Tepat pukul tujuh malam, rombongan Isabel sampai di Solo. Rasa lelah dan kantuk dirasakan Isabel, meskipun selama perjalanan ia hanya tidur. "Sayang, kenapa gak pakai penerbangan saja. Pakai kereta api terlalu lama, kamu pasti lelah." Lucia menghampiri Isabel yang tengah duduk di salah satu sofa di rumah Tante Dinar. "Iya, Mah. Seru naik kereta, jarang-jarang juga kan pergi pake kereta." Jawab Isabel. "Tapi kamu kelihatan pucat dan lesu." Lucia mengelus wajah Isabel dengan sangat lembut. "Pipinya aja panas." Wajah Lucia berubah panik. "Kamu demam, sayang." Bukan hanya wajah, Lucia juga memeriksa suhu tubuh Isabel dengan memegang dahi. "Kamu demam." Setelah memastikan menantunya demam, Lucia segera mencari obat untuk pertolongan pertama. "Minum ini dulu, habis itu istirahat." Lucia