tiba-tiba suara dering ponsel membuat kedua bola matanya kembali terbuka. Isabel berdecak kesal, dan mencoba mengabaikan panggilan tersebut. Namun ponselnya kembali berdering terus menerus, hingga akhirnya dengan terpaksa ia pun bangun dan mengambil ponsel yang diletakan diatas meja rias. Beberapa nomor berbeda sempat menghubungi dan mengirim pesan, namun Isabel lebih tertarik pada panggilan terakhir dimana nama Zacky berada. Isabel hendak menghubungi balik, namun Zacky sudah terlebih dulu menghubunginya.  Sebelum menerima panggilan dari Zacky, Isabel terlebih dulu menetralkan suaranya. Ia tidak ingin adik iparnya itu mendengar suara sumbang khas orang habis menangis.  "Hallo." Jawab Isabel setelah ia menekan tombol hijau di layar.  "Kamu baik-baik saja?" Tanya Zacky begitu ia mendengar suara Isabel. Kalimat yang sangat ingin didengar Isabel justru keluar dari adik ipar bukan dari suaminya.  "Baik. Ada apa?"  "Kamu lupa, hari ini kita akan ke Solo. Ke rumah Tante Dinar."  Isabel mencoba mengingat apakah benar ia memiliki janji atau tidak.  "Hari ini?" Isabel tidak begitu yakin karena Ibu mertuanya tidak memberitahunya terlebih dulu.  "Iya hari ini. Mamah sudah memberitahumu sejak semalam. Tapi tidak ada jawaban."  Isabel mengerutkan kening dan segera memeriksa beberapa pesan masuk. Rupanya Lucia sudah memberitahunya sejak semalam, bahkan mertuanya itu sudah beberapa kali menghubunginya namun tidak ada satupun panggilan Lucia diterima Isabel.  "Ya ampun! Aku ketiduran." Elak Isabel.  "Mereka sudah berangkat satu jam lalu, hanya tinggal aku, kamu dan Mas Adam yang tersisa." Jelas Zacky.  "Aku harus bagaimana?" Isabel tidak tau apa yang harus dilakukannya saat ini, bahkan tiket pesawat yang dibelikan Lucia hangus tidak terpakai.  "Masih mau nyusul?" Tanya Zacky. "Tentu. Ayo kita pergi." Tanpa pikir panjang, Isabel mengiyakan.  "Mas Adam bagaimana?" "Dia tidak bisa ikut, ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggalkan." "Tapi, tadi pagi." "Aku siap lima belas menit lagi," Isabel menyela ucapan Zacky dan segera memutus sambungan tanpa melanjutkan pembicaraan lebih lama lagi.  Isabel butuh suasana baru, ia harus menghindari Adam beberapa hari karena rasa malu yang masih dirasakannya belum berkurang. Dan cara yang paling baik yaitu dengan ikut serta keluarga Adam pergi ke Solo menemui Tante Dinar.  Dengan tergesa Isabel menyiapkan pakaian, koper dan beberapa keperluannya untuk beberapa hari. Meskipun ia tidak tau berapa lama ia akan berada di Solo. S Sesuai ucapannya, Isabel selesai hanya dalam waktu lima belas menit saja. Setelah itu ia segera keluar kamar dengan langkah perlahan. Isabel tidak tau dimana suaminya berada, karena keadaan rumah sepi dan sudah tertata rapi. Selain itu Isabel juga melihat sebuah note di pintu kulkas dan beberapa makanan di meja makan. Ia tidak berniat membaca ataupun mencicipi makanan yang sudah disediakan Adam. Isabel tidak mau tau dan ia pun segera keluar untuk menemui Zacky.  Isabel menekan tombol merah yang terletak di sebelah pintu rumah Zacky dengan tidak sabar. Yang membuat Isabel tidak sabar, karena Zacky tidak kunjung membuka pintu meski ia sudah menekan tombol merah berulang kali. Hingga akhirnya pintu terbuka dengan perlahan, membuat Isabel akhirnya menghela lemah. Namun bukan Zacky yang membuka pintu, tapi Sella kekasih Zacky.  "Hai Bell, maaf nunggu lama. Tadi lagi di kamar mandi." Ucap Sella, wanita itu pun membuka pintu dan mempersilahkan Isabel masuk.  "Duduk. Aku buatkan minum dulu." Sella mempersilahkan Isabel duduk  menunggu di sofa tamu. Untuk kedua kalinya Isabel masuk kedalam rumah Zacky. Untuk kali ini ia bisa melihat seluruh isi rumah Zacky tanpa harus merasa malu seperti tempo hari.  "Sel, Sela! Bajuku dimana?" Zacky berteriak keluar dari sebuah kamar mencari Sella. Ia tidak menyadari ada wanita lain di rumah itu yang tengah menatap ke arahnya.  "Sel. Bella?"  "Sella ada di dapur." Jawab Isabel gugup.  "Oh, oke." Dengan langkah seribu, Zacky kembali masuk kedalam kamar.  Isabel menghela lemah dengan sebelah tangan mengusap pelan dadanya. Jantungnya berdegup tidak karuan begitu ia melihat Zacky keluar dari kamar dengan hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Sementara tubuh bagian atas dibiarkan telanjang d**a.  "Kenapa, Bel." Tanya Sella. Wanita itu datang menghampiri Isabel dengan membawa nampan berisi jus buah dan kudapan.  "Kenapa. Habis lihat hantu? Mukanya pucet gitu." Sella duduk disebelah Isabel dan memperhatikan raut wajahnya.  "Nggak. Gak apa-apa ko." Jawab Isabel dengan suara masih gugup. "Zacky nyariin aku gak?" Isabel menggeleng,"Nggak."  Tubuh dan hatinya benar-benar tidak sinkron. Bahkan tanpa sadar ia berbohong pada Sella.  Kereta menjadi pilihan mereka bertiga untuk transportasi yang akan digunakan menuju Solo. Meskipun waktu yang mereka perlukan lebih lama dibanding pesawat terbang, namun Sella tetap memaksa ingin menggunakan kereta api. Waktu yang mereka habiskan di dalam kereta api hampir sembilan jam lamanya.  "Bel, mau minum?" Sella menawarkan minuman dingin pada Isabel, setelah mereka berada di dalam kereta api.  Tepat pukul sebelas siang, mereka bertiga memulai perjalanan menuju Solo dan akan sampai sekitar pukul tujuh malam.  "Aku belum haus."  "Ambil aja, siapa tau nanti haus."  Isabel pun menerima botol minuman dari Sella. Sesekali Isabel mencuri pandang ke arah Zacky yang berada tepat di hadapannya. Mereka bertiga sengaja memilih kursi dengan arah saling berhadapan, sehingga membuat Isabel tidak bisa menghindar jika sewaktu-waktu ia ketahuan memperhatikan Zacky.  "Perjalanan pasti lama, sebaiknya kita istirahat." Usul Zacky.  "Iya. Lebih baik tidur, nanti pusing."  Sella mengaitkan satu tangannya di lengan Zacky dan bersandar di pundaknya dengan nyaman. Hal itu membuat Isabel sedikit kurang nyaman dan salah tingkah. "Mas Adam kenapa gak di ajak? Kalau ada dia kita jadi double date." Ucap Sella.  "Mas Adam sibuk. Nanti dia nyusul."  Jawab Isabel, meski begitu ia tidak tau pasti apakah Adam akan menyusulnya atau tidak.  "Tapi, wajahmu kenapa sembab? Seperti habis menangis." Sella memperhatikan wajah Isabel dengan seksama. "Matamu merah, dan juga di bagian bawah mata bengkak banget." Sella benar-benar meneliti wajah Isabel.  "Ah,,ini." Isabel memegang wajah dengan kedua tangannya. "Semalam nonton drama sedih, dan aku ikut hanyut terbawa suasana." Jelasnya. "Drama sedih banget?" Tanya Sella lagi. "Sangat sedih. Sampai aku tidak bisa berhenti menangis."  "Aku tidak suka drama, jadi aku tidak pernah menangisi akting seorang artis."  Isabel tersenyum samar. "Awalnya aku juga tidak menyukai drama dan tidak mudah menangis, tapi akhir-akhir ini aku mudah terbawa suasana."  "Lain kali kita nonton bareng ya?" "Boleh."  Isabel mengakhiri perbincangan dengan mencoba memejamkan mata. Tubuhnya masih terasa lelah sementara itu perjalanan masih sangat jauh dan lama.  Tanpa Isabel sadari Zacky terus memperhatikannya dengan tatapan dingin dan sulit diartikan. Isabel dan Sella sudah tertidur pulas, sementara Zacky tidak bisa memejamkan mata dan terus menatap kearah Isabel.  Zacky bukan Sella yang dengan mudah dibohongi begitu saja. Zacky tau sembab di wajah Isabel bukan karena sembab karena menonton drama sedih. Tapi karena wanita itu terlalu lama menangis. Zacky tidak tau alasan Isabel menangis, hanya saja dilihat dari wajahnya saja Zacky yakin Isabel menangis cukup lama.  Rasa iba, mencuat dari lubuk hatinya. Bagaimana bisa wanita itu masuk ke dalam situasi rumit yang diciptakan Adam. Dia terlalu lemah untuk menerima kenyataan pahit yang akan diketahuinya suatu saat nanti. Dan ketika saat itu tiba, Zacky yakin Isabel akan membenci Adam dan juga dirinya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD